Pengamatan Event Horizon Telescope berhasil menangkap lubang hitam. Lubang hitam tersebut terdapat dalam sebuah galaksi yang bernama M87. Hal tersebut diungkap oleh ilmuwan dari Radboud University Belanda, Reino FLacke dalam proyek besar.
Lubang hitam yang terlihat lebih besar dari seluruh Tata Surya yang kita miliki. Massanya sekitar 6,5 milyar kali lebih besar dibandingkan dengan matahari.
Baca Juga: Misi NASA ke Bulan Tahun 2024 Terpaksa Ditunda, Mengapa?
Event Horizon Telescope atau EHT merupakan proyek internasional yang telah melibatkan jaringan teleskop di seluruh dunia. Proyek ini dikhususkan untuk penelitian lubang hitam.
Pengamatan Event Horizon Telescope
Luar angkasa merupakan hamparan dari dimensi yang sangat luas. Sampai saat ini belum ada manusia yang bisa mengungkap misterinya. Salah satu diantaranya adalah lubang hitam tersebut.
Obyek lubang hitam merupakan obyek luar angkasa yang sangat luar biasa. Diperkirakan obyek ini mempunyai daya gravitasi yang besar.
Dengan begitu, mampu menarik benda-benda langit yang berada di sekitarnya. Belum dapat dipastikan apakah obyek tersebut merupakan planet, bulan atau hanya sekedar cahaya.
Penggambaran yang ditampilkan dalam film box office Interstellar mengenai lubang hitam cukup menarik. Film tersebut menggambarkan obyek yang sangat besar dan bersinar terang dalam gelapnya angkasa.
Namun, yang menjadi hal paling mengerikan, obyek dapat menelan apapun yang ada di dekatnya. Event Horizon Telescope melalui akun Twitternya menyatakan bahwa lubang hitam berada di pusat Galaxy 87.
Pengamatan Event Horizon Telescope gambar menunjukkan bahwa terdapat cincin merah pada luang tersebut. Hal itu dibentuk dari cahaya yang membengkok pada gravitasi yang sangat kuat.
Bila dihitung, jarak lubang hitam sekitar 55 juta tahun cahaya bila ditempuh dari bumi. Jadi, kita tidak akan bisa membayangkan jarak tersebut.
Diameter lubang sekitar 44 juta kilometer bila dilihat dari besar massa yang empat juta kali lebih berat bila dibandingkan dengan matahari.
Bisa dibayangkan bila obyek tersebut seperti gambar lubang hitam seperti monster. Lubang hitam yang terlihat masih blur, tapi gas yang mengelilinginya tampak jelas.
Gas tersebut berwarna hampir mirip dengan matahari, yakni jingga. Bila dibandingkan dengan matahari, gaya gravitasi lubang tersebut lebih besar 6,5 milyar kali.
Pengamatan Event Horizon Telescope menunjukkan bahwa lubang ini termasuk lubang yang paling berat dari seluruh alam semesta ini.
Sinarnya lebih terang dari cahaya bintang-bintang di galaksi. Hal tersebutlah yang menjadikan lubang bisa dilihat dari jarak yang sangat jauh.
Event Horizon Telescope
Proses penangkapan foto lubang hitam sangat ikonik. Pasalnya, membutuhkan waktu persiapan selama bertahun-tahun.
Selain itu, dana yang dikeluarkan tidak sedikit. Untuk teknologi yang dipakai membutuhkan dana yang sangat besar.
Pengamatan Event Horizon Telescope memakai 15 dan 20 piringan lensa teleskopis. Dengan demikian, akan dapat mengumpulkan gambar yang berkualitas.
Proses pengambilan gambar cukup lama, karena para ilmuwan harus mengukur gelombang radio. Disamping itu juga harus mengumpulkan sumber data gambar dari komputer yang canggih.
Misteri Terbentuknya Lubang Hitam
Peneliti sebelumnya telah melaporkan jika telah menyaksikan bagaimana terbentuknya black hole atau lubang hitam.
Pengamatan Event Horizon Telescope lubang hitam itu terbentuk seperti obyek misterius yang dapat bersinar dengan terang.
Pertama-tama terdapat anomali cahaya yang ada di luar angkasa. Anomali tersebut muncul dan menghilang dengan tiba-tiba.
Para peneliti dibuat bingung dengan kejadian tersebut. Setelah beberapa sumber data digabungkan, maka para ilmuwan dapat menarik kesimpulan jika anomali tersebut merupakan awal mula terbentuknya lubang hitam.
Menurut para ahli, bintang yang hancur akan menjadi obyek yang lebih kecil. Kemudian akan membentuk bintang neutron atau lubang hitam.
Adanya penemuan tersebut membuat para ilmuwan untuk melakukan riset lebih lanjut. Jika pengamatan Event Horizon Telescope lebih cermat, cahaya di sekitar lubang hitam itu merupakan peristiwa yang berbeda.
Pada awalnya peneliti hanya memperkirakan jika cahaya terang yang tampak berasal dari kejadian matinya sebuah bintang atau supernova.
Namun, pada kejadian ini mengeluarkan cahaya 100 kali lebih terang bila dibandingkan dengan supernova biasa.
Disamping itu, kilatan cahayanya dapat muncul dan menghilang secara cepat. Hanya membutuhkan kurun waktu 16 hari saja.
Pengamatan dapat ditangkap dengan baik oleh para peneliti. Hal ini disebabkan karena kejadian pada jarak yang relatif dekat, yakni sekitar 200 juta tahun cahaya.
Hanya saja, pengamatan Event Horizon Telescope yang biasanya diadakan Maret dan April ini harus dibatalkan. Hal ini terkait wabah Corona. (R10/HR-Online)