Banyak yang menyebut sejarah kuliner di Indonesia lahir dan terpengaruh oleh budaya Eropa, terutama pada masa kolonial Belanda. Berikut pembahasannya.
Pipit Anggraeni dalam jurnalnya berjudul “Menu Poluper Hindia Belanda tahun 1901-1942. Kajian Pengaruh Budaya Eropa Terhadap Kuliner Indonesia”. Menyebut kekayaan kuliner Indonesia tidak terlepas dari budaya asing.
Kondisi sosial budaya rakyat Indonesia tahun 1901-1942 adalah gambaran nyata yang menunjukan adanya proses akulturasi tersebut. Hal itu bisa terlihat melalui berbagai bahan makanan, alat-alat masak dan hasil masakan yang terbuat dari beberapa olahan bahan Eropa.
Konsosial-budaya masyarakat Indonesia dalam kurun waktu 1901-1942 merupakan gambaran nyata yang dapat menunjukan adanya proses akulturasi tersebut. Seperti semur (smoor), perkedel (frekedelen), serta aneka minuman dingin (es). Itu beberapa contoh makanan dengan sentuhan dari budaya Eropa.
Sejarah Akulturasi Budaya Kuliner di Indonesia
Menurut Pipit Anggraeni, Indonesia memiliki keunikan dalam kesederhanaan kuliner. Dengan wilayah yang luas, Indonesia memilliki berbagai macam kuliner dengan aneka cita rasa. Kearifan kuliner Indonesia berkembang seiring dengan datangnya bangsa asing, seperti Cina, Eropa dan India.
Sementara, Soekiman dalam bukunya berjudul “Kebudayaan Indis: dari Zaman Kompeni sampai Revolusi”, menyebut kontak budaya antara bangsa Eropa dengan Bumiputera Hindia Belanda memunculkan perpaduan baru.
Baca Juga: Sejarah Pers di Sumatera, Kisah Perempuan yang Melawan Adat
Akulturasi budaya antara Indonesia dan beberapa bangsa asing telah berlangsung tanpa meninggalkan jejak kuliner di Indonesia. Bisa menelusurinya dari berbagai sumber sejarah.
Seperti halnya Sri Owen dalam buku berjudul “Indonesian Regional Food & Cookery” (1999), terungkap berbagai resep makanan beberapa wilayah Indonesia. Selain itu juga bercerita tentang kebiasaan dan teknik pengolahan makanan dalam mempraktikan resep-resep makanan.
Media Kolonial yang Mempengaruhi proses memasak modern Indonesia
Sejarah kuliner Indonesia seperti pendapat Berkum dalam jurnal Pipit Anggraeni, menyebutkan pengenalan teknologi memasak, orang kolonial melakukannya melalui kolom-kolom surat kabar rumah tangga. Banyak tulisan memuat informasi tentang cara hidup sehat dengan mengelola makanan secara baik.
Selain itu juga surat kabar rumah tangga memuat informasi tata cara memasak gaya kolonial. Mulai dari memakai kompor, panci, wajan, ketel air, talenan, pisau, garpu, sendok, kocokan telur dan lainnya. Ada juga informasi tentang menata dapur ideal untuk memasak.
Sehingga, surat kabar rumah tangga juga menyarankan orang pribumi memperbaiki bagian dalam dapur dengan standar Eropa. Seperti memakai cerobong asap, wastafel dan menggunakan lantai rata dan bersih.
Rijsttafel, Hidangan Bangsa Eropa yang Mempengaruhi Sejarah Kuliner Indonesia
Rijsttafel merupakan budaya makan yang mewah dengan beberapa hidangan pada satu meja makan. Berbagai kalangan sejarawan menganggap Rijsttafel ini sebenarnya hidangan bangsa Eropa yang terpengaruh oleh tradisi kuliner Indonesia.
Orang Belanda pertama kali memakai istilah Rijsttafel ini guna memperlihatkan kebiasaan makan nasi dari generasi ke generasi orang Indonesia. Yang akhirnya menjadi budaya tersendiri terhadap kehidupan orang-orang Belanda. Rijst artinya adalah nasi, sedangkan tafel artinya meja atau bermakna kias untuk hidangan.
Keluarga belanda mulai menggunakan Rijsttafel ini kurang lebih sekitar tahun 1870 an. Hidangan Rijsttafel masih bisa ditemukan di Solo sampai saat ini. Begitulah sepenggal sejarah kuliner Indonesia yang terpengaruh budaya asing. (Erik/R9/HR-Online)
Editor : Dadang