Uji coba vaksin corona virus terus dilakukan. Yang terbaru dilakukan Inggris dan Jerman yang sudah dalam tahap uji klinis pada manusia. Hadirnya vaksin corona yang efektif diharapkan segera terwujud.
Langkah Inggris dan Jerman dalam melakukan uji klinis dilakukan hampir dalam waktu bersamaan dan menjadi negara Eropa pertama yang melakukannya. Hasil uji coba ini akan menjadi sumbangan berharga dalam menemukan vaksin Corona.
Baca juga: Vaksin Virus Corona yang Sedang Diuji Klinis di WHO, Apa Saja?
Uji klinis di Inggris dilakukan terhadap vaksin yang dikembangkan para peneliti dari Universitas Oxford. Sedangkan Jerman menguji salah satu dari empat temuan hasil penelitian BioNTech dan Pfizer yang dinilai sangat menjanjikan.
Inggris Gelontorkan Dana Riset Vaksin Corona Virus
Vaksin Corona virus yang diteliti Universitas Oxford diberi nama ChAdOx1 nCoV-19. Bahkan pemerintah Inggris menggelontorkan dana yang tidak kecil untuk mengembangkan vaksin yang akan menjadi penangkal Covid-19 itu.
Temuan vaksin yang diuji coba di Inggris terbilang cepat, yaitu hanya tiga bulan. “Kami bergerak cepat dengan fokus pada pengembangan vaksin untuk Corona,” tegas Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock seperti dikutip laman Genetic Engineering Biotechnology.
Selain mendukung uji coba yang dilakukan Oxford, pemerintah Inggris juga mendukung pengembangan riset yang dilakukan Imperial College London. Kedua langkah ini berjalan beriringan untuk segera menemukan obat Corona.
Baca juga: Herbal Antivirus Corona dari Jambu, Jeruk dan Kelor Tengah Dikembangkan FK UI dan IPB
Untuk mendukung riset vaksin corona virus pemerintah Inggris menggelontorkan dana sebanyak 42,5 juta poundsterling. Masing-masing 20 juta pound untuk Oxford dan 22,5 juta pound untuk Imperial.
Profesor Sarah Gilbert, PhD yang memimpin uji klinis Oxford, mengatakan riset dilakukan sejak 10 Januri 2020. Langkah ini diambil sejak Corona mulai merebak sebagai langkah cepat untuk mengatasinya.
Dalam risetnya, peneliti merancang vaksin corona virus dengan mengambil formula ChAdOx1 yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Jenner Institute. ChAdOx1 ini diperoleh berdasarkan vektor adenovirus (jenis virus flu biasa) pada simpanse yang tidak mereplikasi.
Para peneliti Oxford kemudian mengembangkannya menjadi ChAdOx1 nCoV-19 dengan menyandikan protein spike SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.
Formula ini dirancang guna memicu produksi protein yang merangsang produksi sistem kekebalan tubuh terutama untuk mengenali serangan infeksi SARS-CoV-2.
Pada saat yang bersamaan, pemerintah Inggris juga berharap riset yang dilakukan Imperial College akan memberikan sumbangan yang berarti. Imperial saat ini masih melakukan pengujian Tahap II sebelum diujicobakan kepada manusia pada bulan Juli mendatang.
Jerman juga Uji Klinis Vaksin Corona Virus
Sedangkan pemerintah Jerman melakukan uji klinis vaksin corona virus yang bernama BNT162 pada manusia. Uji coba ini dilakukan setelah mendapat lampu hijau dari BioNTech dan Pfizer yang memproduksinya.
Uji klinis ini dilakukan dengan melibatkan 200 orang relawan yang berumur 18 hingga 55 tahun. Jika uji coba tahap pertama ini memberikan hasil yang positif, maka akan diperluas pada orang dengan risiko infeksi COVID-19 yang serius.
Baca juga: Turki Klaim Temukan Vaksin Covid-19, Diumumkan 23 April
Uji coba pemberian vaksin BNT162 pada manusia ini kabarnya juga akan dilakukan di Amerika Serikat. Namun pelaksanaannya masih menunggu otoritas dan kesiapan negeri Paman Sam itu untuk melakukannya.
Hasil uji coba Inggris dan Jerman ini sangat ditunggu guna dihasilkannya vaksin Corona virus yang efektif dalam menangani dan mencegah penyebaran virus Corona yang masif. Apalagi Inggris memiliki jumlah kasus yang cukup besar di Eropa.
Hasil penelitian Inggris dan Jerman ini juga akan melengkapi usaha badan kesehatan dunia WHO yang berlomba dalam menemukan obat yang tepat untuk menghadapi virus Corona.
Apakah hasil uji klinis terhadap beberapa vaksin corona virus akan membuahkan hasil? Kita tentunya berharap hasilnya positif agar penanganan dan pengobatan orang yang terinfeksi virus menular ini lebih efektif. (R9/HR-Online)