Matahari memasuki masa lockdown. Ini merupakan pernyataan yang para ahli sampaikan tentang kondisi Matahari saat ini. Saat ini Matahari sedang dalam periode minimum atau lockdown.
Seperti mengutip dari New York Post, para ilmuwan mempercayai bahwa planet Bumi akan masuk ke dalam periode terdalam dari resesi sinar Matahari.
Itu artinya aktivitas yang ada di permukaan Bumi akan turun secara drastis. Kondisi seperti ini pernah tercatat sebagai bintik Matahari yang menghilang.
Apa Saja Dampak Matahari Memasuki Masa Lockdown Terhadap Bumi?
Astronom Dr. Tony Phillips menyampaikan bahwa saat ini Solar Minimum sedang berlangsung. Kondisinya bahkan sangat dalam. Di dalam hitungan, pada abad ini kondisi Matahari sekarang ini adalah salah satu yang paling dalam.
Dimana diketahui medan magnet dari Matahari menjadi lemah dan ini akan memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya. Lantas apa dampaknya untuk Bumi? Apakah kita harus waspada?
Jawabannya kita harus sangat waspada terhadap kondisi seperti ini. Sebab, menurut pendapat Dr. Tony Phillips akan ada dampak yang besar yang terjadi karena matahari memasuki masa lockdown.
Baca Juga: Sisa Umur Matahari Berhasil Diprediksi, Apa yang Terjadi Pada Bumi?
Hal ini bisa saja menimbulkan bahaya untuk kesehatan dari para astronot dan untuk orang-orang yang berada dan hidup di daerah kutub.
Selain itu, kondisi Matahari seperti ini juga dapat berpengaruh terhadap elektro kimia atmosfer yang berada di atas Bumi. Hal ini bisa saja memicu petir.
Kelaparan, Gagal Panen, Cuaca Dingin, Hingga Letusan Gunung Berapi
Ilmuwan NASA merasa khawatir bila Matahari telah memasuki fase lockdown. Hal ini karena kondisi seperti ini kemungkinan bisa mengulang kejadian tahun 1790 hingga 1830. Dimana kondisi tahun tersebut dinamakan sebagai Dalton Minimum.
Kondisi ini akan mengarah pada periode musim dingin yang sangat kacau. Banyak yang akan mengalami kegagalan panen hingga mengakibatkan musibah kelaparan.
Ada juga berbagai letusan gunung berapi yang sangat kuat. Perkiraan yang merujuk pada kondisi saat Matahari memasuki masa lockdown adalah suhu udara akan merosot 2 derajat Celcius selama 20 tahun dan ini bisa saja menghancurkan produksi pangan yang ada di dunia.
Baca Juga: Lapisan Terluar Matahari Justru Miliki Suhu Paling Tinggi, Ini Faktanya!
Seperti pada kejadian 10 April tahun 1815, telah terjadi letusan gunung berapi terbesar kedua di dalam kurun waktu 3.000 tahun terjadi. Dimana Gunung Tambora yang ada di Indonesia meletus dan telah menewaskan paling sedikit 71.000 orang.
Akibat dari peristiwa ini juga menyebabkan terjadinya tahun tanpa musim panas dan munculnya salju di bulan Juli.
Seperti yang diketahui, sejauh ini kondisi Matahari telah mengalami kosong tanpa bintik Matahari hingga 76% dari waktu ke waktu. Munculnya angka ini turun sedikit dari kondisi tahun lalu. Dimana kekosongan Matahari mencapai 77%.
Matahari memasuki masa lockdown akan berpengaruh pada bintik Matahari. Bintik Matahari atau sunspot adalah area aktivitas magnet yang ada di permukaan Bumi. Sunspot ini akan muncul sebagai area gelap yang jadi indikasi aktivitas Matahari.
Sunspot ini akan melahirkan lontaran massa korona Matahari atau coronal mass ejections. Walaupun bintik Matahari itu terlihat kecil, akan tetapi sebenarnya ukurannya cukup besar.
Selalu Waspada
Menurut Phillips, kondisi jumlah sunspot atau bintik Matahari yang ada saat ini termasuk yang terparah dalam satu abad terakhir. Medan magnet Matahari akan menjadi lemah dan akan memungkinkan sinar kosmik ekstra ke bagian tata surya.
Bila terjadi kelebihan kosmik, maka bisa menimbulkan bahaya. Maka dari itu, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika (NASA) telah memprediksi bahwa terjadinya Solar Minimum atau kondisi Matahari memasuki masa lockdown. Yaitu mulai sejak April tahun ini.
Kondisi seperti ini bisa berlangsung sampai enam bulan ke depan. Pihak NASA menilai fase ini merupakan akhir dari siklus 11 tahun bagi Matahari.
Ilmuwan NASA Dean Pesnell menyampaikan bahwa setiap 11 tahun atau lebih bintik Matahari akan memudar. Kemudian akan membawa periode yang relatif tenang. Hal ini akan disebut dengan Solar Minimum.
Meski demikian, bukan berarti Matahari tidak akan menjadi merah. Matahari hanya akan mengubah bentuknya.
Pada Februari 2020 lalu, NASA mengunggah sebuah postingan terkait dengan perubahan iklim global. Dalam postingan tersebut, menegaskan tidak ada zaman es mini saat Solar Minimum ini terjadi.
Dari pernyataan tersebut telah menjawab berbagai pihak yang mengungkapkan fenomena matahari ini. Bahwa saat Matahari memasuki masa lockdown bisa mengakibatkan penurunan suhu global yang kemudian menyusul bencana lain seperti tahun 1600an lalu. (R10/HR Online)