Untuk pertama kalinya dalam sejarah, ilmuwan dikejutkan dengan penemuan gula dalam meteorit. Meteorit itu sendiri adalah meteor yang bisa sampai ke permukaan tanah.
Jika baru masuk ke atmosfer, maka disebut dengan meteor. Sementara jika meteoroid adalah puing yang dihasilkan dari tabrakan asteroid di luar angkasa.
Baca juga: Fosil Es di Meteorit Ditemukan Ilmuwan, Berusia 4,6 Miliar Tahun
Gula yang ditemukan di meteorit ini diungkap oleh sejumlah peneliti NASA dan 3 universitas di Jepang. Bahan pembangun kehidupan tersebut ditemukan di dua meteorit yang berbeda.
Diketahui bahwa kedua meteorit tersebut yaitu NWA 801 (tipe CR2) dan Murchison (tipe CM2) yang memiliki karbon melimpah.
Dari penemuan ini, seakan menunjukkan bahwa asteroid yang menjadi tubuh induk meteorit menyimpan beberapa bahan yang menunjang kehidupan di Bumi.
Temuan gula di dalam dua meteorit telah diterbitkan dalam jurnal PNAS (Prosiding National Academy of Sciences) belum lama ini.
Penjelasan Penemuan Gula dalam Meteorit
Penemuan gula ini mendukung teori yang menyebutkan bahwa kehidupan Bumi berawal dari meteor-meteor purba jutaan tahun silam.
Baca juga: Penemuan Meteorit Pelangi di Kosta Rika Mengandung Karbon
Meteor tersebut membantu asal usul dan pasokan blok bangunan kehidupan. Dikarenakan berkaitan dengan kehidupan di Bumi, para ilmuwan tertarik untuk menelitinya lebih lanjut.
Dalam penelitian yang dilakukan terhadap penemuan gula dalam meteorit, para ilmuwan telah berhasil mengidentifikasi 3 senyawa yang ditemukan, yaitu ribosa, arabinosa, dan xilosa.
Sebagaimana penjelasan peneliti, ribosa adalah komponen pembentuk RNA (asam ribonukleat) yang terbentuk lebih dulu sebelum DNA dalam sejarah evolusioner.
RNA ini berperan penting sebagai molekul kurir. Dimana RNA akan menyalin instruksi genetik yang berasal dari molekul DNA (asam deoksiribonukleat) dan mengantarkannya ke ribosom.
Tak hanya itu, RNA juga berfungsi untuk menyimpan informasi sekaligus mengatalisasi reaksi yang ada di dalam kehidupan primitif di Bumi.
Sebelumnya, ilmuwan telah menemukan blok bangunan penting kehidupan lainnya di dalam meteorit. Hanya saja, untuk temuan gula ini baru pertama kalinya.
Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Yoshihiro Furukawa dari Universitas Tohoku, Jepang. Furukawa menambahkan bahwa penemuan tersebut membuktikan bahwa ada ribosa di luar angkasa.
Tak berhenti di situ saja, penelitian yang dilakukan juga menyajikan bukti terkait proses masuknya gula ke planet Bumi yang kita tinggali ini.
Menariknya, atom karbon yang ditemukan pada molekul gula yang ada di meteorit berbeda dengan atom karbon molekul gula yang ada di Bumi.
Fakta yang berhasil diungkap dalam penelitian terhadap penemuan gula dalam meteorit menambah kerumitan saat memahami pembentukan kehidupan di Bumi.
Meski begitu, para peneliti memiliki harapan yang besar untuk mendapatkan hasil serupa dari pengiriman wahana antariksa Hayabusa 2 ke asteroid Ryugu.
Jika apa yang ditemukan dalam batuan ruang angkasa yang masih murni tersebut hasilnya sama dengan penemuan ini, maka ilmuwan bisa lebih mudah mengidentifikasi awal mula pembentukan kehidupan di Bumi.
Analisis Penemuan Gula dalam Meteorit
Terkait temuan gula di dalam dua meteorit, para ilmuwan melakukan analisis terhadap komponen-komponen kimiawi yang berasal dari sampel debu meteornya.
Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Gas Chromatography Mass Spectrometry. Dimana metode ini bekerja dengan melakukan identifikasi molekul yang melibatkan penghitungan massa dan aliran listriknya.
Dari metode ini, ilmuwan menemukan banyak ribosa dan gula lainnya. Dimana kisarannya antara 2,3 sampai 11 bagian per miliar di NWA 801. Sementara di Murchison, kisarannya 6,7 hingga 180 bagian per miliar.
Untuk lebih memastikan bahwa penemuan gula dalam meteorit berasal dari luar planet Bumi, ilmuwan menerapkan analisis isotop. Dari analisis yang dilakukan, ilmuwan menemukan fakta bahwa gula tersebut memiliki konsentrasi tinggi Carbon 13.
Perlu untuk diketahui, Carbon 13 yang memiliki konsentrasi tinggi ini adalah jenis karbon isotop berat. Bahkan jenis carbon ini sangat jarang ditemukan di Bumi. Seperti yang diketahui, kehidupan di Bumi menggunakan jenis karbon yang ringan, yakni 12C.
Baca juga: Batu Vulkanik Tertua di Tata Surya Ditemukan, Usianya 4,6 Miliar Tahun
Dari hasil analisis tersebut, semakin memperkuat dugaan bahwa gula memang berasal dari luar angkasa. Peneliti pun tak berhenti mendalaminya.
Untuk menemukan lebih banyak senyawa gula yang bisa diteliti, ilmuwan semakin aktif menganalisis sampel-sampel meteor di Bumi.
Penemuan gula dalam meteorit seakan menunjukkan bagaimana pembentukan kehidupan di Bumi. Untuk memperkuat dugaan, peneliti memang harus mendalaminya lebih lanjut. (R10/HR-Online)