Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Kelompok Tani Taruna Tani Mekar Bayu, Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat menggelar panen raya padi bebas residu, Kamis (10/9/2020).
Padi bebas residu tersebut lantaran dipupuk dengan menggunakan bahan organik dan bio pestisida non organic. Sehingga bebas dari bahan kimia dan tentu sehat.
Para petani menggelar panen raya di area pesawahan RT 01, RW 06, Dusun Cihideung, Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang.
Pada kegiatan tersebut hadir Kasubdit Padi Irigasi dan Rawa Dirjen Tanaman Pangan (TP) Kementrian Pertanian RI. Beserta Kepala Dinas Pertanian dan para Kepala Bidang, Camat dan Danramil Kecamatan Padaherang.
Termasuk juga Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Kelautan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pangandaran, masyarakat dan para kelompok tani se-Kecamatan Padaherang.
Ketua kelompok Taruna Tani Mekar Bayu, Tahmo Cahyono mengatakan, respon dari petani terhadap padi bebas residu ini cukup lumayan.
Apalagi setelah para petani mendapatkan sosialisasi terkait pemanfaatan Sumber Daya Manusia. Sehingga anggota kelompok lebih maju dan bisa bersaing dengan petani yang lainnya.
“Luas lahan yang kita siapkan seluas 20 hektar dengan jenis atau varietas bibit inpari 42 jajar legowo 2. Dengan menggunakan pupuk organik, agen hayati dan juga pestisida pupuk organik cair. Ternyata hasil padinya tahan terhadap kekeringan juga produksinya meningkat,” jelas Tahmo Cahyono kepada HR Online, di lokasi kegiatan, Kamis (10/9/2020).
Keuntungan Padi Bebas Residu
Lebih lanjut Tahmo menambahkan, penggunaan padi non residu dalam rangka program dari Kementrian Pertanian melalui Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran dengan menanam Padi menggunakan pupuk organic, agen hayati dan juga pupuk organik cair. Hasilnya berupa padi yang steril dari bahan-bahan kimia, selain itu juga tanah juga menjadi subur dan gembur.
“Kita mulai tanam tanggal 7 Juni 2020 dan hari ini tanggal 10 September 2020, panen raya dengan hasil 7,48 ton per hektar gabah kering giling (GKG). Modal bibit 5 kwintal Inpari 42 untuk lahan seluas 20 hektar,” kata Tahmo.
Tahmo berharap Dinas Pertanian yang didukung oleh Kementrian Pertanian terus mendorong para petani untuk melakukan budi daya padi bebas residu ini.
“Penjualannya juga tidak susah, ada beberapa pengusaha yang siap menerima hasil produk padi bebas residu ini. Ada perbedaan 10 persen dengan harga padi konvensional atau yang dengan pupuk kimia. Jadi lebih menguntungkan,” pungkas Tahmo.
Sementara Kasubdit Padi Irigasi dan Rawa Dirjen Tanaman Pangan (TP) Kementrian Pertanian RI Dr Rachmat M, Ssi,.MSi mengatakan, panen padi bebas residu ini bukan hanya ada di Pangandaran saja, tetapi di beberapa tempat dan wilayah diterapkan juga budidaya yang sama.
“Padi bebas residu artinya kita melakukan budidaya dengan meminimalisir penggunaan bahan kimia diganti dengan pupuk organic, pestisidanya bio pestisida non organik,” ungkap Dr. Rachmat.
Lebih lanjut Dr. Rachmat menambahkan, dari sisi harga biasanya konsumen yang memahami nilai kesehatan sudah memaklumi harga lebih tinggi tidak menjadi persoalan. Tetapi dari sisi pasar perlu ada dorongan serta intervensi dari Pemda untuk mensosialisasikan pentingnya konsumsi padi bebas residu tersebut.
“Jenis varietasnya apa saja, tapi budidayanya menggunakan pupuk organik tidak menggunakan bahan kimia artinya sudah bebas residu, hasilnya pun sehat dan bermutu,” pungkasnya. (Madlani/R7/HR-Online)