Penemuan ular berkaki di Argentina sangat mengejutkan dan bahkan membuat peneliti merasa bingung. Para peneliti begitu heran dengan cepatnya evolusi ular.
Untuk diketahui, ular pertama yang ada di Bumi hidup dalam masa Middle Jurassic Period, yakni antara 163-174 juta tahun silam.
Seiring berjalannya waktu, vertebrata ini mengalami perubahan bentuk seperti wujud yang sekarang. Temuan fosil ular berkaki pun sangat mencuri perhatian ilmuwan untuk menelitinya.
Penemuan Ular Berkaki yang Berusia Jutaan Tahun
Fosil ular berkaki ditemukan di Argentinya, tepatnya di La Buitrera Palaeontological Area, utara Patagoni. Diketahui bahwa fosil tersebut milik Najash rionegrina yang usianya 90 juta tahun.
Dalam penemuan tersebut, ilmuwan melihat ada 8 jenis tengkorak. Dimana salah satu tengkoraknya masih utuh. Temuan fosil ini sangat berbeda jauh dengan ular di masa sekarang.
Dari temuan fosilnya, peneliti mengungkapkan bahwa Najash rionegrina memiliki dua kaki di bagian belakangnya. Kaki ini bisa digunakan sebagaimana mestinya seperti halnya kaki pada hewan lainnya.
Kaki belakangnya bukan hanya sebagai organ transisi belaka karena memiliki peranan yang sangat penting bagi ular untuk menunjang hidupnya.
Dari penemuan ular berkaki ini, diketahui juga bahwa jenis ular Najash rionegrina hidup dengan menggunakan kaki belakangnya sekitar 70 juta tahun lamanya.
Tak hanya memiliki dua kaki belakang, ular purba ini juga mempunyai tulang pipi atau yang juga dikenal dengan sebutan jugal bone.
Selain itu, penemuan ular purba ini juga diidentifikasi memiliki persendian antar rahang, mulut besar, dan gigi yang tajam.
Dari fakta tersebut, kemungkinan jenis ular Najash rionegrina ini bisa menelan mangsa yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya.
Secara keseluruhan, ciri-ciri fisik ular Najash rionegrina ini sangat mirip dengan kadal. Disamping itu, kepala peneliti yang bernama Fernando Garberoglio juga menyebut bahwa ukuran tubuhnya sangat besar.
Penelitian Terkait Penemuan Ular Berkaki
Temuan fosil ular purba yang berkaki ini diteliti dengan bantuan teknologi 3 dimensi. Dimana fosil Najash rionegrina dipindai ke dalam bentuk 3D.
Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, peneliti bisa lebih mudah dalam memahami jaringan dan struktur tubuh ular purba Najash rionegrina ini.
Untuk lebih meyakinkan apa yang dipelajarinya, peneliti juga melakukan cek mikroskopis untuk mengecek ulang. Hasil yang didapat sangat mencengangkan.
Pasalnya, hasil penelitian terhadap penemuan ular berkaki bisa menepis pemahaman yang selama ini dipercaya soal bagaimana evolusi ular purba dan ular modern.
Salah seorang peneliti sekaligus profesor dari Univesity of Alberta yang bernama Michael Caldwell menyebut bahwa selama 160 tahun ada pemahaman yang salah.
Dalam temuan terbarunya, peneliti mengungkap fakta yang diikuti dengan bukti empiris dan bukan hanya berdasar dugaan saja.
Adapun fakta pertama yang terungkap yaitu ular purba ini sebenarnya tak hanya memiliki kaki belakang saja, akan tetapi juga kaki depan. Hanya saja, kaki depannya sudah hilang lebih awal.
Fakta selanjutnya yang berhasil diungkap peneliti yaitu hubungan kekerabatannya. Sesuai dengan bukti yang ditemukan, jenis ular Najash rionegrina ini memiliki hubungan dengan kadal besar.
Tak hanya itu saja, penelitian terhadap temuan fosil ular Najash rionegrina juga mematahkan dugaan bahwa evolusi ular bermula dari hewan kecil, seperti cacing.
Penemuan Ular Berkaki Lainnya
Selain heboh dengan temuan fosil ular Najash rionegrina, tahun 2019 ini juga ada temuan ular berkaki lainnya di Kelurahan Sekip Hilir, Kecamatan Rengat, Riau.
Ular yang ditemukan pada 25 September 2019 ini tampak hangus karena terjebak dalam kebakaran hutan. Karena terbakar, tubuh ini penuh dengan warna kecoklatan.
Penampakannya terlihat tak biasa karena di dekat ekornya ada dua organ seperti kaki. Warga setempat pun ramai-ramai menyebutnya sebagai ular berkaki.
Namun setelah diteliti lebih dalam, bagian yang dianggap sebagai kaki tersebut memiliki kemiripan bentuk dengan hemipenes dari ular famili Trimeresurus sp atau yang juga dikenal dengan ular punai di hutan Sumatera.
Anggapan ini ternyata seirama dengan asumsi pakar ular. Sebut saja ahli herpetologi LIPI Amir Hamidy dan Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat.
Dengan demikian, penemuan ular berkaki di Riau ini sebenarnya hanya hemipenes. Bahkan seleb petualang Panji juga mengatakan hal yang sama. (R10/HR Online)