Hampir semua orang pernah merasakan saat perjalanan pulang baik itu menggunakan motor, mobil atau jalan kaki biasanya lebih cepat dari ketika berangkat. Padahal untuk jarak antara perjalanan pulang dengan berangkat itu sama.
Lantas mengapa bisa begitu? Ada yang berpendapat bahwa itu adalah mitos, yang ketika dalam pulang pohon-pohon di jalan seperti menyambut Anda.
Ternyata kejadian seperti itu umum dialami setiap orang. Kadang-kadang kita merasakan waktu saat berangkat jauh lebih lama ketimbang ketika pulang.
Padahal, baik itu jarak serta waktu yang ditempuh saat berangkat atau pulang itu tidak berbeda. Atau itu hanya sugesti saja?.
Penjelasan Ilmiah Perjalanan Pulang Terasa Lebih Cepat
Efek seperti itu hampir semua orang mengalaminya, entah itu saat traveling atau bepergian ke suatu tempat.
Lantas apa jawaban secara ilmiahnya? Ada sebuah penelitian yang menjawab fenomena seperti itu. Salah satunya adalah saat pulang Anda sudah familier dengan rute yang ditempuh daripada ketika berangkat.
Penelitian atau studi yang dilakukan oleh Universitas Kyoto Jepang, beberapa pastisipan diminta untuk menyaksikan video seseorang yang melakukan 2 dari 3 rute perjalanan.
Untuk perjalanan yang kesatu adalah dari titik A ke B. Kemudian perjalanan lain dari B kembali ke A. Dan ketiga berbeda dengan pertama dan kedua, yaitu dari C ke D.
Hasil dari penelitian itu, cuma partisipan yang menonton perjalanan pulang dan pergi dari A ke B lalu kembali lagi ke A, dengan waktu yang dirasakan terasa lebih pendek atau cepat.
Padahal, para partisipan itu sudah memperkirakan bahwa jumlah waktu yang diperlukan antar rute bisa dikatakan sama persis.
Penelitian tersebut membuktikan, bahwa efek perjalanan kembali merupakan masalah otak merevisi masa lalu, ketimbang mengalami waktu dengan bergerak lebih cepat ketika terjadinya perjalanan.
Meski yang dirasakan lebih cepat saat perjalanan pulang, namun sebetulnya tidak benar-benar lebih cepat.
Ketika melakukan perjalanan pergi atau berangkat, otak akan memfokuskan serta mencerna rute jalan yang dilewati.
Return Trip Effect
Nah, saat kembali lagi dengan jalan yang sama, maka otak sudah mengenal kondisi atau rute sekeliling. Persepsi itulah yang membuat waktu terasa lebih cepat saat pulang kembali.
Saat otak sedang fokus untuk mencerna sesuatu, maka persepsi otak terhadap waktu juga bakalan merasa lebih lama.
Seperti saat siswa SMA saat jam pelajaran matematika di kelas. Karena otak sedang fokus terhadap pelajaran itu, maka yang dirasakan dari waktu adalah lama sekali atau seperti tidak berhenti.
Penelitian serupa juga pernah dilakukan di Selandia Baru. Mereka menemukan bahwa fenomena perjalanan lebih lama jika mengunjungi tempat yang baru dikenal. Pasalnya, otak mencoba untuk lebih fokus memahami tempat yang baru dikenal itu.
Pasalnya, saat melakukan perjalanan ke suatu tempat yang baru, maka jalan atau rute akan diperhatikan, sangat hati-hati karena ketika pulang takut nyasar, menghafalkan belokan.
Sedangkan saat perjalanan pulang karena sudah cukup hafal jalannya, maka hal tersebut membuat otak tidak lagi fokus mengingat rute. Sehingga, yang dirasa waktu berjalan lebih cepat. Efek tersebut disebut sebagai Return Trip Effect.
Ekspektasi Waktu
Ketika melakukan traveling atau bepergian biasanya mempunyai ekspektasi untuk sampai ke tempat tujuan. Padahal, dalam perjalanan bisa jadi menemui hal-hal diluar dugaan, seperti ban kempes atau bocor, motor mogok atau lain sebagainya.
Sehingga dalam perjalanan tersebut ada rasa khawatir serta terus menerus melihat waktu yang sudah menjadi target.
Efek psikologisnya, ada pikiran bahwa dalam perjalanan itu seperti tidak sampai-sampai serta waktu tiba di tempat tujuan sangat lama.
Beda halnya dengan perjalanan pulang, saat kembali atau pulang ke tempat awal tidak ada ekspektasi apapun. Sehingga yang dirasa saat sampai di tempat tujuan waktu begitu cepat dan perjalanan terasa singkat. (Adi/R5/HR-Online)