Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Puluhan tahun mangkal di Stasiun Kereta Api (KA) Banjar, sejumlah tukang becak mahir berbahasa Inggris. Hal itu karena mereka sering mendapat penumpang turis mancanegara yang turun dari kereta api di Stasiun Banjar.
Heri (58), salah satu penarik becak yang mangkal di Stasiun KA Banjar, mengaku dirinya bisa bahasa Inggris karena sering berkomunikasi dengan penumpang asal luar negeri.
“Saya lulusan SMA, tapi bisa bahasa Inggris bukan dari SMA, juga bukan karena kursus, kalau kursus mah mahal, saya belajarnya karena sering komunikasi saja,” tuturnya, kepada Koran HR, saat dijumpai di tempat mangkalnya, Selasa (04/02/2020).
Heri juga mengatakan, rata-rata tukang becak yang mangkal di Stasiun KA Banjar bisa berbahasa Inggris, meskipun hanya sekedar percakapan ringan saja, dan itu dikarenakan kebutuhan.
Menurutnya, rekan-rekan sesama penarik becak yang mangkal di Stasiun Banjar termotivasi untuk bisa berbahasa Inggris, agar ketika mendapatkan penumpang yang berasal dari luar negeri mereka tetap bisa melayani penumpangnya.
“Dulu awalnya bingung karena belum bisa, tapi sekarang mah sudah bisa. Dulu kalau bingung suka ada yang bantu, karena dulu ada teman sesama penarik becak yang mangkal di sini mahir bahasa Inggris-nya, termasuk bahasa Jerman juga bisa, tapi sekarang dia sudah tidak narik becak lagi,” ungkap Heri.
Senada dikatakan Ami (38), penarik becak lainnya yang mangkal di Stasiun KA Banjar. Ia mengaku sudah mengayuh becak sejak lulus Sekolah Dasar (SD). “Saya sudah 20 tahun jadi tukang becak di sini, setelah lulus SD, saya langsung narik becak,” katanya.
Selama menjadi tukang becak, Ami juga sering mendapatkan penumpang turis mancanegara yang berbahasa Inggris, sehingga dirinya pun akhirnya termotivasi untuk bisa bahasa Inggris, meskipun hanya alakadarnya saja.
“Biasanya ada juga turis yang bisa bahasa Indonesia, atau dia membawa guide, cuman kalau ada yang sendiri, saya nawarinnya juga pakai bahasa Inggris. Ya kalau sekedar ngobrol ringan sih saya bisa,” kata Ami.
Becak Semakin Langka
Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan jasa penarik becak yang mangkal di kawasan Stasiun KA Banjar kini semakin berkurang. Bahkan, penghasilan mereka yang masih bertahan pun semakin terhimpit.
Menurut Ami, dari tahun ke tahun penghasilannya sebagai penarik becak tak pernah mengalami perubahan. Apalagi sekarang, para penumpang kereta api yang turun di Stasiun Banjar sudah jarang yang menggunakan jasa angkutan becak. Mereka rata-rata sudah dijemput oleh keluarganya.
“Dari dulu, 20 tahun saya mangkal di Stasiun Banjar, ya seperti ini, penghasilan yang didapat sangat minim. Sekarang dapat 10 ribu rupiah sehari itu sudah bagus, kadang juga berhari-hari nggak dapat penumpang,” ungkap Ami.
Keluhan serupa juga ungkapkan Heri. Ia mengaku hasil dari jasa menarik becaknya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur keluarganya. “Sekarang saja sudah dua hari saya tidak dapat penumpang. Seringnya saya dalam tiga hari itu cuma dapat 30 ribu rupiah, buat makan juga habis,” tuturnya.
Heri juga mengatakan, semakin hari tukang becak yang biasa mangkal di Stasiun KA Banjar jumlahnya semakin berkurang. Menurutnya, hal itu dikarenakan hasil dari mengayuh beca semakin tidak bisa diharapkan.
“Dulu yang mangkal di sini ada delapan becak, tapi sekarang cuma ada enam. Ya karena susah diharapkan hasilnya, penumpangnya juga susah didapat sekarang mah,” pungkas Heri. (Rizki/Koran HR)
 Banjar, sejumlah tukang becak mahir berbahasa Inggris. Hal itu karena mereka sering mendapat){kind=link}