Fakta fenomena bulan bercincin sempat menjadi salah satu fenomena alam yang banyak diunggah warganet ke media sosial. Sontak saja unggahan warganet ini menjadi viral.
Penampakan dari fenomena alam ini juga begitu banyak mengundang reaksi. Hal ini dikarenakan kemunculan bulan bercincin tersebut terjadi di tengah pandemi Corona yang melanda Indonesia.
Terlihat penampakan bulan yang dikelilingi lingkaran putih dan terlihat samar. Terlihat pula warna pelangi yang ada pada lingkaran tersebut.
Penjelasan LAPAN Soal Fakta Fenomena Bulan Bercincin
Sebenarnya apa yang menjadi penyebab dari fenomena bulan bercincin tersebut? Sebenarnya cincin pelangi yang mengelilingi bulan seringkali disebut dengan cincin halo, gloriole, atau ice bow.
Cincin halo merupakan sebuah fenomena optik yang berupa lingkaran cahaya dengan lebar 22 derajat yang berada di sekitar matahari atau bulan. Namun terkadang ini juga terjadi pada sumber cahaya lain, misalnya seperti lampu.
Biasanya dapat muncul disebabkan karena kristal es yang terjadi pada awan cirrus yang sangat dingin yang ada pada ketinggian 5 hingga 10 km dari permukaan bumi, lebih tepatnya berada di lapisan atas troposfer.
Adapun fakta fenomena bulan bercincin yang dilihat oleh masyarakat itu berasal dari pembiasan cahaya. Tetapi, cincin halo yang bisa dilihat di daerah anda kemungkinan tidak bisa terlihat di daerah lain.
Thomas Djamaluddin selaku Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional atau LAPAN menjelaskan bahwasannya fenomena tersebut adalah bulan bercincin atau halo. Ini sama dengan yang terjadi pada matahari.
Ketika di awan tinggi terbentuk awan cirrus yang dingin bersama dengan kristal-kristal es, maka kristal es tersebut bisa membiaskan cahaya bulan ketika malam hari.
Thomas melanjutkan bahwa pembiasan cahaya tersebut bisa membentuk lingkaran yang berwarna seperti matahari atau tampak hanya sekedar seperti lingkaran hitam putih karena warnanya tidak muncul. Lingkaran tersebut kemudian dinamakan sebagai halo.
Halo Bisa Terjadi di Siang Hari
Fakta fenomena bulan bercincin selanjutnya adalah bukan menjadi fenomena satu-satunya. Halo juga bisa terjadi pada matahari. Proses terjadinya halo pada matahari juga sama seperti halo yang menciptakan fenomena bulan bercincin.
Di waktu siang hari, fenomena tersebut bisa muncul karena awan cirrus yang membawa kristal es akan membiaskan cahaya dari matahari.
Fenomena tersebut tidak bisa terlihat di seluruh wilayah. Itu hanya terjadi di beberapa wilayah yang diliputi oleh awan cirrus saja. Fenomena bulan bercincin atau halo pada matahari juga sering muncul.
Khususnya ketika peralihan musim penghujan ke musim kemarau. Seperti sekarang ini fenomena bulan bercincin muncul ketika peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
Hanya saja, salah satu yang membuatnya viral adalah fakta fenomena bulan bercincin tahun ini terjadi ketika sedang ada pandemi di Indonesia.
Kemungkinan bila saat ini sedang tidak dalam suasana pandemi Covid-19, sudah banyak orang yang akan melihat fenomena ini dari pantai.
Info dari BMKG
Seperti informasi yang dilansir dari situs BMKG bahwasanya tengah malam pada 3 Juni 2020 bulan berada di Perigee dengan jarak 364.390 km dari bumi.
Pada jarak tersebut, jari-jari bulan bisa terlihat dari bumi sebesar 32,8 menit busur. Bulan perigee sendiri merupakan kondisi dimana bulan berada di titik terdekat dengan planet bumi.
Pertanda Akan Adanya Badai
Seperti dilansir dari situs EarthSky, fakta fenomena bulan bercincin ini seringkali dikaitkan sebagai pertanda akan adanya badai.
Seperti yang sudah disebutkan di awal tadi, bulan atau matahari bercincin diakibatkan karena awan Cirrus dengan jarak 20 ribu kaki atau lebih yang berada di atas kepala.
Awan terdiri dari butiran kristal es yang akan meneruskan cahaya yang dipancarkan oleh matahari atau bulan. Cahaya tersebut kemudian bisa tampak seperti warna putih atau warna pelangi tergantung dari kondisi setiap orang.
Selain menghasilkan bias warna yang menakjubkan, fenomena ini juga kerap dikaitkan dengan pertanda kejadian yang buruk terhadap iklim dan cuaca di bumi. Fenomena tersebut sering menjadi penanda terjadinya badai.
Ilmuwan juga terkadang menyebutkan bahwa fakta fenomena bulan bercincin atau matahari bercincin sebagai lingkaran 22 derajat. Karena kondisi tersebut terjadi pada bulan dan matahari. (R10/HR-Online)