Di pertengahan Februari 2020, peneliti mendeteksi adanya bulan kedua Bumi. Kabar ini tentu saja sangat mengejutkan banyak pihak.
Sebagaimana yang kita tahu, selama ini Bumi hanya memiliki satu bulan sebagai satelit alaminya. Tak heran jika kabar ini langsung menyedot perhatian publik.
Tak sedikit yang bertanya-tanya mengenai apa dan bagaimana bisa ada bulan baru di Bumi. Jika anda juga demikian, ada baiknya anda simak ulasan yang kami bagikan berikut.
Bulan Kedua Bumi
Bumi punya bulan baru, hal inilah yang kini tengah ramah diperbincangkan publik. Perlu untuk anda ketahui, bulan baru kita ini tak muncul begitu saja.
Sebelum menjadi bulan, mulanya objek ini berupa asteroid. Dimana asteroid ini pertama kali mengundang rasa penasaran ilmuwan pada 15 Februari 2020 sebagaimana yang dikutip dari Universe Today.
Saat pertama kalinya terdeteksi, asteroid ini tampak redup dengan pergerakan cepat melintas di langit. Hal tersebut tertangkap astronom di Catalina Sky Survey, Amerika Serikat.
Dikarenakan objek baru, tentu saja asteroid ini belum memiliki nama. Untuk memudahkan penyebutan, ilmuwan lantas menamainya dengan mini moon.
Sebagai bulan, objek ini diketahui mengorbit Bumi sebagaimana satelit alami di planet lainnya. Dikarenakan tak biasa, ilmuwan semakin tertarik untuk meneliti mini moon bulan kedua Bumi.
Dalam penelitian tersebut, ilmuwan mengungkap bahwa mini moon telah terperangkat di orbit Bumi selama 3 tahun lamanya. Hal ini terjadi karena pengaruh gravitasi Bumi.
Usai diteliti, beberapa hari berikutnya, mini moon ini dilabeli dengan nama CD3 2020. Saat ini pun, penampakan CD3 2020 sudah bisa diamati oleh peneliti di 6 observatorium lain yang ada di seluruh penjuru dunia.
Hanya saja, ada hal yang disayangkan dalam penelitian bulan baru Bumi CD3 2020. Hal tersebut berkaitan dengan usia benda langit ini.
Dimana bisa dipastikan bahwa umurnya tak akan lama. Objek langit ini diperkirakan hanya akan mengorbit di Bumi sampai April 2020 mendatang saja.
Kabar bulan kedua Bumi tersebut sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh Grigori Fedorets yang berasal dari Queen’s University Belfast, Inggris.
Setelah terlepas dari orbit Bumi, CD3 2020 akan menjadi bagian objek di orbit heliosentris yang ada di sekitar matahari. Nantinya objek ini akan melanjutkan perjalanannya sebagaimana orbit tersebut.
Karakteristik CD3 2020
Dalam mengulas penelitian CD3 2020 yang mulanya asteroid kemudian berubah menjadi bulan, tentu akan terasa semakin lengkap jika juga membahas perihal karakteristiknya.
Diketahui bahwa CD3 2020 ini memiliki diameter 1,9-3,5 meter. Dengan diameter tersebut, ukuran CD3 2020 seringkali dikaitkan dengan mobil Tesla Roadster merah yang dimiliki Elon Musk.
Tesla Roadster milik Elon Musk sendiri tengah menuju ke orbit planet Mars. Menanggapi hal tersebut, Elon Musk menyangkal bahwa CD3 2020 adalah mobilnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Minor Planet Center. Pihak yang memantau objek kecil antariksa ini menyebut bahwa bulan kedua Bumi CD3 2020 tak berkaitan dengan objek buatan manusia.
Selain ukuran, karakteristik seputar waktu orbit CD3 2020 juga tak kalah menarik perhatian. Diketahui bahwa CD3 2020 ini mengelilingi Bumi tiap 47 hari.
Hal tersebut dilakukannya dengan orbit oval yang sebagian besar ada di sisi luar orbit bulan. Meski tak akan menjadi bulan secara permanen, namun karakteristiknya memang patut diketahui.
Penelitian Asteroid yang Terjebak di Orbit
Perlu untuk anda ketahui, apa yang dialami oleh CD3 2020 sebenarnya bukanlah kali pertama. Sebelumnya juga ada asteroid 2006 RH120 yang mengalaminya.
Dengan kejadian yang sama seperti bulan kedua Bumi CD3 2020, 2006 RH120 ini terperangkap sejak September 2006 silam. Hingga pada akhirnya, asteroid ini mampu melepaskan diri pada Juni 2007.
Terkait penelitian CD3 2020 sendiri, ilmuwan masih akan terus mendalami penelitiannya. Hal ini dilakukan dengan harapan mampu membantu NASA dalam menemukan sekaligus melacak beragam objek yang berpotensi membahayakan Bumi.
Penelitian ini disebut juga akan terus dilakukan di Tuscon, tepatnya di Lunar and Planetary Laboratory Universitas Arizona.
Untuk mendukung penelitian ini, NASA dikabarkan akan menyumbangkan dana yang besar. Tak hanya itu, penelitian ini juga mendapatkan dukungan dari Program Observasi Objek Dekat Bumi.
Terlepas dari itu semua, tak bisa dipungkiri bahwa temuan bulan kedua Bumi ini termasuk hal yang unik dan menarik untuk dipelajari. (R10/HR-Online)