Berita Pangandaran (harapanrakyat.com).- Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi Agri Lestari Dusun Pasirkiara, Desa Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, sukses memproduksi pupuk organik dari sampah.
Inovasi ibu-ibu yang mampu mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk perlu mendapat apresiasi.
Mereka setiap hari Jumat memiliki kesibukan memproduksi sampah organik dari sampah.
Saat ini, pupuk organik tersebut banyak diburu masyarakat untuk kebutuhan pupuk tanaman.
Ketua Kelompok Wanita Tani Srikandi Agri Lestari, Iah Muslihah mengatakan, sejak pandemi Covid-19, kelompoknya mulai memproduksi pupuk organik.
Ia bersama ibu-ibu lainya mendapatkan ilmu cara membuat pupuk organik dari petugas penyuluh pertanian Desa.
“Setelah itu, kami dari Kelompok Wanita Tani melakukan percobaan dan hasilnya maksimal,” ujar Iah, Jumat (30/10/2020).
Produksi perdana pupuk organi milik kelompoknya ternyata banyak yang minat dan membeli.
“Maka dari itu, kita sepakat untuk merutinkan kegiatan membuat pupuk organik ini,” katanya.
Ia menyebut, setiap hari Jum’at, kelompok wanita tani Srikandi Agri Lestari rutin memanen pupuk organik produksi pada Jum’at sebelumnya.
“Selain memanen, kita juga menyiapkan bahan baku untuk kembali dipanen pada Jum’at mendatang,” jelasnya.
Saat ini, proses dan tahapan produksi pupuk organik masih dilakukan secara manual dan tradisional, karena keterbatasan peralatan modern.
Satu Kali Panen Bisa Sampai 1 Kwintal
Lebih lanjut Iah mengatakan, dalam satu kali panen, pupuk organik produksi kelompok wanita tani Srikandi Agri Lestari bisa mencapai 1 kwintal.
“Kita panen seminggu sekali, karena peminatnya semakin banyak maka kita tingkatkan jumlah produksinya,” kata Iah.
Harga pupuk organiknya sendiri yakni Rp 20 ribu per 20 kilogram pupuk, itu khusus anggota kelompok KWT.
“Sedangkan untuk pembeli di luar anggota KWT Srikandi Agri Lestari, kita jual Rp 25 ribu per 20 kilogram pupuk,” ungkapnya.
Ia menyebut, pembuatan pupuk organik mudah asalkan telaten.
Bahan-bahannya seperti campuran sabut kelapa, daun, sampah sayuran, kotoran hewan, gula pasir dan M4.
Campuran berbagai jenis bahan baku tersebut disimpan dalam plastik diperlakukan permentasi selama 1 minggu.
“Kalau kondisi cerah, 1 minggu sudah bisa panen, kalau musim hujan bisa jadi 2 minggu baru panen,” katanya.
Jika sudah selesai tahap permentasi, pupuk tersebut lalu disaring menggunakan kawat ram untuk dilakukan pengayakan.
Iah menambahkan, agar rutinitas pembuatan pupuk organik berkesinambungan, anggota Kelompok Wanita Tani Srikandi Agri Lestari harus untuk menanam tanaman di rumahnya masing-masing.
“Tanaman yang ditanam itu seperti kangkung, terong, cabe dan jenis tumbuhan sayuran lainnya,” pungkasnya. (Ceng2/R8/HR Online)
Editor: Jujang