Berita Pangandaran (harapanrakyat.com),- Bulan pengurangan resiko bencana pada Oktober tahun ini, shalter tsunami di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat akan diaktifkan sebagai center of community resilience (pusat ketangguhan masyarakat).
Pjs. Bupati Pangandaran, Dani Ramdan, menargetkan shelter tsunami bisa aktif pada hari jadi Kabupaten Pangandaran. Hal itu karena Pangandaran akan menjadi pusat kegiatan bulan pengurangan resiko bencana se-Jawa Barat.
“Bulan ini dicanangkan sebagai bulan pengurangan resiko bencana. Jajaran BPBD dan BNPB seluruh Indonesia harus melakukan giat pengurangan resiko bencana. Namun tetap harus menerapkan protokol kesehatan,” terangnya.
Lebih lanjut Dani Ramdan mengatakan, Pangandaran akan menjadi pusat kegiatan bulan pengurangan resiko bencana se-Jawa Barat. Bentuk kegiatannya gladi posko dalam rangka mengaktivasi shelter Tempat Evakuasi Sementara (TES). Lokasinya di Blok Pasar Wisata (PW) Pangandaran.
Ia juga menjelaskan, shelter TES sebelumnya merupakan aset Kementerian PU RI, dan kini telah diserahterimakan kepada Pemkab Pangandaran. Sehingga, untuk sekarang ini BPBD Kabupaten Pangandaran yang akan mengelolanya.
“Bulan ini saya targetkan bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Pangandaran, yakni tanggal 25 Oktober 2020, Shelter Tsunami sudah bisa aktif,” tandas Dani Ramdan.
Baca Juga : BPBD Pangandaran Angkat Bicara Soal Potensi Gempa Megathrust
Shater Tsunami jadi Center of Community Resilience
Selain itu, pihak Pemkab Pangandaran juga akan membentuk relawan dan mengadakan kegiatan forum relawan. Dengan begitu, maka ke depan shelter tsunami itu akan menjadi center of community resilience
Pada shelter tsunami itu, masyarakat maupun wisatawan bisa belajar atau mengadakan pelatihan tentang kebencanaan, gempa bumi, dan tsunami.
Pihaknya juga akan melatih para pelaku wisatanya, seperti pegawai hotel, pelaku jasa wisata, pemandu, guide, dan lainnya.
“Kita latih mengenai peta evakuasi, bagaimana tata cara evakuasi atau penyelamatan. Sehingga, jika hal terburuk terjadi mereka bisa menjadi pemandu kebencanaannya. Kemudian, untuk masyarakat pesisir pantai, kita akan bentuk dan tingkatkan menjadi relawan desa tangguh bencana,” terangnya.
Dengan begitu, maka ketika hal terburuk terjadi bisa meminimalisir jatuhnya korban, baik harta dan nyawa. Terutama masyarakat yang setiap harinya selalu beraktivitas pada wilayah pesisir pantai. (Madlani/R3/HR-Online)
Editor : Eva Latifah