Gunung Anak Krakatau meletus pada Jumat (10/4/2020) malam kemarin. Letusan Gunung Anak Krakatau yang berada di selat Sunda tersebut, terjadi dua kali hingga menyeburkan abu tebal. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 21.58 WIB. Sementara letusan kedua terjadi sekitar pukul 23.00 WIB.
Warga Pulau Sebesi Rahmatullah mengatakan, dirinya berada sekitar 19 kilometer dari Gunung Anak Krakatau yang semalam meletus. Kata dia, akibat letusan gunung anak krakatau, abu tebal menyembur hingga ke pemukiman warga.
Abu tebal turun sekitar pukul 24.00 WIB, hingga subuh hari abunya masih ada dan tercium bau. Bahkan, sampai pukul 03.30 WIB, letusan-letusan kecil dari Gunung Anak Krakatau masih terdengar. Akibat gunung anak krakatau meletus, warga yang rumahnya berada di bibir pantai langsung mengungsi karena takut tsunami.
Warga yang mengungsi akibat takut terjadi tsunami letusan Gunung Anak Krakatau yakni penduduk di pesisir Kalianda, Lampung Selatan, Mereka mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi, mengingat letusan Gunung Anak Krakatau yang sangat kuat membuat warga panik terjadi tsunami, apalagi banyak dari mereka yang trauma dengan tsunami beberapa waktu lalu.
Berdasarkan informasi dari Kementerian ESDM, Gunung Anak Krakatau meletus sebanyak 2 kali pada Jumat (10/4/2020) malam. Letusan pertama terjadi jam 21.58 WIB, dengan estimasi luapan abu setinggi 357 meter di atas permukaan air laut. Sementara, letusan yang kedua terjadi sekitar jam 22.35 WIB, dengan estimasi luapan abu setinggi 657 meter di atas permukaan laut.
Gunung Anak Krakatau Meletus, Warga Diimbau Jangan Percaya Berita Hoax
Sementara itu menurut Petugas Pos Pantau GAK Lampung, Andi Suandi, mengatakan, letusan Gunung Anak Krakatau terjadi sekitar 38,4 menit sambil menyemburkan abu. Kolom abu terlihat berwarna kelabu, dengan intensitas sedang sampai tebal dan condong ke arah Utara.
Saat ini kata Andi, status gunung api ada di perairan Selat Sunda tersebut masih berstatus Level II atau waspada. Masyarakat pun kata Andi, diimbau tidak mudah percaya dengan informasi bohong atau berita hoax yang beredar. Ikuti perintah dan informasi yang terpercaya dari pemerintah.
Saat ini, akibat Gunung Anak Kratakau meletus, masyarakat atau pun wisatawan tidak boleh mendekati daerah kawah dalam radius dua kilometer dari kawah.
Akibat letusan Gunung Anak Krakatau tersebut, dentuman terdengar cukup keras. Bahkan, suara dentumannya dilaporkan terdengar sampai daerah Jakarta, dan Depok, Jawa Barat. Namun menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Kasbani, suara dentuman keras yang terdengar di Jakarta dan sekitarnya pada Sabtu (11/4/2020) dini hari bukan dari letusan Gunung Anak Krakatau.
Pasalnya kata dia, dentuman tersebut tidak terdengar di Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Pasauran Banten. Jika tidak terdengar di pos jaga, apalagi ke Jakarta.
Berdasarkan catatan PVMBG, Gunung Anak Krakatau meletus sebanyak 106 kali sepanjang tahun 2019. Bahkan akhir tahun 2019 tepatnya 3- Desember 2019, gunung anak krakatau mengalami erupsi dengan ketinggian kolom abu yang mencapai hingga 2.000 meter di atas permukaan laut.
Ingatkan Letusan Gunung Krakatau Tahun 1883 yang Maha Dasyat
Saat ini Gunung Anak Krakatau masih sering dianggap sebagai Gunung Krakatau yang pernah meletus dahsyat pada tahun 1883 silam. Padahal, gunung Krakatau berbeda dengan Gunung Anak Krakatan.
Akibat letusan gunung Krakatau waktu itu, menimbulkan awan panas setinggi 70 km dan tsunami dengan tinggi 40 meter. Akibatnya, sekitar 36.000 orang meninggal dunia. Dilaporkan juga, saat itu terjadi empat ledakan dahsyat dan membuat orang yang berada dekat gunung Krakatau mengalami ketulian. Bahkan saking kerasnya letusan, gelegarnya hingga ke Perth, Australia yang jaraknya sekitar 4.500 kilometer dari Krakatau.
Sebelum meletus pada tahun 1883, Gunung Krakatau juga dilaporkan pernah meletus sekitar tahun 1680-1681. Letusan ini memunculkan tiga buah pulau kecil yang berdekatan yakni, Pulau Rakata Kecil, Pulau Sertung dan Pulau Rakata. Pasca meletus pada tahun 1883, Gunung Krakatau, Gunung Anak Krakatau baru tumbuh 50 tahun kemudian, tepatnya tahun 1929.
Letusan Gunung Krakatau Paling Keras Sepanjang Sejarah Dunia
Letusan gunung krakatau ini hingga sekarang masih tercatat sebagai letusan paling keras suaranya sepanjang sejarah di muka Bumi ini. Pasalnya, siapa pun yang ada dalam radius 10 kilometer, akan terkena dan mengalami ketulian. Bahkan, The Guiness Book of Records hingga sekarang masih mencatat bunyi ledakan Krakatau sebagai suara paling keras dan hebat yang terekam sepanjang sejarah.
Gunung Anak Krakatau meletus saat ini tidak sebanding dengan letusan gunung Krakatau tahun 1883 silam. Letusan Gunung Krakatau tahun 1883 tentu berjuta kali lipat dari sekedar letusan atau erupsi yang terjadi saat ini. Bahkan kekuatannya setara dengan seratus megaton bom nuklir, atau 13.000 kali dari kekuatan bom atom yang meluluhkan Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
Abu krakatau saat ini membuat bulan yang biasanya bersinar putih berubah jadi biru, kadang juga hijau. Warna bitu pada bulan tersebut bertahan bertahun-tahun setelah erupsi. Tak hanya bulan, orang-orang dulu juga menyaksikan Matahari berubah warna menjadi keunguan seperti lavender, karena tertutup erupsi.
Saat ini Gunung Anak Krakatau meletus dan membuat masyarakat sekitar gunung panik. Mereka yang rumahnya berada di bibir pantai terpaksa mengungsi takut terjadi tsunami. Status gunung api ada di perairan Selat Sunda tersebut masih berstatus Level II atau waspada. Masyarakat pun kata Andi, diimbau tidak mudah percaya dengan informasi bohong atau berita hoax yang beredar. Ikuti perintah dan informasi yang terpercaya dari pemerintah. (Jujang/R8/HR Online)