Meningkatnya kasus klaster keluarga Covid-19 lebih karena masyarakat kurang peduli dan bahkan tidak sedikit yang tidak percaya dengan virus Corona. Kondisi ini menyebabkan rendahnya penerapan protokol kesehatan yang menyebabkan banyaknya klaster keluarga yang terjadi.
“Meningkatnya kasus klaster keluarga sebenarnya berasal dari klaster kantor atau dari orangtua yang beraktivitas di luar rumah,” kata Dr Erlang Samoedro SpP(K), mengutip keterangannya dari chanel YouTube BNPB Indonesia, Jum’at (11/09/2020).
Sekjen Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDP) ini saat diskusi yang digelar Satgas Covid-19, mengatakan, kasus penularan yang terjadi dalam keluarga bukanlah hal yang baru.
Baca juga: Membuka Sekolah Berisiko Klaster Corona Baru Meski di Zona Hijau
Sebelumnya beberapa kasus anggota keluarga yang tertular dan mengalami infeksi virus Corona telah terjadi di berbagai daerah. Namun karena kasusnya yang terus meningkat tajam akhir-akhir ini yang menyebabkan terjadinya klaster keluarga Covid-19.
Peringatan kewaspadaan terhadap peningkatan kasus klaster keluarga sebelumnya mendapat sorotan dari Presiden Joko Widodo. Selain kasus dari keluarga, Jokowi juga mengingatkan potensi peningkatan kasus klaster kantor dan klaster Pilkada.
Faktor Pemicu Klaster Keluarga Covid-19
Sementara itu, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19, Prof Dr dr Akmal Taher SpU(K), juga mengakui meningkatnya kasus klaster keluarga Covid-19 yang penyebabnya dari sejumlah faktor. Utamanya terhadap persepsi masyarakat.
Analis dari Pandemictalks, Firdza Radiany, mengungkapkan temuan lainnya. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang tidak peduli atau bahkan tidak sedikit yang tidak percaya dengan virus Corona. Kondisi ini yang kemudian memicu rendahnya penerapan protokol kesehatan.
Baca juga: Gubernur Ridwan Kamil: Jangan Ada Klaster Pilkada di Jabar
Dari data yang Ia peroleh, menemukan fakta yang mengejutkan. Kasus penularan di kota Bogor sebanyak 34 persennya merupakan dari klaster keluarga Covid-19.
Besarnya kasus infeksi Corona yang terjadi dalam keluarga juga berkaitan dengan pemahaman masyarakat terhadap Covid-19. “Hanya sebanyak 15 persen saja warga Bogor yang percaya dengan Corona, selebihnya tidak peduli dan tidak percaya,” katanya.
Kasus di Bogor serupa dengan di New York Amerika Serikat. Hasil riset menyebutkan 66 persen kasus Corona merupakan klaster keluarga. Negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbesar di dunia ini ternyata juga banyak akibat penularan dalam keluarga.
Senada dengan hal itu, Prof Akmal Taher juga menyebut faktor persepsi masyarakat terhadap Corona yang memicu peningkatan klaster keluarga Covid-19. Baik karena kurang peduli maupun terlalu percaya diri sehingga mengabaikan protokol kesehatan.
Yang memprihatinkan, menurut Akmal Taher, tingkat prevalensi anak-anak di Indonesia untuk tertular virus Corona jauh lebih tinggi jika membandingkan dengan negara lain. Fakta ini seharusnya menjadi kesadaran para orangtua.
Hal ini terutama berkaitan dengan daya tahan tubuh anak yang rendah maupun asupan gizinya yang kurang optimal. Kondisi ini, menurut Akmal, menjadi faktor carrier yang bisa menularkan virus meski kebanyakan tanpa gejala.
Baca juga: Kontrol Protokol Kesehatan di Kantor Setelah Jadi Klaster Baru Covid-19
Begitu juga dengan orang lanjut usia maupun anggota keluarga yang menderita penyakit juga lebih berisiko tertular virus Corona. Kelompok ini juga mempunyai tingkat mortalitas yang lebih tinggi jika tertular Covid-19.
Cara Mencegah Klaster Keluarga Covid-19
Untuk mencegah meningkatnya kasus klaster keluarga Covid-19, Akmal Taher menilai perlunya treatment yang berbeda. Termasuk penjagaan kesehatan yang super ketat terhadap anggota keluarga berusia lanjut.
“Orangtua dan anak-anak merupakan kelompok rentan terinfeksi Corona. Jika ada yang baru pulang kantor harus membersihkan diri terlebih dahulu sebelum kontak dengan anggota keluarga,” tambah Dr Erlang Samoedro.
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh, Erlang juga menyarankan pentingnya orangtua memperhatikan asupan gizi anak-anak dan anggota keluarga. Dengan memadukan asupan gizi dan protokol kesehatan klaster keluarga Covid-19 bisa lebih menekan angka kasusnya. (R11/HR-Online)