Sebuah obat yang mampu mencegah badai sitokin pada Covid-19 berhasil ditemukan. Badai sitokin ditengarai sebagai penyebab utama banyaknya kasus pasien Covid-19 yang meninggal dunia.
Kabar gembira ini diharapkan dapat menekan angka kasus kematian akibat virus Corona. Apalagi hingga saat ini pandemi Covid-19 telah menyebabkan 6,6 juta orang yang terpapar dan 390 ribu orang meninggal dunia di seluruh dunia.
Obat yang memiliki kemampuan dalam mencegah badai sitokin itu adalah acalabrutinib. Obat ini diketahui sering digunakan digunakan untuk mengobati limfoma sel mantel yang termasuk jenis limfoma non-Hodgkin.
Baca juga: Temuan Obat Corona dari Unair, Efektif dan Aman Atasi Corona
Badan pengawas obat Amerika Serikat FDA telah menyetujui penggunaan obat acalabrutinib untuk pengobatan kanker sel B maupun untuk menaikkan tingkat oksigenasi. Salah satu merek dagang obat ini adalah Calquence.
Dalam penelitian terbaru yang dilakukan Mark Roschewski bersama tim, obat ini juga mampu menurunkan penanda molekuler peradangan pada mayoritas pasien Covid-19 kategori parah yang sedang dirawat di rumah sakit.
Bahaya Badai Sitokin pada Covid-19
Bahaya badai sitokin pernah diungkapkan dari hasil penelitian sebelumnya. Para ahli dari Zunyi Medical University, China berhasil mengungkapkan bagaimana virus SARS-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19 menyebabkan banyak kematian.
Hasil penelitian yang diterbitkan jurnal Frontiers in Public Health itu menemukan bahwa imunitas tubuh sangat berperan terhadap invasi virus Corona. Pada saat virus SARS-Cov-2 menginfeksi tubuh, mereka akan menyerang sel-sel.
Sebagai respon terhadap serangan virus, tubuh segera memproduksi dan mengeluarkan sel-sel darah putih. Namun dalam kasus pasien Covid-19 yang parah, imunitas mengadakan perlawanan secara berlebihan yang menyebabkan terjadinya badai sitokin pada Covid-19.
Sitokin, seperti dikutip dari Wikipedia, merupakan jenis protein yang diproduksi oleh sel imun dan berperan penting dalam proses sinyal sel. Pada proses pelepasan sitokin akan mempengaruhi perilaku sel lainnya.
Sitokin akan diproduksi sebagai respon saat ada serangan virus atau bakteri yang menyerang tubuh. Utamanya dalam respons imun ataupun respon inang terhadap infeksi virus.
Hasil Riset Badai Sitokin Pada Covid-19
Terjadinya badai sitokin menjadi perhatian riset yang dilakukan Mark Roschewski bersama para ahli imunologi itu melibatkan 19 pasien positif Covid-19. Mereka ada yang dengan oksigen maupun dengan ventilasi mekanik.
Dalam penelitian observasional itu para pasien diberikan obat acalabrutinib selama 10 hingga 14 hari perawatan. Tujuannya untuk melihat kemungkinan obat ini dalam meredakan respon imun yang masif.
Dari penelitian itu, tim menemukan kemampuan obat acalabrutinib dalam menghambat protein Bruton tyrosine kinase (BTK). Protein BTK inilah yang merangsang sel imunitas (makrofag) dalam mengaktivasi berbagai protein untuk respons imun tubuh.
Baca juga: Manfaat Eucalyptus untuk Obat Corona yang Sedang Viral, Efektifkah Atasi Covid-19?
Dalam kasus kematian pasien COVID-19 yang parah umumnya mempunyai respons imun hiperinflamasi atau badai sitokin pada Covid-19 karena aktivasi makrofag. Kondisi inilah yang menimbulkan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) yang bisa menyebabkan kematian.
Selain itu, Roschewski bersama tim juga membedakan antara aktivasi BTK dan penanda kekebalan dalam darah antara pasien yang menderita Covid-19 dengan orang yang sehat.
Mereka menemukan bahwa tingkat aktivasi BTK dan keberadaan protein inflamasi IL-6 pada pasien COVID-19 ternyata jauh lebih tinggi daripada orang sehat. “Ini bukti BTK mungkin memainkan peran penting dalam perkembangan penyakit,” kata Roschewski.
Menindaklanjuti hasil penelitian itu kini sedang dilakukan uji klinis prospektif acak terkontrol yang dilakukan lembaga internasional. Uji klinis ini untuk memastikan keamanan dan efektivitas penggunaan inhibitor BTK untuk terapi mencegah badai sitokin pada Covid-19. (R11/HR-Online)