Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Salah seorang peserta isolasi khusus yang juga ODP (Orang Dalam Pemantauan) di Pangandaran mengeluh, pasalnya tempat dirinya dikarantina dinilai tidak layak.
Ari Munandar, warga Dusun Mekarjaya, RT 32, RW 11, Desa Paleda, Kecamatan Padaherang, mengatakan, dirinya menemukan banyak permasalahan terkait fasilitas isolasi.
“Fasilitas jauh dari kata layak, protokol kesehatan juga tidak berjalan, selain itu kurangnya pemahaman dan edukasi bagi keluarga ODP, bahkan petugas piket. Ini justru bahaya karena bisa saja virus menyebar,” katanya, Senin (11/5/2020).
Ari merupakan peserta isolasi yang dikarantina di SDN 3 Paledah. Dirinya sudah 7 hari menempati tempat karantina seusai pulang dari Jogyakarta.
“Saya ikut Isolasi khusus mandiri ini sejak hari Selasa (5/5/2020) lalu sehabis pulang dari sekolah di Jogjakarta,” kata Ari.
Dia juga menyoroti kamar mandi dan WC yang hanya ada satu dan dipakai bergantian. Ditambah protokol kesehatan pun tidak dilaksanakan dengan baik.
“Misalnya keluarga dan petugas piket masih bisa bercengkerama dengan ODP tanpa ada rasa takut terpapar Covid-19,” ungkapnya.
Lanjut Ari, setelah dirinya mengikuti isolasi khusus tersebut, dia mengaku khawatir akan terpapar virus Corona di tempat isolasi tersebut. Apalagi disatukan dengan warga yang baru pulang dari zona merah.
“Saya justru merasa khawatir apabila kondisinya seperti ini, penyebaran virus Covid-19 tidak akan terputus, malah nanti yang sehat bisa jadi sakit,” katanya.
Menurutnya, lebih baik melakukan isolasi mandiri di rumah sendirian. Hal ini diyakininya jauh lebih aman dan jika dirinya membawa virus, maka tidak akan menyebar ke yang lain asalkan mempunyai tempat isolasi mandiri sendiri.
Saat ini, Ari telah mengajukan usulan untuk melakukan isolasi mandiri sendiri di rumahnya. Orang tuanya akan menyiapkan tempat, bahkan sudah mengosongkan rumah bersama keluarga yang lain demi anaknya.
“Saya sudah mengajukan permohonan untuk isolasi mandiri sendiri di rumah, mengingat sudah 7 hari kondisi kesehatan baik-baik saja,” ungkap Ari.
Ari mengaku siap jika diharuskan menjalani rapid test maupun swab test. “Justru saya khawatir di sini warga malah terus berdatangan dari zona merah. Di sini disatukan dengan yang baru tiba dari Jakarta,” katanya.
Dirinya juga sudah mengajukan mengajukan permohonan isolasi mandiri. Pihak Pemdes juga sudah mengecek syarat dan ketentuannya. “Permohonan katanya sudah diteruskan ke Kecamatan tapi tidak juga ditanggapi,” tandasnya.
Hal senada diungkapkan ketua BPD Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, Dikin. Dia mengaku khawatir karena fasilitas isolasi khusus kurang layak.
Dikin juga menyoroti pernyataan Muspika Kecamatan yang memperbolehkan ODP untuk menjalani isolasi mandiri di rumah apabila setelah 1 minggu tidak ada keluhan kesehatan.
“Saya khawatir ODP bisa sakit karena fasilitas yang kurang layak, dan juga kalau bisa dipegang omongan Muspika ketika sidak ke SD 3 Paledah yang mengatakan minimal 1 minggu diisolasi khusus, selanjutnya silakan ajukan permohonan karantina mandiri di rumah masing-masing sesuai persyaratan,” ungkap Dikin.
Permasalahan yang muncul kemudian, kata Dikin, setelah waktunya ODP melakukan isolasi mandiri di rumah, pihak Muspika tidak mau menandatangani persetujuan.
“Akhirnya BPD dan Pemdes yang dikejar terus pihak keluarga ODP, dilema memang kebijakan Muspika seperti itu,” pungkas Dikin. (Madlani/R7/HR-Online)