Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Kebijakan penutupan sekolah akibat wabah Covid-19 berimbas pada sejumlah pedagang kecil, termasuk pedagang gulali di Kota Banjar, Jawa Barat.
Salah satunya dialami Burhan (25), pedagang gulali asal Garut ini mengaku kehilangan langganan karena pandemi Covid-19.
“Penurunan penjualan sangat terasa sekali. Ini akibat sekolah-sekolah masih tutup. Sedangkan kebanyakan yang beli gulali itu anak-anak. Kalau sekolah tutup otomatis tidak ada pembeli,” ujarnya kepada HR Online, Selasa (22/9/2020).
Selama pandemi Covid-19, sehari-hari Burhan hanya mendapatkan pendapatan Rp 40 ribu. Ini jauh berbeda dengan kondisi sebelum Covid-19.
“Kalau sebelum Covid-19 biasa sampai Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu per harinya. Sekarang turun, paling dapat Rp 40 ribu saja,” jelasnya.
Pedagang yang mengandalkan gula pasir, pewarna makanan, dan tepung ini sekarang lebih sering berkeliling untuk menjajakan dagangannya.
“Sudah lama usaha ini, turunan dari ayah. Saya bisa mengolah dan membuat berbagai bentuk gulali sesuai keinginan pembeli itu turunan dari ayah saya,” jelas pedagang yang kini tinggal di daerah Jelat, Kota Banjar.
Gulali yang ia jual terbilang tidak begitu mahal dari harga sekitar Rp 2 ribu sampai Rp 10 ribu. Harga sengaja menyesuaikan dengan kemampuan anak-anak.
“Gulali yang biasa saya jual dua ribuan. Kalau untuk yang spesial dengan bentuk yang gede saya jual sepuluh ribu. Lumayan kalau lagi rame serta cuaca mendukung bisa dapat Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu keuntungannya,” katanya.
Untuk berdagang gulali, Burhan membutuhkan modal yang tidak terlalu banyak. Pedagang gulali ini menyebutkan, hanya membutuhkan Rp 60 ribu saja untuk modal jualan.
“Untuk beli bahan-bahan hanya mencapai Tp 60 ribu saja. Bahannya juga gampang, gula pasir 1 Kg, tepung penambah secukupnya. Terus pewarna makanan dan gas untuk mencairkan dan membentuk gulali ini,” jelasnya. (Hendra/R7/HR-Online)