Selain nutrisi ada juga kandungan antivitamin dalam makanan yang sebaiknya dikenali dan diwaspadai. Antivitamin bukan saja akan menghambat penyerapan vitamin yang dibutuhkan tubuh, namun juga bisa menghancurkannya. Antivitamin adalah zat yang terkandung dalam makanan.
Zat ini bisa bersifat alami jika terdapat dalam makanan alami, seperti buah atau sayuran. Keberadaan zat ini bisa menghambat dan melawan penyerapan vitamin oleh tubuh.
Selain itu antivitamin juga ada sebagai hasil sintesis kimiawi buatan pabrik dalam makanan kaleng atau hasil olahan pabrik. Zat ini mengandung struktur atau komposisi kimiawi yang mirip vitamin atau merupakan derivate dari vitamin.
Sama seperti antivitamin alami, antivitamin kimiawi dari pabrik ini juga menimbulkan kompetisi dengan kandungan nutrisi makanan yang ada. Keduanya bersifat antagonis sehingga saling meniadakan.
Bahaya Antivitamin dalam Makanan
Untuk meningkatkan daya tahan dan melancarkan proses metabolisme tubuh, manusia membutuhkan asupan makanan yang banyak mengandung gizi. Apalagi kemampuan tubuh dalam memproduksi nutrisi hanya pada sejumlah kecil jenis nutrisi saja.
Sedangkan sebagian besar zat gizi lainnya disediakan dari makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Baik yang alami maupun makanan olahan. Namun penyerapan nutrisi makanan bisa terkendala jika ada antivitamin dalam makanan.
Keberadaan antivitamin memang tidak memberikan dampak bahaya secara langsung untuk tubuh. Berbeda dengan racun atau bahan kimia lainnya yang akan memberikan reaksi langsung dan bisa segera dirasakan dampaknya terhadap tubuh.
Meski begitu jika tubuh menyerap antivitamin dalam waktu lama dan berlangsung terus menerus tentu saja akan merugikan tubuh. Terlebih jika ini terjadi pada jenis vitamin tertentu maka bisa menyebabkan terjadinya defisiensi vitamin.
Kandungan Zat Thiaminase
Misalnya anda yang suka makan ikan atau hewan laut, sebaiknya waspadai kandungan zat thiaminase. Zat ini biasanya terdapat pada kerang, mustard atau ikan mentah khususnya pada bagian limpa atau hati.
Thiaminase merupakan zat antivitamin dalam makanan yang merusak molekul tiamin. Thiaminase yang tertelan menyebabkan vitamin B1 tidak bisa diserap tubuh. Jika ini berlangsung lama akan terjadi defisiensi vitamin B yang menyebabkan penyakit beri-beri.
Putih telur mentah juga mengandung zat avidin yang bisa memicu reaksi terhadap biotin dan membentuk zat baru yang kompleks, sehingga tak bisa diserap tubuh. Akibatnya tubuh mengalami defisiensi biotin atau vitamin H.
Dalam jagung juga terdapat kandungan zat millet yang berperan sebagai anti vitamin terhadap niacin atau vitamin B3. Defisiensi niacin bisa menyebabkan tubuh menjadi pusing, lemah dan susah tidur.
Mekanisme Antivitamin dalam Makanan
Antivitamin dalam makanan yang masuk tubuh bekerja melalui beberapa mekanisme. Selain berkompetisi dan saling meniadakan, ada juga zat antagonis yang merebut tempat molekul vitamin didalam enzim, sehingga enzim tidak berfungsi.
Selain itu juga ada mekanisme lainnya dimana zat antagonis yang justru bereaksi dengan vitamin dan membentuk zat baru yang lebih kompleks. Perubahan ini akan menyebabkan vitamin tak bisa diserap oleh tubuh.
Meskipun keberadaan zat antivitamin dalam makanan sangat merugikan namun hal ini ternyata juga memperlihatkan prinsip keseimbangan alam sebagai ciptaan Allah. Adanya zat antivitamin berguna untuk menjaga keseimbangan alami tubuh.
Kelebihan Vitamin Timbulkan Penyakit
Seperti diketahui tubuh membutuhkan vitamin dalam jumlah yang sangat kecil. Kelebihan vitamin dapat menyebabkan timbulnya penyakit, meskipun jika kekurangan juga bisa menimbulkan defisiensi.
Dengan adanya antivitamin akan menjaga tubuh agar tidak menyerap nutrisi secara berlebihan. Begitu juga dengan zat antagonis ini manusia dididik untuk menjadi konsumen cerdas dengan mengenali makanan yang dikonsumsinya.
Karena itu bijaklah mengkonsumsi makanan sumber gizi dengan menu seimbang dan beragam. Semoga informasi tentang antivitamin dalam makanan ini bermanfaat dan menginspirasi. (R9/HR-Online)