Arti swinger banyak dicari saat ini. Hal ini lantaran heboh kasus yang melibatkan seorang dosen di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Dosen tersebut melakukan pelecehan sekaligus membujuk agar mau tukar pasangan demi memuaskan hasratnya.
Bams, dosen tersebut beralasan sedang melakukan riset sehingga butuh relawan, namun ujung-ujungnya sejumlah wanita diajak untuk tukar pasangan.
Baca Juga: Apa Arti Fetish yang Trending di Twitter ‘Gilang Fetish Kain Jarik’
Modus melakukan riset ini mengingatkan pada kasus Gilang Bungkus yang heboh di Twitter setelah thread Fetish Kain Jarik viral.
Seperti halnya Gilang Predator, bukannya membahas riset yang sedang dikerjakannya, Bams malah asyik menceritakan fantasinya yang berhubungan dengan praktek swinger atau tukar pasangan.
Korban Bams diduga ada ratusan orang. Bams seolah tidak ada kapok mengirim sejumlah pesan melalui media sosial untuk mencari pasangan yang ingin melakukan swinger.
Apa Arti Swinger?
Swinger berarti aktivitas tukar pasangan, dimana seseorang merasakan kepuasan apabila melihat pasangannya bercinta dengan orang lain. Sementara dirinya juga menggauli pasangan dari orang yang bercinta dengan istrinya.
Apa yang mendorong pelaku swinger mempraktekkan hal tersebut? Bisa jadi karena pelaku swinger tidak merasa puas dengan pasangannya. Bisa juga karena sudah bosan menggauli pasangannya. Ada juga yang melakukannya lantaran istri kelelahan dan tengah istirahat usai melahirkan.
Namun, ada risiko tersendiri apabila satu pasangan nekat melakukan praktek swinger. Penyakit menular menanti mereka.
Seperti halnya pria gay atau biseksual, pelaku swinger heteroseksual mempunyai risiko sama untuk tertular penyakit menular. Hal itu dilaporkan dalam laporan penelitian di Belanda.
Praktek swinger membuat pelakunya punya risiko tinggi terkena herpes, ataupun infeksi yang diakibatkan virus.
Bahkan, mereka juga bisa terinfeksi HIV, virus ganas penyebab AIDS. HIV menyerang imunitas tubuh, sehingga seseorang tidak akan mampu melawan infeksi.
Klamidia adalah penyakit menular lainnya yang bisa diidap oleh para pelaku swinger. Klamidia sering menimpa perempuan muda yang mempraktekkan pergaulan bebas.
Meskipun begitu, laki-laki juga punya risiko sama terkena klamidia. Jika Anda terkena klamidia, gejalanya merasa nyeri di bagian genital disertai dengan keluarnya cairan.
Bukan itu saja, gonore atau kencing nanah juga menanti para pelaku swinger. Gonore ini disebabkan bakteri Neisseria gonorrhoeae yang menular karena praktek gonta-ganti pasangan.
Penelitian Swinger
Peneliti dari Belanda mempublikasikan hasil risetnya terkait swinger dalam British Medical Journal. Hasil penelitian tersebut menyebutkan, praktek swinger lebih berbahaya daripada prostitusi.
Pasalnya praktek swinger berisiko lebih tinggi terkena penyakit menular daripada pelaku prostitusi.
Anne Marie Niekamp, seorang peneliti dari Maastricht University yang ikut dalam riset tersebut mengatakan, meskipun para pelaku swinger tidak bisa diperkirakan, namun populasi para pelaku swinger bisa lebih besar.
Para peneliti tersebut meneliti jumlah kunjungan di tiga klinik kesehatan yang berada di Limburg Selatan mulai tahun 2007 sampai 2008.
Dari hasil pengamatan mereka, 50 persen pelaku swinger mengidap penyakit klamidia atau gonore. Lalu pelaku swinger yang berusia di atas 45 tahun juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit menular. Ini apabila dibandingkan dengan pelaku swinger di bawah umur.
Profesor dari Universitas Washington, H Hunter Handsfield, yang juga ikut dalam penelitian tersebut, menegaskan melakukan hubungan dengan lebih dari satu orang pada satu waktu atau secara berurutan bisa menimbulkan penyebaran penyakit menular.
Bahaya Swinger
Karena praktek swinger seringkali tersembunyi, maka berbagai penyakit menular seperti gonore, klamidia, HIV-AIDS dan sebagainya jadi tidak teridentifikasi dengan baik.
Banyak pelakunya yang tidak sadar dengan risiko tersebut. Akibatnya penyebaran penyakit menular lebih massif dalam kelompok yang sadar melakukan praktek swinger.
Website kencan khusus untuk swinger bernama Swinger Date Club memperkirakan ada jutaan swinger di seluruh dunia.
Sayangnya banyak yang tidak melakukan hubungan secara aman. Jarang yang sadar untuk menggunakan alat kontrasepsi ketika sedang berhubungan. Padahal alat pengaman ini bisa mencegah penularan penyakit melalui hubugan yang tidak aman.
Meskipun begitu, Dr Cynthia Krause seorang asisten profesor kebidanan di New York City, juga mengingatkan, tidak semua penyakit menular bisa dicegah dengan alat pengaman tersebut.
“Alat kontrasepsi kurang efektif dalam mencegah infeksi, apalagi jika penyebarannya melalui kontak kulit ke kulit, seperti HVP, kutil kelamin, kanker serviks dan herpes,” katanya.
Itulah arti swinger dan risiko penyakit menular yang mungkin diidap oleh para pelaku praktek tukar pasangan ini. (Ndu/R7/HR-Online)