Istri Fir’aun yang mengasuh Nabi Musa AS memiliki kisah yang patut diteladani. Meski menjadi istri Fir’aun berkeinginan mengasuh Nabi Musa AS. Istri Fir’aun termasuk wanita yang mendapat jaminan masuk surga.
Terdapat empat wanita yang dijamin masuk surga, yakni Maryam, Khadijah, Fatimah, dan Asiyah. Ternyata salah seorang wanita tersebut adalah istri raja Fir’aun yang bernama Asiyah.
Baca Juga: Mukjizat Nabi Daud AS, Bisa Lunakkan Besi hingga Bersuara Merdu
Fir’aun menjadi raja kejam, sombong, dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Suatu kisah istri Fir’aun menemukan Nabi Musa AS dan mengasuhnya sejak masih bayi.
Istri Fir’aun yang Mengasuh Nabi Musa AS, Ketahui Kisahnya
Awal kisah Fir’aun dengan Asiyah yakni saat Fir’aun yang meminta untuk menikahi Asiyah. Sebab merasa kesepian usai istrinya meninggal.
Selanjutnya sang Raja Fir’aun mencoba memerintahkan para menteri untuk mendatangi Asiyah dan membujuknya. Namun, Asiyah menolak permintaan dari sang Raja Fir’aun.
Asiyah menolak semua harta pemberian Fir’aun untuknya. Tentu ada alasan Asiyah menolaknya. Sebab, Fir’aun termasuk raja yang angkuh serta ingkar pada Allah SWT. Bahkan juga menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Setelah mengetahui Asiyah menolak permintaan Fir’aun tersebut, maka menjadi sangat marah. Kemudian Fir’aun menyiksa orang tua Asiyah, lalu memasukkannya dalam penjara.
Sebelum Menikah Asiyah Mengajukan Syarat pada Firaun
Asiyah akhirnya terpaksa menerima permintaan tersebut, namun memberikan tiga syarat. Asiyah meminta agar kedua orang tuanya bebas dari penjara. Selain itu, meminta jaminan kebutuhan pokok kedua orang tua Asiyah dan membangunkan sebuah rumah indah.
Fir’aun dengan senang hati akan menyanggupi persyaratan Asiyah. Setelah menikah kehidupan Asiyah menjadi bergelimang harta, namun tak membuatnya buta hati.
Sebab, istri Fir’aun yang mengasuh Nabi Musa AS merupakan wanita yang menjunjung tinggi akidah. Bahkan mementingkan kebahagiaan akhirat daripada kebahagiaan duniawi.
Tanpa sepengetahuan dari sang Raja, Asiyah meyakini dan menerima keagungan Allah SWT diam-diam. Namun, hal tersebut Asiyah lakukan usai melihat mukjizat Nabi Musa as.
Tulus Menyayangi Nabi Musa AS
Kisah Asiyah yang berawal saat Fir’aun memperoleh mimpi cukup aneh. Dalam mimpi sang Raja, kerajaannya akan hancur akibat ada seorang lelaki dari Bani Israil.
Memilih percaya mimpi tersebut, sehingga Fir’aun memerintahkan pada semua pasukannya. Sehingga meminta untuk membunuh semua bayi laki-laki pada wilayahnya.
Yakabud merupakan ibu kandung Nabi Musa AS. Ia memperoleh petunjuk Allah SWT untuk bisa menyelamatkan bayi lelakinya.
Selanjutnya menghanyutkan Nabi Musa AS di Sungai Nil menggunakan sebuah keranjang. Keranjang Nabi Musa AS menjadi hanyut, lalu terdampar di tempat Asiyah.
Dengan kasih sayang yang tulus Asiyah dan dirinya belum memiliki keturunan. Asiyah, istri Fir’aun yang mengasuh Nabi Musa AS mencoba memohon izin pada Fir’aun. Sebab, ingin mengangkat anak bayi laki-laki yang hanyut tersebut.
Baca Juga: Firaun yang Mengejar Nabi Musa hingga Ditelan Laut Merah
Tentu Fir’aun tidak segera memberinya izin. Namun, adanya keinginan kuat untuk memiliki anak. Asiyah berupaya membujuk Fir’aun untuk bersedia menerima bayi laki-laki sebagai anak angkatnya.
Meski Firaun dengan berat hati mengizinkannya. Sehingga, Asiyah bisa mengasuh bayi laki-laki dengan cinta kasih serta perhatian yang cukup. Asiyah juga melakukannya hingga Nabi Musa AS tumbuh dewasa.
Meski bukan menjadi ibu kandung, namun ia selalu memberikan ketulusan saat mengasuhnya. Nabi Musa as mengalami pertumbuhan di bawah perlindungan Asiyah dalam kerajaan Firaun.
Nabi Musa tumbuh sebagai seorang nabi yang besar. Kemudian memerintahkan pada para umatnya agar menyembah satu Tuhan yakni Allah SWT.
Namun pada waktu itu mengalami penindasan yang Firaun lakukan. Untuk itu, hanya sedikit orang yang percaya dengan Nabi Musa.
Firaun mengatakan pada kaumnya agar menyembah dirinya serta mengakui Firaun sebagai Tuhan. Jika tidak menuruti perintah tersebut, maka akan mendapatkan hukuman berat.
Fir’aun Menyadari Keimanan Istrinya
Asiyah menjadi seorang istri dari Raja Firaun yang mengakui dirinya sebagai Tuhan dan harus menyembahnya. Namun istri Fir’aun yang mengasuh Nabi Musa AS tetap memilih berpegang teguh dengan pendiriannya
Asiyah mengikuti ajaran yang Nabi Musa as perintahkan yakni dengan tetap menyembah Allah SWT. Meski melakukannya diam-diam agar suaminya Raja Firaun tidak mengetahui.
Asiyah berupaya berpegang teguh dengan pendiriannya. Mengikuti ajaran Musa usai mendengar Musa yang mampu memenangkan perang bersama para tukang sihir Firaun.
Bahkan melihat penyiksaan yang telah tukang sisir putri lakukan. Dengan alasan tersebut tetap mempertahankan imannya pada Allah SWT.
Meski menyembunyikan dari Firaun jika Asiyah beriman pada Allah SWT. Akhirnya Fir’aun mengetahui kabar tersebut dan membuatnya marah. Kemudian menyiksa istrinya agar bersedia untuk menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Ketegaran Asiyah Mempertahankan Kebenaran
Sebaiknya melakukan hal yang benar, meski sebenarnya pahit. Sabda Rasulullah SAW tersebut menjiwai ketegaran Asiyah, istri Fir’aun yang mengasuh Nabi Musa AS.
Sejak ribuan tahun lalu saat raja Fir’aun yang angkuh tersebut memintanya menanggalkan kebenaran. Penguasa otoriter tersebut yang mengakui dirinya sebagai Tuhan.
Kemudian menantang Nabi Musa untuk beradu kebenaran dan saling unjuk kebolehan. Asiyah yang melihat peristiwa tersebut dan akhirnya jatuh hati dengan ajaran Nabi Musa.
Mukjizat yang terbentang, serta kebatilan terbukti gugur di hadapan sebuah kebenaran tauhid. Istri Fir’aun memilih untuk mantab menyatakan jika beriman.
Tentu Fir’aun tidak terima akan keputusan sang istri. Kemudian mengikat kedua tangan serta kaki Asiyah di empat buah tiang. Tubuhnya harus menatap matahari yang menyengat.
Fir’aun beserta pengikutnya lalu meninggalkan Asiyah begitu saja. Tampak seperti bangkai kadal yang hanya dibiarkan di atas pasir.
Penderitaan wanita malang juga belum berakhir. Sebab, beberapa saat kemudian, sang Raja Fir’aun meminta anak buahnya agar melemparinya menggunakan batu besar.
Saat itu istri Fir’aun yang mengasuh Nabi Musa AS melihat sebuah rumah yang menggunakan bahan marmer putih. Seketika Allah mencabut nyawanya, sebelum tubuh Asiyah tertimpa batu besar. Sehingga sudah tidak bisa merasakan sakit.
Pengabdian Wanita Mulia Berakhir Sudah
Pada akhirnya, sebuah pengabdian wanita mulia berakhir sudah. Asiyah sebagai seorang ratu dan istri dari orang yang paling berkuasa di dunia.
Asiyah menjalani hidup dengan bergelimang kemewahan yang tak bisa terbayangkan. Namun Asiyah tak terikat akan kehidupan dunia.
Penentuan kualitas diri bukan karena pria yang Asiyah nikahi. Asiyah tetap menjadi perempuan yang berdiri sendiri. Memiliki pikiran serta jiwanya terlepas dari laki-laki yang menikahinya.
Meski memiliki status sebagai ratu, namun tetap menolak tunduk pada kekejaman sang suami. Asiyah sebagai istri Firaun menjadi contoh seorang wanita yang memilih akhirat, meski ada berbagai gemerlap dunia.
Asiyah juga membuktikan sikap taatnya kepada Allah. Sebuah bentuk pengorbanan secara total untuk mentauhidkan sang pencipta.
Baca Juga: Kisah Pertemuan Nabi Musa dengan Nabi Khidir, Penuh Hikmah
Kisah perjalanan hidup Asiyah patut umat muslim jadikan suri tauladan. Khususnya untuk semua umat dalam hal beribadah pada Allah SWT.
Baik untuk menjalankan semua perintahnya serta meninggalkan larangannya. Namun melakukannya secara paripurna tanpa harus mengeluh.
Umat muslim perlu memperkuat iman dalam diri masing-masing hingga merasuk ke hati serta jiwa. Meski harus menerjang ombak atau badai hingga tertimpa ujian seberat apa pun.
Bahkan jika harus kehilangan nyawa sekalipun akan tetap berpegang teguh dengan keimanan pada Allah SWT. Penjelasan hal tersebut juga tercantum dalam Al-Quran.
Kisah istri Fir’aun yang mengasuh Nabi Musa AS penting dipahami. Asiyah sebagai wanita mulia yang masuk golongan empat orang dijamin masuk surga oleh Allah SWT. (R10/HR-Online)