Sejarah penjajahan Jepang di Indonesia sangat membekas dalam ingatan Elien Utrecht, perempuan asal Belanda yang pernah disiksa serdadu Jepang di Jawa Timur.
Perempuan ini mengalami trauma psikis yang disebabkan dari pengalamannya ketika ia disiksa oleh tentara Jepang yang kerap dilakukan pada golongan ras kulit putih.
Elien rupanya menulis rangkaian peristiwa pahit itu dalam sebuah catatan harian. Kemudian catatan hariannya diangkat pada sebuah buku yang berjudul “Melintasi Dua Jaman” pada tahun 2007 dan diterbitkan oleh penerbit Komunitas Bambu.
Dalam buku tersebut Elien mengisahkan bahwa kejadian itu terjadi bersamaan dengan masuknya penjajahan Jepang sekitar tahun 1943 hingga pertengahan tahun 1945. Dalam rentang waktu itu merupakan perjalanan sejarah penjajahan jepang di Indonesia.
Elien sendiri berasal dari keluarga mapan yang berpenghasilan cukup. Kala itu dia berumur 17 tahun. Hidupnya masih berada pada ketergantungan orangtuanya. Ayahnya seorang pegawai perusahaan pada sebuah pabrik gula terbesar di Jawa.
Baca juga: Sejarah Haji pada Masa Kolonial Belanda di Indonesia
Elien bercerita, semenjak ayahnya bekerja di kantor pabrik gula, hidupnya penuh dengan kenyamanan. Namun menjelang akhir tahun 1941 dia merasakan perubahan jaman yang begitu drastis.
Namun dia menyadari perang dunia ke II yang waktu itu sedang berkecamuk akan mengancam kehidupannya. Dia pun sudah memprediksi bahwa Jepang akan segera masuk ke Indonesia.
Beberapa komunitas sosial orang Belanda di Indonesia mulai kocar-kacir. Mereka merencanakan kabur sebelum Jepang menduduki Indonesia. Namun usahanya itu tidak membuahkan hasil yang baik.
“Jepang sudah masuk sebelum orang-orang Belanda berkemas dan menyiapkan koper-koper mereka di depan rumahnya,” kata Elien dalam catatan hariannya.
Nasib Orang Belanda pada Sejarah Penjajahan Jepang di Indonesia
Semenjak itu pula orang-orang Belanda yang ada di Indonesia menjadi interniran Jepang dan dibawa ke beberapa kamp-kamp penampungan di sekitar pulau Jawa.
Manurut Elien, selama Jepang berkuasa di Indonesia, para tentaranya kerap berbuat keras pada setiap orang Belanda. Penyiksaan itu tidak hanya dialami kaum laki-laki muda, namun perempuan, orang tua dan anak-anak pun bernasib sama.
Kisah di Kamp Tahanan
Elien juga bercerita bahwa ibunya pernah disiksa oleh tentara Jepang. Penyiksaan itu dilakukan di kamp tahanan yang berada di Surabaya. Kejadian itu terjadi selama perjalanan sejarah penjajahan Jepang di Indonesia.
Kala itu ibunya ditunjuk sebagai seorang kumicho atau pemimpin regu di dalam kamp. Sementara tugas-tugas yang diberikan tentara Jepang pasti akan melewati ibunya.
Pada kala itu tentara Jepang menugaskan ibunya untuk memimpin para anak buahnya membersihkan lingkungan kamp tahanan yang mulai ditumbuhi banyak rerumputan. Ibunya pun mengangguk dan setuju.
“Namun keesokan harinya, ibu kena tampar tentara Jepang,” kenang Elien.
Kejadian itu berawal pada suatu sore. Ketika itu ibunya dipanggil oleh seorang ajudan Jepang yang sedang lewat. Ajudan tersebut melihat lingkungan di sekeliling kamp tahanan masih kotor dan terlihat penuh dengan rumput yang panjang.
Menurut Elien, ibunya sempat akan menjelaskan bahwa semua itu disebabkan oleh para tahanan yang kelelahan. Namun para tahanan sudah merencanakan akan membersihkan rumput-rumput itu pada keesokan harinya. Akan tetapi ketika mulut ibunya belum sampai berucap, tentara itu menampar keras mukanya.
Kejadian sepanjang sejarah penjajahan Jepang di Indonesia ini sungguh memberikan trauma besar kepada Elien yang saat itu masih berusia remaja. Dia pun ikut ditahan dalam kamp satu ruangan dengan ibunya. Dia juga melihat secara jelas siksaan- siksaan itu sering kali dilakukan oleh para tentara Jepang kepada orang-orang Belanda.
Selain ibunya yang mendapat tamparan keras, kadang-kadang Elien juga sering mengalami perlakukan serupa dari tentara Jepang.
Sejarah Penjajahan Jepang di Indonesia: Trauma Elien
Menurut Elien, orang-orang Jepang saat itu mudah tersulut emosi dan tak pandang bulu. Hal itu yang membuat dia trauma apabila mengingatkan peristiwa tersebut.
Saking tertekan secara psikis selama di kamp tahanan, dalam catatan hariannya Elien mengaku dia sempat ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Baca juga: Kebiasaan Unik Orang Indonesia yang Mengadopsi Budaya Belanda
Elen mengisahkan kala itu ibunya sedang tidak disampingnya. Ia menemukan botol minuman bekas pesta para tentara Jepang. Dengan hati-hati botol itu dimasukannya kedalam baju dan dibawanya ke ruangan tempat dia ditahan.
Menurut Elien botol kaca itu dilemparkan pada tembok dan pecahan kacanya digunakan untuk memotong urat nadinya. Darah dari tangannya langsung mengucur dan membasahi lantai.
Namun takdir kematian belum sampai padanya. Elien ditolong oleh tentara Jepang yang sedang patroli mengelilingi kamp. Kemudian dia dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
Dari kejadian itu ia merasa ada peristiwa aneh sekaligus bahagia. Karena menurut Elien pasca peristiwa itu terjadi dia diijinkan bertemu dengan sang ayah dan adiknya. Mereka sempat terpisah selama berada di kamp tahanan.
Itulah cerita Elien Utrecht seorang perempuan Belanda yang disiksa tentara Jepang di Indonesia. Cerita yang diambil dari catatan harian Elien ini merupakan sepenggal sejarah penjajahan Jepang di Indonesia. Semoga bermanfaat. (Erik/R2/HR-Online)