The Last of Us part 2 ini akan segera menjawab keluhan dari penyandang difabel atau penyandang kebutuhan khusus.
Game ini akan menjadi game yang dapat diakses oleh para difabel sebagai pengguna Sony Playstation 4 mulai 19 Juni 2020 pekan depan.
Ini akan menjadi game yang ekslusif yang dapat memberikan perhatian pada difabel yang menginginkan game yang mudah mereka mainkan.
Fitur The Last of Us Bagi Penyandang Disabilitas
Naughty Dog yang merupakan pengembang dari game ini menjelaskan jika pembuatan dari game ini adalah berdasarkan keluhan dari para penyandang disabilitas.
Keluhan tersebut yakni mereka tidak dapat memainkan game sampai tamat karena terkendala cara yang tidak dapat mereka jangkau, seperti menekan tombol yang terus-menerus dengan cepat.
Sehingga, pengembang dari game ini akan mengantisipasi keluhan yang sama dengan game yang lalu. Oleh karena itu, Naughty Dog akan mengakomodasi kebutuhan para penyandang disabilitas yang sama dengan para non disabilitas agar mempunyai kesempatan bermain game yang sama.
Cerita, Fitur dan Konsep Menarik The Last of Us
Ellie Williams merupakan tokoh utama dari game sejak seri pertama ini muncul. Ia dapat mengeksplorasi lingkungan sekitar melalui pendengaran, yaitu lingkungan kota Seattle 25 tahun setelah wabah dari virus Cordyceps.
Wabah tersebut meruntuhkan peradaban. Hal ini membuat para pemain game harus melakukan zoom agar memperoleh pandangan yang lebih jelas pada stik seperti menggunakan smartphone.
Fitur Game
Fitur render membuat lingkungan jadi tampak hitam putih, sedangkan protagonis di game ini berwarna biru serta musuh akan berwarna merah.
Kemudian fitur lain yang ada di game The Last of Us adalah mampu mengubah dari teks menjadi audio. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Ellie saat membaca surat dan juga dokumentasi yang dia peroleh dari perjalanannya.
Matthew Gallant yang merupakan desaigner dari game ini mengelompokkan aksebilitas tersebut dalam tiga kategori, yakni, mempermudah kontrol, mengubah teks menjadi suara, dan mengatur mode kontras yang tinggi. Oleh karena itu, hal tersebut menjadikan pembuatan game ini menjadi lebih lama.
Sebagai cara membuat kenyamanan untuk para disabilitas, maka pihak Naugty Dog melakukan konsultasi dengan tunanetra dan juga dari para pecinta game. Selain itu, juga berbagai komunitas game bahkan dari para pengembang lain.
Game The Last of Us pun sama seperti dengan game tunanetra yang lain, yakni memiliki penggemar yang menyukai fitur Sound Assistance.
Gallant juga menyebutkan jika terdapat salah satu proses yang panjang hanya untuk memperoleh kesepakatan lewat perdebatan tentang pengembangan akses dari para tunarungu.
Pengembang game ini menginginkan jika para penyandang tunarungu dapat memainkan game tanpa ada kesulitan yang berarti. Namun, mereka tampaknya harus melakukan bongkar pasang desain yang sudah ada.
Cerita Game yang Lebih Menarik
Jika dahulu hanya menceritakan tentang bunuh-membunuh, berbeda dengan game saat ini. Cerita yang diusung lebih gelap dan lebih menantang.
Di game The Last of Us part 2 ini adalah Ellie yang berumur sembilan belas tahun dan juga mempunyai kehidupan yang berbeda. Ellie sudah tumbuh menjadi gadis yang dewasa dan memiliki tanggung jawab.
Ellie yang merupakan gadis remaja yang beranjak dewasa akan menghadapi berbagai pengalaman yang sulit. Misalkan, di dalam cerita ada pertanyaan yang menarik yang akan terjawab di akhir game nantinya.
Pertanyaaan itu adalah “Jika Ellie masih gadis remaja, apa dia akan sanggup mengorbankan diri untuk sesuatu yang lebih besar?”.
Kemudian ada lagi pertanyaan, “Apa Ellie siap dengan konsekuensi yang sudah ia lakukan?”. Hal tersebut harus diingat, karena di dalam darah gadis ini ada harapan dari umat manusia yang akhirnya gagal diwujudkan.
Naughty Dog memakai konsep hate atau juga kebencian dalam mesin penggerak di cerita ini. Sehingga, akan mempengaruhi banyak sekali aspek di dalam cerita.
Di dalam cerita The last of Us ini, penulis mengharapkan terjadi konsekuensi yang serius yang akan dihadapi oleh Ellie nantinya di sepanjang game. Walaupun akan sulit dihadapi oleh Ellies, seperti apa yang penulis bayangkan jika terjadi kematian rekan Ellie satu per satu saat berpetualang. Penulis juga penasaran, bagaimana keputusan Ellie dengan hal tersebut, akan tetap lanjut atau berhenti di tengah jalan. (R10/HR-Online)