Komet Atlas hancur sebelum terang menjadi sebuah kabar yang kurang menyenangkan, terutama bagi para astronom dunia. Kabar kehancurannya ini belum lama terdengar.
Komet Atlas disebut juga sebagai C/2019 Y4. Komet ini ditemukan pertama kalinya oleh para astronom dengan menggunakan sebuah teleskop, yaitu Asteroid Terestrial-impact Last Alert System (Atlas) di Universitas Hawaii.
Inilah mengapa komet tersebut dinamakan dengan Atlas. Sedangkan untuk Atlas sendiri merupakan sebuah teleskop yang dirancang secara khusus serta dijadikan sebuah sistem peringatan dini yang berbasis di Hawaii.
Alat ini dioptimalkan sebagai pendeteksi benda-benda kecil yang mendekat ke Bumi. Biasanya alat ini akan mendeteksi beberapa minggu hingga beberapa hari sebelum berdampak pada Bumi.
Komet Atlas Hancur Sebelum Terang
Sebelum dinyatakan hancur, komet Atlas pertama kali ditemukan pada 28 Desember 2019. Awal melihatnya, komet tersebut merupakan sebuah objek langit yang sangat redup.
Menariknya, pada hari-hari berikutnya, selang beberapa minggu, komet Atlas mengeluarkan sinarnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Fakta lainnya, sejak penemuannya hingga 17 Maret kemarin, komet Atlas memiliki kemampuan dalam meningkatkan kecerahannya mencapai 27.500 kali lipat.
Komet Atlas atau C/2019 Y4
Sebelum beredar kabar komet Atlas hancur sebelum terang, para astronomi di universitas Hawaii tersebut telah mengamati pengaruh serta dampak objek langit ini terhadap Bumi.
Dengan kata lain, apakah komet Atlas ini memberikan potensi yang sangat berbahaya pada planet kita atau tidak.
Namun, datanglah kabar baik bahwa komet Atlas ini nyatanya tidak berbahaya bagi Bumi. Komet tersebut akan meluncur dengan melewati jarak sekitar 72 juta mil dari Bumi.
Pada dasarnya, C/2019 Y4 memiliki tingkat kilau atau cahaya yang sangat luar biasa. Maka dari itulah, teramat sangat disayangkan jika komet Atlas hancur sebelum terang.
Ditambah fakta lainnya, ketika dilakukan sebuah perhitungan, komet Atlas dapat menggerakkan orbitnya yang hampir sama dengan komet besar yang muncul pada tahun 1844.
Baca Juga: Bintang Menari Kelilingi Lubang Hitam dan Teori Relativitas dari Einstein
Sehingga, komet Atlas ini sedang menunjukkan perjalanannya untuk menjadi objek langit yang sangat mempesona.
Terdapat sebuah pengamatan yang telah menunjukkan bahwa ketika komet Atlas ini tiba di perihelion, titik terdekat dari Matahari, pada tanggal 31 Mei, maka akan memungkinkan memiliki daya terang atau tingkat pencahayaan yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Venus atau bahkan Bulan Purnama sekalipun.
Terjadinya Komet Atlas Hancur Sebelum Terang
Sungguh peristiwa langit yang cukup mengecewakan, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama beberapa minggu terakhir ini, komet Atlas yang akan terang pada tanggal 31 Mei itu sangat mungkin tidak terlihat.
Pada tanggal 17 Maret, komet Atlas menabrak tembok sehingga diperkirakan sudah pecah atau hancur. Sejak saat itu, peningkatan kecerahan komet Atlas yang super luar bisa telah melambat secara dramatis.
Berdasarkan kabar, selama dua minggu terakhir, komet Atlas hanya menunjukkan sinarnya sekitar 0,5 magnitudo. Magnitudo merupakan pengukuran kecerahan yang digunakan oleh para astronom.
Dimana jika menunjukkan angka yang lebih rendah, maka memberikan sebuah pernyataan bahwa objek langit yang diukur memiliki pencahayaan yang lebih terang.
Belum lama ini, tepatnya pada tanggal 1 April, konsensus pengamatan yang telah diambil dari Comet Observations Database menunjukkan bahwa komet Atlas melayang di sekitaran magnitudo +8.0.
Pengamatan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teleskop kecil atau teropong khusus dengan kemampuan yang sangat baik. Meskipun akan terjadi sedikit gangguan ketika melihatnya.
Alih-alih terkonsentrasi menjadi titik kecil cahaya selayaknya bintang, justru kecerahan komet tersebut tersebar di area yang luas, sehingga memberikan penampilan seperti komet Atlas hancur sebelum terang. (R10/HR-Online)