Sejarah Taman Siswa dan kurikulum trikon perlu publik ketahui karena termasuk warisan Ki Hadjar Dewantara. Taman Siswa sendiri merupakan sekolah partikelir yang terkenal dengan ajaran trikonnya. Dalam sejarah Indonesia mencatat bahwa trikon merupakan nama kurikulumnya.
Baca Juga: Kisah Cinta Soekarno dan Ratna Sari Dewi, Selebriti Cantik Asal Jepang
Bukan tanpa alasan kenapa Ki Hadjar Dewantara mendirikan sekolah tersebut. Hal ini karena tokoh yang memiliki peranan penting di Indonesia tersebut memang peduli dengan sektor pendidikan. Karena hal itu, ia mendapatkan gelar sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.
Sejarah Taman Siswa dan Kurikulum Trikon di Indonesia
Tidak seperti sekarang, dulu pendidikan merupakan hal yang sangat mahal di Indonesia. Saat itu pendidikan hanya berlaku bagi kaum bangsawan dan keturunan Belanda saja.
Ki Hadjar Dewantara merasa miris dengan kondisi pendidikan pribumi atau rakyat biasa. Dengan latar belakang tersebut, Ki Hadjar Dewantara lantas berupaya sebaik mungkin untuk meratakan sektor pendidikan, khususnya bagi pribumi.
Selain peduli dengan pendidikan, ia juga melakukan gerakan untuk menolak rencana perayaan kemerdekaan Belanda dan Perancis ke-100 tahun. Aksinya ini membuat Belanda mengasingkannya bersama Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker.
Meski ada di pengasingan, namun ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan Indonesia. Bahkan di tahun 1918, ia mengikuti perkumpulan kepemudaan.
Salah satunya yaitu Selasa Kliwonan dengan pemimpinnya ialah Pangeran Suryomentaram. Ketika berada di perkumpulan ini, ia mendapatkan tugas untuk memimpin pelaksanaan pendidikan sebagai awal sejarah Taman Siswa dan kurikulum trikon.
Hal ini ia manfaatkan untuk mengubah sistem pengajaran kolonial yang menyengsarakan anak-anak pribumi. Karena hal itu, ia lantas mendirikan Nationaal Onderwijs Tamansiswa pada 3 Juli 1922 di Jogja.
Ketika mendirikan sekolah tersebut, ia menerapkan kurikulum trikon. Kurikulum ini mengusung konsep pendidikan yang kerakyatan, humanis, dan kebangsaan.
Seiring berjalannya waktu, Taman Siswa terus mengalami perkembangan. Pada akhirnya, sekolah ini bisa membuka cabang di berbagai wilayah lainnya.
Cakupan jenjang pendidikannya pun meluas. Mulai Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi.
Mengenal Kurikulum Trikon
Dalam sejarah Taman Siswa dan kurikulum trikon ini, fokusnya pada pendidikan budaya. Mulai dari metode pelestarian budaya, pembuatan alat-alat budaya, dan menumbuhkan semangat berkebudayaan. Hal ini juga mencangkup alat budaya seperti halnya wayang.
Lalu untuk pengertiannya, tertuang jelas dalam buku Suhartono dalam judul Perjuangan Ki Hadjar Dewantara dari politik ke pendidikan. Menurutnya, kurikulum ini ialah bentuk pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang asalnya dari pengamatannya saat belajar di Belanda.
Baca Juga: Biografi H.O.S Tjokroaminoto, Keturunan Kyai Guru Bung Karno
Ki Hadjar Dewantara mendefinisikan kurikulum ini sebagai konsep pembelajaran untuk menghubungkan manusia dengan budaya luhur bangsa. Lewat kurikulum unik, Ki Hadjar Dewantara juga berupaya untuk menyeleksi munculnya budaya luar yang menyatu dengan budaya bangsa dan melahirkan budaya baru.
Konsep kurikulum ini sendiri bisa terlihat dari teknik try on error methode yang memperlakukan learning by doing. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ki Priyo Diwarso dalam buku yang judulnya Merawat Nilai-nilai Budaya Jawa Melalui Perspektif Kearifan Lokal di Yogyakarta.
Tak berhenti di situ saja karena terungkap pula bahwa Ki Hadjar Dewantara menerapkan kurikulum tersebut dengan media pembelajaran berupa wayang dan menembang. Sejarah Taman Siswa dan kurikulum trikon ini membuat anak-anak merasa antusias untuk belajar sekaligus mengenal budaya bangsa.
Ajaran Ki Hadjar Dewantara di Taman Siswa
Ki Hadjar Dewantara mendirikan taman siswa dengan prinsip Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Ajaran ini memiliki arti yaitu di depan memberikan contoh, di tengah mendongkrak semangat, dan di belakang memberi dorongan.
Perayaan Hari Pendidikan Nasional
Untuk mengenang jasa Ki Hadjar Dewantara di dunia pendidikan, maka setiap 2 Mei jadi Hari Pendidikan Nasional. Adapun salah satu bentuk perayaannya terlihat jelas dalam akun media sosial Instagram @nusantarainfo_official.
Ada salah satu postingan di akun tersebut yang menyebut Taman Siswa jadi saksi awal perjalanan pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara pun jadi tokoh penting di dalamnya.
Baca Juga: Sejarah Tembakau di Indonesia, Bernilai Ekspor Tinggi
Dari uraian di atas, tentu sudah bisa mengetahui bagaimana sejarah Taman Siswa dan kurikulum trikon di Indonesia. Warisan Ki Hadjar Dewantara tersebut memang berpengaruh positif di Indonesia. Berkat jasanya, pribumi bisa mendapatkan pendidikan formal dengan layak. (R10/HR-Online)