Baru-baru ini dunia dihebohkan dengan penemuan peradaban kuno di Peru. Sesuai dengan penjelasan ilmuwan, temuan tersebut berupa pola kuno yang jumlahnya 143 pola.
Dijelaskan juga, pola tersebut diukir di atas pasir oleh orang-orang yang hidup di zaman dahulu. Dari penemuan ini, para ilmuwan berharap bisa mengungkap bagaimana kehidupan orang di masa lampau.
Jika melihat temuan pola tersebut, seakan menunjukkan bahwa suku kuno memiliki imajinasi yang tinggi dan berjiwa seni.
Diperkirakan penemuan ini berusia ribuan tahun. Pola yang ditemukan tersebut menampilkan kesan unik dan aneh. Semakin mencuri perhatian karena pola yang dibentuk berukuran besar.
Penemuan Peradaban Kuno
Gambar-gambar kuno berhasil ditemukan oleh para peneliti yang berasal dari Yamagata University di Jepang. Gambar kuno ini juga dikenal dengan sebutan geoglyph atau geoglif.
Sekilas untuk diketahui, geoglif adalah desain yang ukurannya lebih dari 4 meter. Motif besar ini dibuat di tanah atau elemen lanskap yang memiliki ketahanan tinggi, misalnya batu.
Gambar dari peradaban kuno tersebut dibuat dengan menghilangkan lapisan tanah hitam yang berbatu sehingga memperlihatkan pasir terang yang ada di bawahnya.
Penemuan peradaban kuno geoglif yang baru diungkap ini bergabung dengan gambar-gambar kuno lainnya di Peru dan dikenal dengan Nazca Line atau Garis Nazca.
Mengenai proses penemuannya, para ilmuwan mengungkapkan bahwa penelitian menggunakan bantuan teknologi AI. Teknologi tersebut kini mulai dikembangkan agar semakin memberikan manfaat.
Dijelaskan juga bahwa geoglif yang diungkap memiliki panjang sekitar 5-100 meter. Apabila dicermati secara detail, pola gambar yang diukir di atas pasir dataran pantai Peru ini mirip dengan makhluk hidup.
Ada pola yang menyerupai ular raksasa berkepala dua yang memakan manusia. Lalu ada juga makhluk humanoid yang berwajah dua di tiap sisi atas bawahnya.
Dalam penemuan peradaban kuno ini, para ilmuwan mengkategorikannya menjadi dua tipe, yakni tipe A dan B. Geoglif tipe A memiliki ukuran 50 meter.
Dengan ukuran yang besar tersebut, tipe A ini biasanya muncul dalam garis waktu peradaban Nazca sekitar 100-300 Masehi dengan kecenderungan melukis objek berupa hewan.
Sementara untuk geoglif tipe B, diperkirakan berasal dari peradaban 100 SM. Dengan usia abad yang jauh lebih tua, suku kuno dalam periode ini cenderung melukis gambar abstrak dan upacara ritual.
Perlu untuk anda ketahui, kawasan ditemukannya geoglif kuno sebenarnya dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1994 silam.
Penjelasan Penemuan Geoglif A dan B
Profesor Masato Sakai selaku pemimpin tim penelitian mengungkapkan bahwa geoglif tipe A didistribusikan di dekat lembah sungai.
Lain halnya dengan geoglif tipe B. Geoglif ini didistribusikan di samping jalan atau lereng yang miring. Dijelaskan juga bahwa geoglif tipe ini diperkirakan sudah digunakan sebagai tiang jalan ketika bepergian.
Dalam upaya untuk menemukan pola gambar geoglif baru, para ilmuwan memanfaatkan data lapangan dan resolusi tinggi 3 dimensi.
Upaya ini gencar dilakukan karena bisa memberikan petunjuk dalam memahami pola distribusi geoglif biomorfik secara lebih detail.
Tak hanya itu, Profesor Masato Sakai juga menambahkan bahwa melindungi penemuan peradaban kuno geoglif baru sudah seharusnya dilakukan dan bahkan menjadi prioritas.
Pasalnya, diketahui juga bahwa geoglif tengah dihancurkan di dekat kawasan perkotaan. Jika tak dilindungi, maka ilmuwan akan kehilangan data dalam mengungkap kehidupan di masa lampau.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, ilmuwan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau AI dalam penemuan geoglif.
Dalam pemanfaatan tersebut, tim bekerja sama dengan IBM Jepang 2018 dan 2019, dimana hasil temuan yang didapat tak terduga sebelumnya.
Profesor Masato Sakai juga menjelaskan bahwa penggunaan teknologi AI terbukti lebih efisien dalam menemukan geoglif tipe A dan B.
Berbeda jauh dengan metode lama yang semuanya dilakukan secara manual. Dimana metode lama melihat temuan melalui foto udara.
Identifikasi yang dilakukan tentu saja menghabiskan waktu yang tak sebentar. Itu pun hasilnya kurang memuaskan sebagaimana yang diharapkan.
Terkait penemuan geoglif tersebut, Profesor Masato Sakai beserta tim sebenarnya sudah mempelajarinya sejak tahun 2004.
Penemuan peradaban kuno berupa geoglif ini senantiasa dijaga dan dilestarikan agar bisa dikenalkan di generasi mendatang. (R10/HR-Online)