Menembus pasar global saat pandemi ternyata bukan hal yang sulit, apalagi mustahil? Buktinya sejumlah pelaku usaha dan UKM justru membuktikannya. Inovasi dan pemanfaatan digital menjadi solusi yang sangat praktis.
Itulah pengakuan beberapa pelaku usaha saat tampil dalam dialog di Media Center Graha BNPB, Jakarta, Selasa (17/11) dan disiarkan di Channel YouTube BNPB.
Pada kesempatan itu hadir pengusaha kuliner Hendy Setiono, Shinta Melodi pengusaha furnitur, dan pemilik bisnis alat kesehatan Yudhi Andrinto.
Acara yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu mengangkat tema Geliat Pengusaha Lokal Untuk Menembus Pasar Global Dalam Transisi Era Pandemi.
“Penjualan kuliner secara offline turun hingga 50 persen sejak pandemi. Tapi penjualan secara online justru naik hingga 6 kali lipat,” kata Hendy, pemilik waralaba makanan Kebab ini.
Sejak meluasnya penularan akibat pandemi Covid-19, banyak tempat berjualannya yang ikut tutup. Seperti mall ataupun pusat perbelanjaan lainnya. Akibatnya outletnya yang ada di mall dan berbagai tempat lain terpaksa juga ikut tutup.
Baca juga: Aplikasi Perubahan Perilaku 3M Pantau 3,8 Juta Titik Tangkal Corona
Hal senada juga diungkapkan Shinta Melodi. Pengusaha furnitur Yogyakarta ini bahkan mengaku penjualan ekspornya turun drastis sejak pandemi Covid-19. Hal ini karena banyak negara yang menerapkan lockdown.
“Produk furnitur kami 70 persennya memang untuk ekspor. Selama pandemi, penjualan harus dialihkan ke pasar domestik,” kata anak pengusaha mebel Ambar Tjahyono yang meneruskan bisnis orang tuanya ini.
Meskipun penjualan mengalami penurunan, namun Shinta mengaku tidak melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah karyawannya. “Meskipun ekspor turun, namun penjualan domestik justru naik,” tambahnya.
Apalagi permintaan pasar domestik terhadap mebel dan furnitur juga cukup potensial. Dengan mengubah strategi dan fleksibel dalam melayani kebutuhan pasar, bisnis akan bisa bertahan bahkan meningkat.
Strategi Menembus Pasar Global Saat Pandemi
Pepatah bijak mengatakan bahwa di balik musibah atau bencana selalu ada hikmah yang bisa kita manfaatkan. Hal inilah yang dibuktikan para pelaku usaha dalam mempertahankan, bahkan meningkatkan geliat usahanya untuk menembus pasar global.
Pengalaman Hendy Setiono yang telah 17 tahun menekuni bisnis kuliner mengaku pandemi sebagai bencana terbesar yang pernah menghambat usahanya. ”Beberapa rencana membuka cabang juga terpaksa dipending karena pandemi,” ujarnya.
Baca juga: Psikolog: Edukasi Covid-19 untuk Anak Usia Dini Penting Dilakukan
Namun pandemi yang mengharuskan orang untuk lebih banyak beraktivitas dari rumah juga memunculkan banyak peluang baru. “Digitalisasi kemudian menjadi fokus penjualan kami dan terbukti omsetnya bisa naik berkali lipat,” katanya.
Pandemi Covid-19, menurut pemilik usaha makanan Kebab ini, telah mengubah pola komunikasi dan transaksi menjadi secara online. Selain memanfaatkan sosial media, Hendy juga mengaku menjalin kerja sama dengan para content creator.
Saat ditanya tentang strategi menembus pasar global, Hendy Setiono mengaku pentingnya faktor inovasi, kreativitas, dan kolaborasi. Teknologi tanpa inovasi tidak cukup. “Begitu juga kerja sama atau kolaborasi juga sangat penting,” tambahnya.
“Dengan inovasi dan berkolaborasi dengan content creator penjualan justru meningkat tajam,” katanya. Perubahan perilaku konsumen inilah yang menurut Hendy semestinya mendorong pengusaha agar tanggap dan fleksibel untuk menangkapnya.
Baca juga: Cara UMKM Bertahan Saat Pandemi dengan Sertifikasi dan Inovasi
Bahkan menurut rencana, produk baru dari grup usaha Kebabnya akan membuka cabang baru di India. “Rencananya pertengahan tahun 2020. Namun baru akan kami buka Desember 2020 nanti,” tambahnya.
Geliat pelaku usaha dalam meningkatkan penjualannya juga terjadi pada produk furniture. “ Sejak Juni saya juga sudah mulai kembali melakukan ekspor. Apalagi beberapa negara tujuan telah melonggarkan lockdown-nya,” kata Shinta.
Meskipun belum kembali normal, namun geliat pelaku usaha dalam menembus pasar global tampaknya akan terus meningkat. Dengan memanfaatkan teknologi digital dan inovasi, pasar selalu terbuka meski tengah terjadi pandemi. (Bgj/R2/HR-Online)