Kementerian Kesehatan saat ini tengah mengadakan uji klinis sejumlah obat untuk virus Corona yang telah diputuskan pemerintah. Uji coba dilakukan untuk melihat efektivitasnya dalam mengobati pasien Covid-19.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo sebelumnya telah memutuskan untuk membeli sejumlah jenis obat Covid-19 yang dianggap paling efektif untuk penanganan pasien Corona.
Beberapa jenis obat untuk Covid-19 yang dibeli pemerintah antara lain remdesivir, liponavir-ritonavir, dan hidroksiklorokuin. Penggunaan obat ini juga dipantau Kemenkes untuk melihat efektivitas ketiga obat tersebut.
Seperti dikatakan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi, uji coba obat untuk virus Corona dilakukan Kemenkes untuk menemukan yang terbaik dalam penanganan pasien denan Covid-19
“Obat tersebut ialah remdesivir, liponavir-ritonavir, dan kombinasi obat hidroksiklorokuin yang selama ini digunakan untuk penyakit malaria,” kata Oscar saat rapat kerja bersama DPR RI yang disiarkan secara virtual, Selasa lalu (5/5).
Remdesivir merupakan jenis obat yang selama ini digunakan untuk mengobati penyakit Ebola. Sedangkan liponavir-ritonavir merupakan jenis obat untuk HIV/AIDS, dan hidroksiklorokuin telah dikenal sebagai obat malaria.
Belum ditemukannya obat Covid-19 yang benar-benar efektif dan aman mendorong pemerintah mengambil langkah cepat dengan memesan ketiga obat untuk virus Corona itu. Pemilihan ini tentunya berdasarkan pertimbangan potensinya dalam mengatasi Covid-19.
Untuk uji klinis obat remdesivir, menurut Oscar, dilakukan dengan menggandeng National Institutes of Health (NIH) Amerika Serikat. Uji klinis dilakukan di 22 rumah sakit di berbagai daerah dengan pengawasan dari WHO.
Obat untuk Virus Corona Lainnya juga Diuji Coba
Selain ketiga jenis obat untuk virus Corona di atas, pemerintah juga ikut berlomba dalam melakukan uji klinis terhadap sejumlah obat lainnya. Termasuk uji klinis penggunaan plasma konvalesen untuk pasien Covid-19.
Uji klinis perawatan pasien Corona ini dilakukan Kementerian Kesehta bekerja sama dengan Lembaga Eijkman, Palang Merah Indonesia (PMI), dan RSPAD Gatot Subroto.
Penggunaan plasma darah ini terutama untuk metode terapi dan perawatan pasien di rumah sakit penanganan Covid-19. Uji coba dilakukan untuk menemukan terapi yang lebih efektif.
Selain itu Kemenkes juga merangkul Wuhan Institute of Biological Products, Tiongkok dalam melakukan uji coba sejumlah obat untuk virus Corona maupun vaksin covid-19.
Benarkah Virus Corona di Indonesia Berbeda Jenisnya?
Sementara itu sebuah informasi yang cukup mengejutkan mengabarkan bahwa jenis virus Corona yang menyebar di Indonesia berbeda jenis dengan virus Corona yang mewabah di negara lain. Benarkah demikian?
Informasi terbaru ini disampaikan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro juga pada kesempatan yang sama saat rapat kerja dengan DPR RI, Selasa kemarin.
Pernyataan Menristek itu disampaikan mengutip hasil analisa GISAID terhadap tiga genom virus corona Covid-19 atau whole genome sequence (WGS) yang sebelumnya dikirimkan oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman.
GISAID merupakan sebuah lembaga penelitian di Jerman yang aktif meneliti data genetika virus yang penting untuk menemukan obat untuk virus Corona. Bahkan sudah ada ribuan genome virus atau mikroba penyebab wabah yang telah diteliti GISAID.
Menurut Bambang mengutip laporan GISAID, tipe Covid-19 yang menyebar di negara kita ternyata tidak termasuk tipe S, G, dan V yang banyak menginfeksi di berbagai negara lain.
“Tiga WGS yang dikirim Indonesia ke GISAID ternyata termasuk kategori lainnya,” kata Bambang. Namun untuk memastikannya, pemerintah melalui Lembaga Eijkman akan mengirimkan data WGS lainnya dalam jumlah lebih banyak ke GISAID.
Mengenali karakter virus SARS-Cov2 yang menyebar di Indonesia sangat penting untuk pembuatan vaksin Covid-19 yang efektif. Karena itu pemerintah memperkirakan obat untuk virus Corona baru bisa ditemukan sekitar setahun hingga Maret 2021. (R9/HR Online)