Berita Ciamis (harapanrakyat.com).- Nurzaman, warga Dusun Ciporoan, Desa Sidaharja, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, memelihara burung perkutut. Baginya, memelihara burung perkutut bukanlah sekedar hobi. Di tangannya, memelihara burung perkutut membuahkan hasil hingga omset ratusan juta rupiah.
Saat ditemui di kediamannya, Senin (24/02/2020), Nurzaman mengatakan, dirinya menggeluti usaha penangkaran burung perkutut sejak tahun 2015. Dari hasil penangkaran tersebut, dirinya kini telah mempunyai sekitar 1500 ekor perkutut siap jual.
“Sebenarnya memelihara perkutut ini adalah hobi saya sejak kecil. Waktu kecil, sebelum berangkat sekolah saya selalu berjualan gorangan keliling kampung. Ketika itu, saya melihat seseorang memelihara perkutut dan saya tertarik,” katanya.
Namun saat itu, kata Nurzaman, ia belum bisa berbuat apa-apa. Untuk membeli seekor perkutut pun berat rasanya. Sejak itulah, dalam hati kecil ia berkata, suatu saat nanti bisa memiliki dan mempunyai burung perkutut.
“Dan Alhamdulillah saat ini cita-cita saya sudah tercapai. Bahkan bisa dikatakan cita-cita saya sejak kecil itu kini sudah berubah menjadi bisnis yang lumayan menjanjikan,” katanya.
Nurzaman mengungkapkan, bibit perkutut yang ia pelihara dalam penangkaran bukan hanya jenis perkutut lokal. Namun jenis impor Bangkok kini mendominasi penangkaran miliknya.
“Untuk jenis perkutut yang saya budidayakan, kebanyakan impor dari Thailand. Ada juga sih yang lokal, seperti dari Surabaya dan Tasikmalaya. Namun masih keturunan burung impor,” terangnya.
Hingga saat ini, lanjut Nurzaman, dirinya sudah memiliki sebanyak 1500 ekor perkutut yang mempunyai nilai jual sangat tinggi. Bahkan dari hasil penangkaran yang teruji dan memiliki label Jimat Farm, dirinya mengaku sudah memiliki omset ratusan juta rupiah.
“Untuk harganya tergantung jenis burungnya. Paling murah 250.000 perekor, bahkan ada yang sampai jutaan. Saya sudah mempunyai pasar sendiri. Selain pasar lokal, burung hasil penangkaran saya juga sering masuk pasar luar negeri, seperti Bangkok Thailand, Malaysia dan Singapore. Rata-rata omset saya perbulan sekitar 50 sampai 100 juta rupiah,” katanya.
Selain ulet melakukan penangkaran perkutut, Nurzaman juga mengaku sering mengikuti even kontes ke beberapa wilayah di dalam negeri dan luar negeri.
“Hampir semua even, baik lokal, nasional atau tingkat asean, saya pasti datang. Ini lantaran persatuan perkutut di Indonesia memang sangat terjalin kuat. Untuk even nasional selalu diadakan hampir setiap bulan. Sedangkan di tingkat Asia, ada empat negara yang sudah mempunyai persatuan pecinta perkutut, yakni Indonesia, Thailand, Malaysia dan Singapore,” katanya.
Dari pantauan Koran HR, di tempat penangkaran, Nurzaman sudah bisa mempekerjakan tiga orang karyawan dengan upah diatas UMK Ciamis. ia pun bertekad untuk terus mengembangkan usahanya hingga bisa mempekerjakan banyak warga lain. (Suherman/Koran HR)