Gas metana di Antartika bocor untuk pertama kalinya dan telah dikonfirmasi oleh para ilmuwan. Kebocoran ini menjadi yang pertama kalinya aktif di bawah lautan Antartika. Seperti yang diketahui bahwa gas metana memang telah disimpan di bahwa laut.
Antartika sendiri mengandung seperempat dari jumlah gas metana yang ada di Bumi. Kebocoran yang ada di Antartika ini membuat para ilmuwan khawatir. Sebab, nantinya akan ada resiko atau dampak yang akan dihadapi.
Dilansir dari Independent, metana merupakan gas rumah kaca yang memiliki karakteristik sangat kuat. Dikatakan kuat karena kemampuannya untuk menyerap panas. Berdasarkan data, kurang lebih selama 20 tahun, 1 kg metana telah membuat planet menjadi hangat.
Fakta Gas Metana di Antartika Bocor
Para penyelam mulai melakukan penelitian pertama kali dengan melihat kebocoran di tahun 2011. Dimana kebocoran tersebut terjadi dibawah laut Ross dekat Antartika Selatan, Ross Ice Shelf. Tepatnya berada pada jarak 10 meter atau 30 kaki di bawah laut.
Para penyelam kemudian melakukan penyelaman kembali di kawasan yang sama. Namun letaknya berbeda meski jaraknya tidak terlalu jauh dari situs pertama. Pada kunjungan yang kedua, terlihat adanya tanda kebocoran gas metana yang berwarna putih.
Kunjungan yang kedua ini membuat penelitian mengenai kebocoran gas lebih rinci lagi. Gas metana di Antartika bocor membuat para peneliti dan ilmuwan prihatin. Para ilmuwan menyatakan bahwa kebocoran ini bukanlah hal yang baik.
Gas metana yang mengalami kebocoran bisa terlepas hingga ke atmosfer. Tentu dampaknya bisa dirasakan oleh para penghuni Bumi. Mulanya gas metana tersebut terperangkap dalam permafrost kutub. Kemudian permafrost mengalami pencairan sehingga membuat gas metana terlepas.
Metana yang melarikan diri dari bawah dasar laut tersebut akan terus mengalir. Respon mikroba dan mikroorganisme di bawah laut terbilang sangat lambat. Apalagi kebocorannya terjadi di laut yang sangat dangkal. Sehingga akan sangat mudah bagi gas metana untuk mengalir bebas.
Gas metana di Antartika bocor dikatakan sebagai kebocoran kecil. Mengingat Antartika hanya mengandung seperempat metana dari Bumi. Sehingga untuk perubahan iklimnya akan tetap berubah, namun tidak terlalu signifikan.
Hal yang justru dikhawatirkan adalah jika kebocoran ini tidak hanya terjadi di Antartika. Tetapi di kawasan benua selatan Bumi yang mengandung banyak gas metana. Tercatat sebanyak 25% gas metana laut di Bumi berada di benua selatan.
Jumlah yang sangat banyak ini tentunya akan mempengaruhi iklim di Bumi. Terutama untuk pemanasan global yang mengakibatkan mencairnya es di kutub.
Baca Juga: Hutan Hujan Kuno di Antartika, Inilah Awal Mula Penemuannya
Dampak Gas Metana di Antartika Bocor
Seperempat jumlah gas metana telah tersimpan di Antartika. Sedangkan sisanya tersebar di berbagai belahan dunia di bawah laut. Kebocoran pertama di Antartika ini memang tidak berdampak secara signifikan.
Namun sudah terdapat peringatan akan resiko kebocoran gas metana yang lebih besar. Suhu global yang meningkat menjadi pemicu terjadinya es mencair. Gas metana melakukan pelepasan kemudian mengalir hingga ke atmosfer.
Gas metana di Antartika bocor juga mengalami hal yang sama. Apabila terjadi di benua bagian lain tentunya juga mengalir lebih cepat. Sebelumnya, di tahun 2018 NASA telah memberikan peringatan.
Dimana mencairnya es di Arktik bisa saja membawa pelepasan gas metana. Pelepasan ini memberikan kontribusi yang cepat pada pemanasan global.
Bahkan kecepatan pemanasan global ini tidak dapat diperhitungkan dalam proyeksi iklim. Para ilmuwan menyebutkan bahwa pelepasan metana dianggap sebagai peristiwa puncak atau titik tip.
Peristiwa ini memberikan efek yang besar. Bahkan meningkatnya suhu global tidak dapat dibalik atau dihentikan. Sehingga pemantauan akan kebocoran gas metana masih terus dalam pemantauan. Kebocoran metana di kawasan Antartika masuk dalam kategori aktif dan masih dalam perekaman.
Hingga saat ini sumber metana belum diketahui. Kemungkinan metana tersebut berasal dari pembusukan alga yang terkubur dibawah sedimen. Diperkirakan usianya sudah mencapai ribuan tahun.
Mikroorganisme yang mengonsumsi metana tersebut membutuhkan waktu lama untuk menghentikannya. Para ilmuwan memperkirakan bahwa 5 sampai 10 tahun lagi mikroorganisme dapat menghabiskan metana.
Namun di masa tersebut pastinya sudah ada metana yang melarikan diri. Berdasarkan laporan yang dilansir dari The Guardian, rembesan aktif metana terjadi di pulau sub Antartika. Tepatnya di Georgia Selatan tahun 2014.
Peristiwa gas metana di Antartika bocor ini perlu diwaspadai. Dampaknya dapat berakibat pada mencairnya es yang lebih banyak. Dengan begitu, air laut juga akan meluap dengan tingkat kecepatan tinggi. (R10/HR Online)