Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Tidak hanya jengkol, petai, dan manggis, durian atau duren juga menjadi komoditas unggulan Dusun Pagadungan, Desa Pagerbumi, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Ahma, warga Dusun Pagadungan mengatakan, mayoritas penduduk di daerahnya merupakan petani dan penggarap lahan. Berbagai jenis buah-buahan tentu ada, seperti manggis, jengkol dan petai, karena hampir semua masyarakat memiliki pohonnya.
“Namun khusus di Desa Pagerbumi sejak dulu memang terkenal memiliki komoditas buah durian unggulan, dengan jenis yang beragam,” kata Ahma yang juga pedagang durian, Minggu (9/2/2020).
Bahkan, sambungnya, hampir semua petani di daerahnya memiliki pohon yang mempunyai aroma khas itu.
“Apalagi Pemerintah Desa Pagerbumi langsung mengintruksikan ke warganya untuk terus menanam duren, supaya kedepan Desa Pagerbumi menjadi tujuan wisata durian terkenal di Jawa Barat,” ujarnya kepada HR Online.
Bahkan, di Desa Pagerbumi meski panen duren tahun ini berlangsung sejak akhir Desember 2019, namun sampai sekarang masih berlangsung.
Lebih lanjut Ahma mengatakan, hampir semua pedagang duren di wilayah Cimerak, Cijulang, Parigi dan Pangandaran, semuanya dipasok dari daerahnya.
“Meski sebagian besar merupakan durian lokal, namun rasa dan aromanya tak kalah sama yang non lokal,” ucap Ahma.
Menurutnya, jika Pemdes Pagerbumi mewacanakan daerah tersebut menjadi tujuan wisata duren sepertinya sangat pas. Pasalnya, memang sejak dulu daerah Pagerbumi mempunyai komoditas buah unggulan yaitu duren.
“Tinggal memperbanyak saja. Tanami lahan-lahan yang masih kosong dengan duren, agar tiga sampai empat tahun kedepan cita-cita Pemdes Pagerbumi untuk menjadi tujuan wisata durian terealisasi,” katanya.
Harga Durian Turun
Sayangnya, harga duren dari mulai panen sampai saat ini tidak stabil. Menurutnya, meski petani duren tahun ini panennya melimpah, namun sampai sekarang harganya turun.
Jika awal panen harga satu butir mencapai Rp. 70.000 sampai Rp. 80.000, namun karena sekarang lagi banyak-banyaknya malah turun. Harga satu butirnya sekarang hanya sekitar Rp.40.000 sampai Rp.50.000 saja.
“Meski turun, tapi sebenarnya dengan harga Rp.40.000 sampai Rp.50.000 itu sudah normal, karena petani dan pedagang tetap untung,” pungkasnya. (Cenk/R5/HR-Online)