Geliat usaha saat pandemi Covid-19 ternyata menawarkan harapan baru yang bisa menjadi peluang bisnis. Bukan saja strategi pemasarannya yang perlu inovasi, namun perubahan transaksinya juga perlu mengikutinya.
“Meskipun dunia bisnis banyak yang mandek atau tutup saat pandemi Covid-19, namun tak sedikit usaha baru yang bermunculan. Ini fenomena yang menarik,” kata Muliandy Nasution, Investment Senator WBAF G-20.
Berbicara dalam diskusi di Media Center Satgas Covid-19 Graha BNPB Jakarta, Selasa (3/11/2020) lalu, dan disiarkan channel YouTube BNPB, Muliandy melihat perubahan tren bisnis yang menarik. Bukan saja pada bentuk transaksinya, namun juga pada pergeseran jenis usahanya.
Perubahan transaksi saat pandemi bisa menjadi alternatif mengatasi kelesuan dunia usaha saat pandemi Covid-19. Karena itu para pelaku usaha harus inovatif dalam memanfaatkan peluang yang ada agar usaha tetap bisa bertahan.
World Business Angels Investment Forum atau WBAF G-20 merupakan mitra terafiliasi dari G20 Global Partnership for Financial Inclusion (GPFI). Forum para pelaku bisnis global ini ingin ikut memberdayakan ekonomi dunia saat pandemi.
Muliandy mengakui pandemi Covid-19 telah menyebabkan perekonomian terpuruk. Tak hanya pelaku usaha di Indonesia, pelaku bisnis dari banyak negara yang mengalami pandemi juga merasakan hal yang sama.
Namun wakil WBAF G-20 Indonesia ini tak setuju dengan data BPS yang memperkirakan 60 persen usaha di Indonesia tidak akan bertahan. Banyak usaha saat pandemi Covid-19 yang akan terpuruk jika kondisi tak segera berubah.
Baca juga: Stimulus untuk UMKM Hadapi Covid-19, Hibah Hingga Relaksasi Pinjaman
“Bukan tidak mampu bertahan atau tutup, melainkan berganti jenis usaha. Meskipun banyak perusahaan yang tutup dan terjadi PHK, namun tak sedikit usaha baru yang justru bermunculan,” tandasnya.
Sikap yang lebih optimistis ini, menurut dia, karena berdasarkan adanya sejumlah tren yang ada. Antara lain mekanisme transaksinya yang bersifat cashless atau secara digital yang semakin meningkat saat pandemi.
Peluang Usaha Saat Pandemi Covid-19
Pembatasan sosial juga telah merangsang perubahan bentuk banyak aktivitas bisnis. Saat ini, transaksi secara online atau digital merupakan solusi praktis agar orang tidak berinteraksi secara langsung.
Selain bentuk transaksinya, Muliandy Nasution juga melihat sejumlah bentuk usaha saat pandemi Covid-19 yang ikut berubah. “Jika sebelumnya banyak yang menjalankan pola business to business, sekarang sudah bergeser ke business to customer,” katanya.
Pandemi Covid-19 yang melarang interaksi langsung untuk mencegah penularan telah merangsang para pebisnis untuk melakukan berbagai inovasi. “Namun survival rate pelaku bisnis juga tergantung inovasinya,” tambahnya.
Muliandy juga membandingkan kondisi keterpurukan ekonomi akibat Covid-19 pada berbagai negara. Menurutnya, perekonomian Indonesia masih lebih baik daripada berbagai negara lainnya.
Salah satunya, menurut Muliandy, uang beredar yang ada meskipun menurun, namun masih cukup terkontrol. Meskipun bursa saham belum normal tapi uang yang masuk ke negara bahkan mulai naik kembali.
“Saya masih percaya dengan besarnya populasi masyarakat kita dengan tingkat konsumsi yang tinggi merupakan berkah bagi kalangan usaha saat pandemi Covid-19,” katanya.
Transaksi Cashless Naik 480 Persen
Sementara itu Pengurus BPP HIPMI Bidang Keuangan dan Perbankan, Hadi Nainggolan juga mendukung sinyalemen Muliandy. Menurut Hadi, transaksi cashless juga meningkat secara drastis.
“Perubahan transaksi dari manual ke cashless bahkan naik hingga 480 persen. Bahkan penggunaan payment gateway juga semakin tumbuh selama pandemi,” kata pengusaha ini.
Baca juga: Usaha yang Menjanjikan di Masa Depan dan Tak Mengenal Musim
Selain bentuk transaksinya yang berubah, ada sejumlah komoditi baru yang naik permintaan saat pandemi. Masing-masing adalah barang kebutuhan pokok dan produk pertanian, suplemen kesehatan, produk telekomunikasi, dan air bersih.
Baik Muliandy Nasution maupun Hadi Nainggolan sepakat bahwa ada banyak peluang usaha saat pandemi Covid-19. Pelaku bisnis juga perlu meningkatkan inovasinya sesuai kebutuhan agar bisa bertahan. (Bgj/R2/HR-Online)