Sejarah manusia purba neolitikum atau zaman batu muda berkaitan dengan sistem bercocok tanam serta beternak. Hal ini karena di masa tersebut pola pikir manusia sudah mulai berkembang. Dalam peradaban dunia ini, kelompok manusia juga lebih maju dan memutuskan untuk menetap di satu tempat.
Baca Juga: Lukisan Purbakala di Hutan Amazon Tersembunyi, Berusia 11.800 Tahun
Dengan kemampuan bercocok tanam dan beternak, menandakan bahwa manusia purba di zaman tersebut mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini juga membuktikan bahwa kemampuan menguasai alam dan isinya cukup baik. Zaman ini sendiri berlangsung pada 4.500 hingga 2.500 sebelum Masehi.
Sejarah Manusia Purba Neolitikum dalam Bercocok Tanam
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia purba memang bercocok tanam sebagaimana penjelasan buku milik I Wayan Badrika. Buku tersebut judulnya Sejarah Nasional Indonesia dan Umum 1.
Melalui buku tersebut, terungkap bahwa kehidupan bercocok tanam pada masa neolitikum pertama kali ialah berhuma. Dalam hal ini, terjadi revolusi dari food gathering jadi food producing.
Sistem Bercocok Tanam Berhuma
Dalam sejarah manusia purba neolitikum, berhuma ialah teknik bercocok tanam dengan membersihkan hutan lantas menanaminya. Saat tanahnya sudah tidak subur, mereka pindah ke hutan lain dan melakukan berhuma lagi.
Saat melakukannya, mereka cenderung menetap di satu tempat dalam jangka waktu lama. Lalu sudah ada pengembangan kemampuan berpikir untuk memanfaatkan lahan secara berulang kali.
Dalam tahapan ini lantas mengenal persawahan sehingga tak lagi hidup berpindah-pindah tempat. Dengan sistem tersebut, manusia purba tak lagi berburu sekaligus mengumpulkan makanan seperti dulu lagi.
Teknik Beternak
Dalam sejarah neolitikum berikutnya, manusia purba lambat laun mengenal teknik beternak. Awal mulanya mereka menjinakkan hewan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mulai dari sapi, kerbau, anjing, kuda, dan babi.
Hewan-hewan liar yang jinak lalu diolah jadi makanan. Sesuai jurnal ilmiah yang judulnya Pra Sejarah Indonesia: Tinjauan Kronologi dan Morfologi, teknik berternak di masa ini memang cukup aneh dan baru.
Sistem Ekonomi Barter
Seiring berjalannya waktu, mereka mulai mengenal sistem ekonomi barter. Sistem tersebut tidak lain ialah dengan pertukaran barang.
Baca Juga: Temuan Teraneh di Dunia yang Menarik dan Misterius
Cakupan wilayahnya pun tak hanya sebatas tempat tinggalnya saja, melainkan hingga daerah lain. Hal inilah yang membuat sistem ekonomi barter pada masa itu semakin maju.
Mengenal Logam
Lambat laun mereka mulai mengenal logam dengan nilai tukar sangat tinggi. Hal inilah yang membuat banyak kelompok manusia purba menyimpan bahan makanan dalam sejarah neolitikum.
Selama mengenal logam, mereka mengerjakannya dengan kemampuan yang semakin maju. Pembuatan produk logam yang manusia purba lakukan juga semakin berkembang.
Neolitikum sebagai Zaman Revolusi Manusia Purba
Zaman neolitikum ini jadi sejarah revolusi manusia purba bukan tanpa alasan. Hal ini lantaran di zaman tersebut sudah ada perubahan jenis pendukung kebudayaannya.
Kala itu sudah ada homo sapiens yang memberikan dukungan terhadap kebudayaan zaman batu muda atau batu baru. Homo sapiens ini mengenal sistem bercocok tanam sekaligus ternak.
Di zaman ini juga ada banyak perubahan sebagaimana uraian di atas. Untuk tempat tinggalnya pun tak hanya terbatas di wilayah Eropa, melainkan juga Asia Barat, Afrika Utara, Mesir, Crete, hingga Siprus. Seluruh lembah Mediterania memang jadi pusat neolitikum.
Ciri-Ciri Zaman Neolitikum
Sejarah neolitikum ini memiliki ciri perkembangan budaya kehidupan manusia purba tersendiri. Mulai dari alat-alat batu yang sudah diasah dan bahkan dihias, tempat tinggal sudah menetap, mengenal food producing, bercocok tanam, beternak, menggunakan kapak persegi serta kapak lonjong, hingga telah mengetahui kepercayaan.
Peninggalan Zaman Neolitikum
Zaman ini memperlihatkan banyak peninggalan purba bersejarah. Apabila mengecek akun Instagram @igoendonesia, terlihat ada peninggalan purba di wilayah Purbalingga.
Adapun peninggalan zaman neolitikum yang terlihat ialah artefak berupa phallus. Artefak ini berada di kompleks Situs Kedungbenda.
Bentuknya berupa batu lonjong dengan panjang sekitar 90 cm. Lalu juga ada batu yang bentuknya mirip lumpang. Batu ini lokasinya tak jauh dari letak phallus.
Baca Juga: Penemuan Unik di Dunia yang Menakjubkan dan Misterius
Setelah menyimak uraian di atas, tentu sudah bisa mengetahui bagaimana sejarah manusia purba neolitikum. Di zaman ini, pola pikir mereka sudah mulai berkembang dan lebih maju. Hal tersebut terbukti dari banyaknya perubahan kehidupan yang jauh lebih baik. (R10/HR-Online)