Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Seluas 255 hektar sawah di Ciamis tidak teraliri air. Pasalnya, air di jalur Paniisan PI 3 KI Lakbok Utara yang seharusnya mengalir tidak sampai karena saluran irigasinya belum dilening.
Diketahui, saluran air yang belum dilening untuk mengairi sawah di 3 desa itu, yakni Desa Kertajaya Kecamatan Lakbok, Desa Karangpaningal dan Sukamulya Kecamatan Purwadadi, sepanjang 2050 meter.
Sementara saluran yang sudah dilening hanya sepanjang 400 meter. Karena itu, air yang seharusnya mengaliri ratusan hektar itu habis di tengah jalan karena meresap ke tanah.
Menurut Darimin (63), salah satu petani, mengatakan, dirinya hanya bisa pasrah melihat kondisi saluran sekunder itu yang belum juga dibangun.
Dampaknya pun begitu terasa terhadap tanaman padi yang ia tanam. Bahkan, tahun lalu ia tidak bisa memanen.
“Ya Alloh, Bu. Tahun kemarin saja sampai tidak bisa panen karena airnya tidak sampai ke sini,” kata Darimin dengan mata berkaca-kaca, Jum’at (3/7/2020).
Paling menyedihkan, kata Darimin, saat musim hujan yang seharusnya sawah bisa mendapatkan air dari irigasi tersebut, namun kenyataannya tidak. Apalagi saat musim kemarau.
Untuk menyiasati agar tetap bisa menggarap sawah, ia terpaksa menggunakan mesin sedot air yang mana harus mengeluarkan modal lebih banyak, baik untuk menyewa mesin dan membeli solar.
“Jadi total panjang saluran ini sekitar 2450 meter, yang belum dilening panjangnya 2050 meter dan baru 400 meter saja yang dibangun. Meski sudah disurvei sekitar tahun 2018-2019 lalu, namun belum ada realisasi,” ucapnya.
Meski para petani sudah berusaha mengajukan agar diperbaiki sejak tahun 2000 silam, namun respon pihak terkait masih kurang maksimal, yakni hanya memperbaiki 400 meter saja.
Baca juga: Irigasi Jebol, Puluhan Hektar Sawah di Perbatasan Ciamis-Banjar Sempat Terendam Banjir
Kecewa Sawah Tidak Teraliri Air
Hal senada juga diungkapkan Kadus Langgen Desa Karangpaningal, Adnan. Menurutnya tak hanya petani saja yang kecewa dengan hal ini, namun perangkat desa juga kesal lantaran belum ada realisasi dari BBWS.
“Padahal sudah berkali-kali disurvei, namun kenapa belum juga ada realisasinya,” kata Adnan.
Golongan Adnan, sapaan akrabnya, mengaku kerap ditanyai perihal pengairan sawah dari berbagai lapisan masyarakat.
Mereka heran dan bingung karena hampir seluruh mata pencaharian warga sekitar bergantung pada sawah.
“Saat tarawih keliling saja, mereka selalu menanyakan hal itu,” ungkapnya.
Ihin (45), pengurus air wilayah Desa Sukamulya, juga mengatakan hal yang sama. Ia membenarkan jika masyarakat selalu menanyakan masalah pengairan yang tidak maksimal.
“Saya juga kecewa dengan masalah ini. Semoga saja irigasinya dilening agar para petani bisa beraktivitas dengan tenang karena sawah mereka teraliri air,” pungkasnya. (Aisyah/R6/HR-Online)