Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),– Akibat adanya peristiwa pergerakan tanah di Patakaharja, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, 10 unit rumah warga rusak. Kerusakan bervariasi dari mulai rusak berat, sedang sampai ringan.
“Peristiwa pergerakan tanah ini terjadi di tiga Dusun di desa Patakaharja pada Sabtu 9 November lalu sekitar pukul 17.00 WIB,” ujar salah satu relawan Tagana Ciamis, Dudung Hidayat, Rabu (13/11/2019).
Rumah yang mengalami kerusakan bervariasi, 9 rumah mengalami kerusakan pada bagian lantai dan dinding. Sementara satu rumah nyaris ambruk.
Menurutnya, Pemerintah Desa Patakaharja sudah membuat laporan kejadian bencana ke pihak BPBD dan Dinas Sosial Kabupaten Ciamis.
“Mudah-mudahan, ada tindak lanjut dari dinas terkait, kasihan warga korban pergerakan tanah ini,” katanya.
Relawan Tagana dan pemerintah desa juga sudah memberikan imbauan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut untuk mengantisipasi bencana pergerakan tanah susulan yang bisa terjadi kapan saja.
“Harus tetap waspada, apalagi saat ini masuk musim hujan, bencana selain pergerakan tanah juga longsor,” tandasnya.
Untuk sementara ini, para korban pergerakan tanah di Patakaharja masih bertahan di lokasi, karena tidak ada tempat layak untuk mengungsi.
Sebelumnya, peristiwa pergerakan tanah terjadi di wilayah kecamatan Banjarsari. Dua rumah warga di Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ambruk.
Rumah pertama yang terkena dampak pergerakan tanah yakni milik seorang janda bernama Hartini (45), warga Dusun Pongpok RT 19 RW 05, Desa Ciulu. Kejadian ambruknya rumah terjadi Sabtu (26/10/2019) lalu.
Kepala Desa Ciulu Ramli, membenarkan adanya musibah rumah ambruk yang menimpa warganya yang merupakan janda miskin.
“Beruntung tidak ada korban jiwa pada kejadian ambruknya rumah itu, karena pemiliknya sedang bekerja di Jakarta,” ujar Ramli.
Kata Ramli, rumah Hartini tak semuanya rusak, hanya sebagian rumah yang ambruk dan mengalami retak-retak. Untuk mengantisipasi agar rumah tidak ambruk total, sementara ini bagian atapnya ditopang dengan menggunakan bambu.
“Kami berharap ada bantuan dari pemerintah agar rumah Hartini bisa diperbaiki dan kerusakannya tidak semakin bertambah,” ucapnya.
Pemilik rumah Hartini mengungkapkan, saat rumahnya ambruk akibat pergeseran tanah, dirinya sedang bekerja di Jakarta. Namun mendengar musibah tersebut, dirinya bergegas pulang kampung.
“Saya sedih begitu melihat rumah ambruk, soalnya ini satu-satunya rumah yang saya punya. Mudah-mudahan pemerintah bisa membantu memperbaikinya,” harapnya.
Nasib serupa dialami Oo, warga Cicukang Desa Ciulu, Kecamatan Banjarsari. Akibat adanya pergerakan tanah, dinding rumahnya jebol, Kamis (31/10/2019) lalu.
Anggota FK Tagana Kabupaten Ciamis, Uju Suparman membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, dinding rumah milik Oo yang ambruk terjadi akibat pergerakan tanah yang menerjang wilayah Dusun Cicukang dan sekitarnya.
“Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, namun merupakan penghuni rumah yakni bapak Oo mengalami luka akibat tertimpa reruntuhan,” katanya.
Lebih lanjut Uju mengatakan, dinding yang ambruk tersebut menimpa sejumlah perabotan rumah tangga, sehingga hancur terkena reruntuhan tembok. (Jujang/R7/HR-Online)