Berita Tasikmalaya (harapanrakyat.com),- Petani di Salopa memanam pohon kayu balsa untuk interior pesawat. Selain itu, berbagai jenis bibit tanaman lainnya pun tersedia untuk dijual.
Petani tersebut bernama Ecep Kusnara, warga Kampung Cikembang, Desa Karyamandala, Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Selain menanam pohon kayu balsa untuk bahan interior pesawat, berkat ketekunannya dalam menaman berbagai jenis tanaman, Ecep pun sempat mengekspor lengkuas hingga ke Swis.
Saat ditemui HR Online, Sabtu (25/07/2020), Ecep menunjukkan beragam jenis tanaman yang ditanam dalam polybag berjejer rapi di halaman rumahnya.
“Saya bertani sudah lama, yaitu dari tahun 1997. Saya juga menanam jati plus, pohon kayu balsa. Kalau jati plus dijualnya ketika berumur sudah besar dan membutuhkan bebarapa tahun,” tuturnya.
Sedangkan, pohon kayu balsa untuk interior pesawat biasa dipanen ketika berumur 3 tahun. Kayu balsa dijual per meter kubik dengan harga Rp 2 juta.
“Waktu jaman dulu, hasil dari menjual pohon kayu balsa cukup untuk membiayai anak kuliah di Yogyakarta. Kalau di Tasikmalaya memang belum ada kayu balsa, yang ada hanya di Jawa Timur dan di Purworejo. Saya beli benih pohon kayu balsa dari online,” terangnya lagi.
Manfaatkan Polybag untuk Menanam
Selain jati plus dan pohon kayu balsa, Ecep juga menanam padi mawar. Karena tak punya lahan sawah, maka dirinya menanam padi mawar di dalam ember.
Kemudian, ada pula tanaman cabai, tomat, jahe merah yang ditanam menggunakan media polybag. Semua jenis bibit tanaman yang ditanamnya terlihat tumbuh sumbur.
“Sebab saya gak punya sawah, jadi tak ada salahnya kalau ada kemauan menanam padi mawar di ember atau di halaman rumah juga bisa. Lihat saja saya tanam cabe, tomat, jahe merah tumbuh subur,” ujarnya.
Ecep mengaku kalau dirinya tidak memiliki ilmu pertanian. Bahkan, belum pernah mengikuti pelatihan dari Dinas Pertanian. Dalam bertani, ia hanya belajar tata cara menanam melalui Google saja. Karena memang memiliki hobi menanam berbagai jenis bibit tanamam.
“Mengurus kebun ini saya mempekerjakan masyarakat sekitar. Bayarannya kalau laki-laki 40 ribu rupiah sehari, sedangkan perempuan 35 ribu ribu sehari. Ada sekitar 15 orang yang kerja di sini, kerjanya hanya mengisi polybag dengan jenis bibit tanam,” pungkas Ecep. (Apip/R3/HR-Online)