Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),– Budayawan asal Betawi Ridwan Saidi yang akrab di sapa Babe Saidi menyarankan agar penelitian di Ciamis difokuskan pada Batu Susun Rompe Ciamis, ketimbang penelitian kerajaan. Hal itu disampaikan Saidi kepada HR Online, saat dihubungi lewat sambungan telepon, Kamis (13/2/2020) malam.
“Ciamis itu harusnya mendalami situs Rompe saja di Sukaraharja Lumbung, yang memang tidak dipahami semua dan juga tidak dipahami oleh seorang arkeolog,” kata Ridwan Saidi.
Baca Juga: Bukan Candi, Batu Susun Rompe Ciamis Bentukan Alam
Batu Susun Rompe yang disebutnya sebagai monumen stone Pariangan dari abad ke-5 masehi tersebut, dikatakan Saidi sebagai situs penting di Ciamis. “Mending dalami itu daripada bicara kerajaan yang sulit dibuktikan. Situs itu bisa dikatakan stone monumen yang namanya Pariangan, peninggalan abad ke-5,” terang Saidi.
Dia menjelaskan, Pariangan berarti pesawahan yang sudah ada di abad ke-5 masehi. Kata dia, keberadaan Batu Susun membuktikan pesawahan di Ciamis dari abad ke-5 sudah maju dan berkembang. “Mending dalami itu saja,” katanya.
Saidi juga ‘keukeuh’ dengan pendapatnya yang menyebut, tidak ada indikator ekonomi di Ciamis yang menunjukkan keberadaan kerajaan.
Baca Juga: Sebut Galuh Bahasa Armenia, Ridwan Saidi Minta Ongkos ke Bupati Ciamis
Ketika HR Online menyebut situs Astana Gede dan Karangkamulyan, dua situs yang terkait keberadaan kerajaan Galuh di Ciamis, Saidi punya pendapat lain.
“Harus dipahami semua, bahwa arti Astana Gede itu pusat kota baru. Kalau Karangkamulyan artinya tempat tinggal terhormat. Masa itu bisa dijadikan indikator kerajaan?” katanya.
Sementara itu, Saidi juga mengaku siap datang jika diundang ke Ciamis dan akan diatur waktunya sesuai agendanya.
“Cuma masalahnya, siapa yang sponsori? Masa saya ongkos-ongkos sendiri, di sana kan ada bupatinya. Dia harusnya kan berkepentingan, masa saya yang ngucruk-ngucruk pergi ke sana?” katanya. (Fahmi/R7/HR-Online)