Berita Jabar (harapanrakyat.com).- Menjelang bulan ramadan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memastikan harga kebutuhan pokok masyarakat di pasar-pasar tardisional yang ada di Jawa Barat tetap stabil. Pun dengan stok kebutuhan pokok dinilai masih aman hingga Idul Fitri nanti.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jabar, pun secara rutin mengecek harga-harga dan stok kebutuhan pokok di sejumlah pasar rakyat yanga ada di Jabar, apalagi saat ini pandemi COVID-19.
“Jika liat situasi yang di pasar-pasar rakyat di Jabar, stok barang kebutuhan pokok, dua hari jelang puasa ramadan, stok masih aman, harga pun semuanya hampir stabil, tak ada kenaikan,” ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jabar Arifin Soedjayana.
Kata dia, di tengah pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Bandung Raya, harga kebutuhan pokok msyarakat masih stabil. “Dari lima pasar rakyat yakni Pasar Baru, Pasar Kiaracondong, Pasar Sederhana, Pasar Andir dan Pasar Kosambi, harga kepokmas masih stabil,” katanya.
Dia menyebut, saat ini harga beras jenis IR 64 masih kisaran Rp10.000-Rp12.000 per kilogramnya. Harga telur ayam juga masih stabil di kisaran Rp24.000-Rp26.000 per kilogram. Minyak goreng kemasan sederhana kisaran Rp11.000-Rp13.500 per liter. Bawang merah antara Rp40.000-58.000/kg. Pun dengan daging ayam broiler harganya masih stabil antara Rp25.000-Rp30.000.
“Hanya dua yang mengalami kenaikan sedikit yakni gula pasir, kini harganya Rp17.000-Rp18.000/kg, dan bawang putih yang harganya kini mencapai Rp40.000/kg,” ucapnya.
Kenaikan harga gula pasir ditenggarai lantaran impor gula pasir kristal ke Indonesia masih bertahap. Stoknya memang ada, tapi tidak berlebiha. Namun dua hari menjelang ramadan, kita pastikan stok aman dan terkendali.
Lebih lanjut Arifin mengatakan, bantuan sosial yang diberikan Pemprov Jabar senilai Rp 500 ribu per KK, menjadi salah satu faktor pendorong stablitas harga kebutuhan pokok masyarakat.
Bansos berupa pangan non tunai ini memang melibatkan pedagang pasar rakyat di Jawa Barat. Bahan pokok dari pedagang, dibeli pemprov dengan harga acuan.
“Kita libatkan pedagang pasar rakyat, unsur bahan sembako dalam bansos terdiri dari beras, gula, minyak, kita beliu dengan harga acuan. Tentu stabil dengan cara ini,” jelas Arifin.
Buka Layanan Daring
Arifin melanjutkan, di tengah pandemi COVID-19, apalagi yang wilayahnya memberlakukan PSBB, kunjungan masyarakat ke pasar rakyat terjadi penurunan. Meski demikian, sejumlah pasar rakyat di Jabar kini sudah memberikan layanan berbelanja secara online atau daring lewat medsos.
Makanya, kendati terjadi penurunan kunjungan masyarakat ke pasar rakyat, namun harga-harga tetap stabil dan tidak ikut turun. Pihaknya pun akan ikut mendorong agar pasar rakyat termasuk pasar ritel modern memberikan layanan daring.
“Sekarang orang beli tidak harus datang ke pasar, cukup lewat pemesanan online, nanti bisa diantarkan lewat jasa pengantar. Sekarang pemesanan online masih lewat media sosial, belum menggunakan aplikasi khusus,” jelasnya.
Kata Arifin, Kementerian Perdagangan bersama DPP Asosiasi Pengurus Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) saat ini tengah mematangkan dan sebentar lagi meluncurkan aplikasi DIPASAR (Digitalisasi Pasar Rakyat).
“Aplikasi yang sednag dibangun ini merupakan aplikasi dua arah. Pengembangannya di pusat, tapi launchingnya ingin dilaksanakan Bandung dan nantinya bisa digunakan di semua pasar rakyat, kita berharap aplikasi ini segera meluncur,” ungkapnya.
Arifin pun mengimbau warga Jabar agar tidak belanja panik (panic buying) jelang memasuki bulan Ramadan dan nanti Idul Fitri, terutama warga yang berada di wilayah yang memberlakukan PSBB seperti Bodebek dan Bandung Raya.
“Masyarakat jangan belanja berlebihan menjelang ramadan dan idul fitri, belanja sesuai kebutuhan saja. Selain itu, tetap patuhi protokol kesehatan COVID-19, dengan memakai masker dan jaga jarak saat keluar terutama saat mengunjungi pasar rakyat ataupun pasar modern,” pungkasnya. (Jujang/R8/HR Online)