Berita Nasional, (harapanrakyat.com),- Kisah penyintas Covid-19 ternyata bisa mengungkap manfaat pendekatan non medis dalam melawan serangan virus Corona. Dari kisah ini menunjukan bahwa proses penyembuhan penderita Covid-19 tak melulu pada faktor biologis tubuh semata.
Hal ini terungkap dalam talkshow yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Media Center Satgas Covid-19, Graha BNPB Jakarta belum lama ini.
Dialog ini mengangkat tema tentang Titik Balik Penyintas Covid-19. Tampil sebagai pembicara Dr. dr. Dwi Agustian, MPH, PhD, Kepala Departemen Kesehatan Publik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, motivator Tung Desem Waringin dan Elisabeth Susi Satiwi Rudiati.
Tung Desem dan Susi Satiwi Rudiati merupakan orang yang pernah terpapar Covid-19. Keduanya membeberkan kisah penyintas Covid-19 atau orang yang telah sembuh dari paparan virus Corona.
“Saya bahkan sempat mengirim pesan WA ke istri saya if something happen..,” kata Tung Desem.
Motivator yang sangat terkenal ini mengaku telah beberapa kali mengalami kondisi dalam titik kritis yang membuatnya pasrah. Namun Covid-19 yang menyerangnya dirasakannya jauh lebih mengerikan.
Baca juga: Meski Vaksin Covid-19 Ditemukan, Belum Menjamin Pandemi Berakhir
Saat terpapar Corona, beberapa kondisi kritis yang membuatnya sempat patah semangat adalah saat tubuhnya tak bisa bergerak dan serangan sesak nafas. Tung juga mengaku merasa ngilu yang sangat terutama pada malam hari.
Begitu juga kisah penyintas Covid-19 yang dialami Susi Satiwi Rudiati yang saat ini hanya memiliki satu ginjal. Paparan virus Covid-19 juga telah membuatnya pasrah. Utamanya saat mengalami sesak nafas yang menurutnya sangat menyiksa.
Kisah Penyintas Covid-19 Memperkaya Cara Penanganan Pasien
Sementara itu, dr Dwi Agustian, mengatakan gejala Covid-19 yang umum terjadi masih bersifat ringan. Seperti demam, rasa nyeri pada tenggorokan, batuk, dan menurunnya kepekaan dalam mencium bau.
Namun gejala yang paling berat dan umum terjadi pada orang yang terpapar virus Corona adalah sesak nafas. “Bahkan gejala sesak nafas ini terasa berat seperti mengancam jiwa,” kata dokter ahli epidemiologi dan biostatistik ini.
Dokter Dwi juga mengapresiasi cerita dan kisah penyintas Covid-19 dari Tung dan Susi yang melakukan metoda pengobatan non medis dengan cara membangun optimisme untuk sembuh. Pengalaman semacam ini memperkaya cara penanganan penyakit yang memiliki karakter unik.
Menurut Dwi Agustian, virus Corona memang terbilang unik. Dari sejarahnya, bencana penyakit semacam ini pernah terjadi pada tahun 2002-2003. Saat itu wabah SARS-Cov-1 menyerang Hongkong dengan banyak korban dan dampak yang lebih parah.
Baca juga: Kisah Pasien Positif Covid-19 yang Tertular Saat Pergi Liburan
SARS-Cov-1 menurut Dwi tidak mudah menular. Namun orang yang terpapar virus ini mengalami kondisi tubuh yang sangat parah. Banyak organ tubuh yang rusak sehingga menimbulkan banyak kematian.
Berbeda dengan kasus SARS-Cov-1, virus SARS-Cov-2 justru jauh lebih mudah menular. Cepatnya penularan virus ini menyebabkan penyebarannya juga sangat cepat. Sehingga lebih dari 200 negara mengalaminya sehingga menimbulkan pandemi.
Namun serangan virus ini terhadap tubuh tidak seberat pada SARS-Cov-1. Karena itu tingkat kesembuhan pasien yang terpapar juga cukup tinggi. Bahkan kisah penyintas Covid-19 dari Tung Desem dan Susi yang bisa sembuh tanpa obat.
Pendekatan Non Medis dalam Penanganan Pasien Covid-19
Tung maupun Susi mengaku obat dari dokter saat perawatan di rumah sakit tidak mereka minum. Tung mengaku tidak suka minum obat. Sedangkan Susi menolak obat karena hanya memiliki satu ginjal sehingga takut ada dampaknya.
“Saya berhasil sembuh dari Covid-19 karena minum air putih hangat dan VCO serta melakukan pernafasan Wim Hof,” kata Tung Desem. Metode Wim Hof saat ini tengah populer sebagai salah satu alternatif penanganan Covid-19.
Baca juga: Cerita Doni Monardo Bertemu Orang Positif Covid-19 Tapi Tak Tertular
Sedangkan pengalaman dari kisah penyintas Covid-19 lainnya diungkapkan Susi. Dia mengaku sembuh karena banyak minum air putih hangat dan vitamin. Namun ibu rumah tangga ini mengaku mendapat keajaiban sembuh dari virus Corona karena memberikan sedekah.
Dwi Agustian mengakui belum adanya obat Covid-19 telah membuka pendekatan baru ilmu kedokteran modern yang tidak lagi hanya bergantung faktor biologis tubuh. “Saat ini sedang terjadi transformative medicine dengan pendekatan social determinant of health,” katanya.
Sehat dan sakit, menurut Dwi, bukan murni aspek biologis, melainkan lebih pada perilaku. Kedokteran modern telah mulai menggunakan pendekatan sosial seperti kisah penyintas Covid-19 dari Tung dan Susi yang bisa sembuh bukan karena obat. (Bgj/R2/HR-Online)