Komunitas Anak Punk, Budaya dan Ideologi. Punk adalah subkultur yang dilahirkan di wilayah London, Inggris. Awalnya, Komunitas Punk berseteru dengan Komunitas Skinhead.
Tapi sejak sekitar tahun 1980, ketika Komunitas Punk merajai wilayah Amerika, Komunitas Punk dan Skinhead terkesan bersatu karena alasan motivasi yang sama.
Komunitas Punk sendiri diawali dari gerakan oleh anak-anak muda. Komunitas ini merambah wilayah Amerika, saat Amerika mengalami krisis finansial dan merosotnya moral para tokoh elit politik. Karena kondisi itu, angka kriminalitas dan pengangguran di Amerika sangat tinggi.
Melalui lagu dan lirik sederhana, diwarnai music beat dan menghentak, komunitas punk menyampaikan ungkapan satir terhadap penguasa.
Di lain sisi, waktu itu citra komunitas punk dirusak oleh sebagian anak punk yang berkeliaran di jalan. Diantara mereka juga melakukan tindakan-tindakan melawan hukum alias tindakan kriminal.
Terlebih, saat Inggris dilanda wabah penggunaan lem sebagai pengganti bir yang harganya mahal, komunitas punk dianggap sebagai penghisap lem (glue sniffer).
Komunitas punk sendiri terkenal dengan tingkah laku dan gaya busananya yang khas. Misalnya dari gaya, penggnaan sepatu boots, jaket kulit, celana jeans ketat, serta aksesoris rantai, spike, serta baju lusuh.
Komunitas ini juga anti sosial, anti kemapanan, kaum perusuh dan dianggap kriminal dari kelas rendah dan pemabuk berbahaya. Wajar jika banyak yang mengira bahwa orang dengan penampilan seperti ini disebut sebagai punker.
Pastinya, Punk merupakan gerakan perlawanan bagi anak-anak muda. Motto mereka adalah “we can do it ourselves”. Pandangan komunitas punk terhadap agama, ideologi, ekonomi, politik, lingkungan hidup, dan sosial, bisa dicermati melalui lirik-lirik lagu mereka.
Komunitas Anak Punk, Budaya dan Ideologi
Gaya Hidup dan Ideologi
Menurut Psikolog Brilian asal Rusia, Pavel Semenov, manusia memuaskan keingintahuannya dengan dua cara. Pertama, meneliti lingkungannya kemudian mengatur hasil penelitian menjadi rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan, tujuannya berinovasi atau membuat hal yang baru (seni).
Melihat definisi tersebut, punk bisa masuk kategori bagian dari dunia kesenian. Terlebih gaya hidup serta pola pikir pendahulunya, serupa dengan gerakan seni avant-garde. Yaitu dandanan yang nyleneh, membiaskan batas idealisme seni dan kenyataan hidup.
Selain itu, komunitas anak punk memprovokasi khalayak secara terang-terangan, merubah tatanan kemapanan gaya hidup. Para pendahulu aliran ini juga meyakini penampilan yang heboh harus disertai dengan pemikiran yang heboh juga.
Punk kemudian berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi. Mereka juga tidak memainkan lagu cinta yang menyayat hati.
Sebaliknya, mereka memainkan lagu-lagu bernada protes terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu mereka mengisahkan perasaan kemarahan, frustrasi, dan kejenuhan terhadap hukum. Termasuk terhadap pengangguran, pendidikan rendah, kerja kasar, represi aparat, pemerintah dan penguasa.
Akibatnya, punk dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri. Komunitas musik punk juga mendapat kesempatan tampil di layar kaca. Perusahaan-perusahaan rekaman pun seolah enggan mengorbitkan mereka.
Punk dan Anarkisme
Kegagalan Reaganomic serta kekalahan Amerika Serikat pada Perang Vietnam, turut berperan dalam dunia komunitas anak punk. Band-band punk gelombang kedua tahun 1980-1984, mengubah komunitas ini menjadi komunitas rebellious thinkers (pemendam jiwa pemberontak).
Band-band gelombang kedua tahun 1980-1984 diantaranya, The Ex dan BGK dari Belanda. Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris. MDC dan Dead Kennedys dari Amerika.
Sementara band-band gelombang pertama, tahun 1972-1978, mengusung ideologi anarkisme. Ideologi band gelombang pertama ini pilihan bagi mereka yang kehilangan trust (kepercayaan) kepada negara, masyarakat dan industri musik.
Bagi komunitas punk, pengertian anarkisme bukan hanya soal politik, tapi juga dalam hidup sehari-hari. Menurut mereka, anarkisme berarti tanpa aturan yang mengekang. Pasalnya, mereka bisa menciptakan sendiri aturan sesuai keinginan mereka. Konsep inilah kemudian dikenal dengan istilah etika punk DIY (do it yourself).
Punk di Indonesia
Sejumlah komunitas punk di Indonesia pun merintis usaha rekaman serta melakukan distribusi terbatas. Komunitas mereka label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran dan mendistribusikannya ke pasaran. Usaha komunitas inipun berkembang menjadi toko-toko kecil yang sekarang lazim dengan sebutan distro.
Tidak hanya CD atau kaset, komunitas anak punk ini juga memproduksi serta mendistribusikan kaos/ t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster. Selain itu, ada juga jasa tindik (piercing) dan tatoo. Produk-produk mereka dijual terbatas dengan harga terjangkau. (Deni/R4/HR-Online)