Berita Tasikmalaya, (harapanrakyat.com),- Cara yang dilakukan komunitas saat membagikan bantuan sembako beda dengan cara pemerintah bagikan bansos yang kerap mengabaikan protokol kesehatan. Seperti diketahui bahwa pemerintah terus mengucurkan bantuan sosial (bansos) bagi warga terdampak Covid-19 melalui berbagai program.
Namun, tak jarang dalam proses pembagianya justru kerap mengabaikan protokol kesehatan. Selain tidak memakai masker, banyaknya masyarakat yang menimbulkan kerumunan pada akhirnya jauh dari penerapan protokol kesehatan.
Seperti yang terjadi di Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. Pemerintah bagikan bansos melalui program BLT (Bantuan Langsung Tunai) kepada 1.300 warga.
Terlihat warga sebanyak itu mengantri untuk mencairkan dana BLT. Bantuan BLT dari pemerintah untuk warga terdampak Covid-19 jumlahnya mencapai Rp 600 ribu.
Dalam pencairannya, banyak warga berkerumun hingga saling berdesakan. Petugas sudah melakukan sosialisasi agar warga menerapkan protokol kesehatan. Namun, masyarakat seolah mengabaikannya.
Aris Firmansyah, salah satu penerima bansos mengatakan, demi mendapatkan BLT sebesar Rp 600 ribu, dirinya rela berdesakan dengan warga penerima lainnya.
“Luar biasa tadi berdesakan, tapi lumayan demi dapat bantuan 600 ribu rupiah sebulan. Alhamdulillah, untuk kebutuhan selama 3 bulan ke depan tercukupi,” ungkap Aris, kepada HR Online, Jum’at (17/07/2020).
Baca Juga : Gubernur Jabar Akan Evaluasi Penyaluran Bantuan Sosial
Cara Komunitas Bagikan Bantuan Sembako
Tak hanya pemerintah, gerakan membantu warga terdampak Covid-19 juga dilakukan sejumlah komunitas di Tasikmalaya. Bedanya, mereka sengaja datang door to door ke rumah warga kurang mampu untuk memberikan sembako gratis.
Seperti yang dilakukan Yayasan Bakti Kalam Insani. Komunitas tersebut membagikan sembako kepada puluhan warga Urug, Kawalu, dan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya. Serta warga Desa Cikadongdong, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.
Ketua Yayasan Bakti Kalam Insani, Hendra Epoy, mengatakan, bantuan yang disalurkan memang tidak sebesar apa yang diberikan oleh pemerintah atau pihak lain.
“Namun, intinya ini adalah bentuk keikhlasan kita. Kita lebih memilih membagikannya secara door to door mendatangi rumah warga. Tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya.
Lanjut Hendra, kegiatan bakti sosial yang dilakukan pihaknya itu merupakan bentuk kepedulian dari teman-teman jurnalis Tasikmalaya untuk membagikan bantuan sembako. Bantuan tersebut diberikan kepada masyarakat terdampak Covid-19.
“Kita berupaya agar pada saat bantuan dibagikan, penerima dimulyakan, tidak banyak berkumpul atau berkerumun. Sehingga, pemberian bantuan ini lebih menyisir ke daerah-daerah dan kampung-kampung,” terang Hendro.
Sementara itu, Wati (49), salah satu penerima bantuan di Desa Cikadongdong, mengaku sangat terbantu atas bantuan sembako yang diberikan. Apalagi dirinya sehari-hari hanya berjualan pecel dan karedok.
“Alhamdulillah, saya sangat terbantu. Mudah-mudahan bisa bermanfaat. Jualan saya juga sekarang lumaya laku,” ungkapnya. (Apip/R3/HR-Online)