Pemberian vaksin BCG untuk Corona memperlihatkan hasil yang cukup efektif, kata sebuah laporan penelitian terbaru. Selain aman digunakan, orang yang mendapat vaksin BCG tidak menunjukkan peningkatan risiko gejala Covid-19 .
Seperti dilansir Scitech Daily, hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pusat Universitas Radboud, Nijmegen Belanda menemukan efek vaksin BCG yang mampu meningkatkan imunitas tubuh. Bahkan laporan itu menyebutkan efek “kekebalan terlatih” dari vaksin ini.
Fungsi maupun efek vaksin ini terhadap imunitas tubuh mendorong sejumlah ilmuwan untuk menguji vaksin BCG untuk Corona. Penelitian itu dipimpin Profesor Mihai Netea, guru besar pengobatan internal eksperimental Universitas Radboud.
Vaksin Bacille Calmette-Guérin yang populer dengan sebutan BCG merupakan jenis vaksin yang terpopuler dan banyak digunakan di seluruh dunia. Vaksin ini dibuat untuk pencegahan dalam melawan tuberkulosis.
Baca juga: Manfaat Obat Kumur Mouthwash Bisa Cegah Virus Corona? Ini Risetnya
Vaksin BCG diketahui berguna untuk memberikan efek stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh. Di Indonesia, vaksin ini umumnya diberikan kepada anak-anak balita untuk memberikan perlindungan terhadap berbagai jenis penyakit menular.
Sebelumnya dikabarkan bahwa badan kesehatan dunia WHO tidak memberikan rekomendasi terhadap pemanfaatan vaksin BCG untuk Corona. Karena belum adanya bukti dari riset yang bisa dipertanggungjawabkan tentang khasiat vaksin ini.
Pernyataan WHO ini pernah disampaikan melalui akun Twitter resmi organisasi kesehatan dunia tersebut. Pernyataan ini juga dilontarkan karena adanya sejumlah negara yang menggunakan vaksin BCG untuk melindungi warganya terhadap pandemi Covid-19.
Mekanisme Kerja Vaksin BCG untuk Corona
Dalam laporannya yang dipublikasikan di Cell Reports Medicine disebutkan, meskipun vaksin BCG dimaksudkan untuk mengobati tuberkulosis, namun juga mampu mendorong peningkatan sistem kekebalan bawaan. Karena itu peneliti beranggapan vaksin ini efektif untuk kondisi lain.
Untuk menguji sejauh mana efektivitas vaksin BCG untuk Corona, para ilmuwan itu melakukan penelitian yang disebutnya sebagai riset tentang “trained immunity” atau “kekebalan yang terlatih”.
Riset ini dilakukan dengan membandingkan kelompok relawan yang mendapatkan vaksin BCG dengan kelompok yang tidak diberikan vaksin. Relawan ini mendapat vaksin dalam lima tahun terakhir atau sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
“Mereka yang menerima vaksin BCG selama gelombang pertama pandemi Covid-19 di Belanda tidak memiliki gejala yang berarti,” kata laporan itu seperti dikutip dari laman Scitech Daily.
Vaksin BCG untuk Corona dinilai aman dan tidak memperlihatkan peningkatan gejala Covid-19. Relawan yang mendapat vaksin tidak menunjukkan lebih banyak gejala, tidak lebih sering sakit, atau menjadi sakit yang lebih parah selama pandemi Corona.
Hasil Percobaan Vaksin
Daya tahan tubuh ini, menurut mereka, karena adanya peningkatan sistem imunitas tubuh yang telah dilatih setelah mendapat vaksin BCG. Kekebalan ini juga yang membuat mereka lebih tahan terhadap infeksi virus Corona.
Dalam membanding kedua kelompok itu, para ilmuwan Belanda ini juga menyatakan bahwa hasil riset memperlihatkan gambaran positif yang hati-hati. Jumlah relawan yang divaksin dan mengalami sakit jumlahnya lebih rendah pada periode Maret-Mei 2020.
Baca juga: Siapkah Menggelar Pemilu Saat Pandemi Covid-19? Ini Hasil Risetnya!
Begitu juga jumlah insiden kelelahan ekstrem yang dialami kelompok yang mendapat vaksin BCG juga lebih rendah. Kondisi sebaliknya justru dialami kelompok yang tidak mendapatkan vaksin BCG untuk Corona.
“Sangat penting untuk memastikan bahwa orang yang sudah mendapat vaksinasi BCG tidak mengalami peningkatan gejala selama pandemi virus Corona,” kata Profesor Mihai Netea.
Namun Netea juga menambahkan bahwa sedikitnya jumlah orang yang mendapatkan vaksin BCG terkena gejala Corona tidak atau belum menentukan efektivitas vaksin BCG untuk pengobatan Covid-19.
Untuk menjawab keraguan tentang efektivitas vaksin BCG untuk Corona saat ini tengah dilakukan sejumlah percobaan dan uji klinis secara acak. Penelitian dilakukan di berbagai negara, termasuk di Belanda. (R11/HR-Online)