Bahaya turun berok atau dikenal dengan nama medisnya hernia jangan disepelekan. Untuk itu, kenali risiko dan gejala yang menyebabkan turun berok, termasuk cara mencegahnya.
Dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu (30/11/2019), turun berok menandakan adanya organ dalam tubuh yang letaknya tidak pada posisi seharusnya.
Turun berok atau hernia terjadi akibat kondisi jaringan lemak atau usus yang menusuk pada bagian dinding perut bawah.
Kondisi tersebut menyebabkan tonjolan, bisa di pangkal paha, di area inguinal, atau pada skrotum pria.
Tapi yang paling sering tonjolannya turun berok muncul di dekat area selangkangan, baik di salah satunya maupun pada kedua sisi kiri dan kanannya.
Selain itu, bisa juga disebabkan oleh kondisi medis, seperti punya penyakit diabetes atau penyakit sistemik, misalnya lupus. Meskipun bisa saja terjadi di beberapa bagian tubuh,
Kenali Bahaya Turun Berok
Jenis-jenis Hernia
Hernia atau turun berok dikategorikan dalam beberapa jenis, yakni hernia ingunial yang banyak dialami oleh pria akibat adanya perbedaan perkembangan pada bayi laki-laki saat di dalam rahim.
Kemudian, hernia femoral, yakni bila sebagian usus menonjol di atas. Kondisi seperti ini sering dialami oleh wanita.
Sedangkan yang paling sering terjadi pada usia anak-anak adalah jenis hernia umbilikal. Dan terakhir hernia atau turun berok jenis hiatus bisa menyebabkan perut bagian atas naik ke dada.
Risiko dan Gejala Turun Berok
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hernia, diantaranya faktor kelahiran prematur, obesitas, kehamilan, batuk kronis, sembelit kronis, dan pernah mengalami hernia sebelumnya.
Gejalanya, muncul tonjolan kecil pada sisi pangkal paha, dan kondisi ini mungkin hilang ketika berbaring, atau terasa ada tekanan di bagian pangkal paha.
Selain itu, skrotum pada pria bisa terlihat membesar bila hernia masuk ke kantung skrotum. Kemudian, saat melakukan aktivitas berat, di area tersebut terasa sakit cukup tajam dan panas seperti terbakar yang intensitasnya meningkat.
Munculnya risiko bagian usus bisa terperangkap di bagian dinding perut. Kondisi ini berpotensi aliran darah ke usus hilang yang dibarengi demam serta deyut jantung meningkat.
Jika kamu merasakan gejala-gejala tersebut, terutama jika memiliki faktor risiko turun berok, sebaiknya segera periksakan ke dokter bedah umum guna mendapatkan diagnosa.
Diagnosis, Bahaya dan Penanganan Turun Berok
Jika hernia sudah parah, jangan pernah memijat benjolannya. Karena hal itu justru bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan, bahkan bisa melukai isi hernia.
Kalau sudah bengkak maka akan sulit dimasukkan lagi ke dalam rongga perut. Pembengkakan juga dapat menimbulkan risiko infeksi. Kondisi ini bahaya karena bisa mengakibatkan dinding usus jebol.
Sedangkan, dalam kasus turun berok ringan, dokter bisa mendorong hernia dengan tekanan yang cukup lembut supaya bisa kembali ke tempat semula.
Tetapi, beberapa kasus turun berok lainnya, kemungkinan dokter akan memeriksanya lebih lanjut menggunakan rontgen, USG, atau CT scan.
Pemeriksaan itu dibutuhkan guna memastikan benjolan tersebut hernia atau bukan, sekaligus menyingkirkan adanya potensi bahaya lain.
Turun berok bisa memburuk ketika aliran darah ke usus yang melalui dinding dasar perut sudah terputus. Kondisi ini bisa menyebabkan matinya jaringan.
Jika kondisi turun berok ini sudah cukup berbahaya dan perlu pembedahan, maka ada dua jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu operasi terbuka dan bedah menggunakan teknik laparoskopi.
Mencegah Turun Berok Kambuh
Kalau sudah menjalani operasi, ada hal-hal yang harus diperhatikan agar tidak kambuh lagi, antara lain jangan mengangkat beban yang berat-berat, hindari merokok.
Selain itu, jaga berat badan agar tetap ideal, dan bagi yang mengalami obesitas atau kegemukan, coba turunkan berat badan dengan pola diet yang terukur, seperti konsumsi makanan yang lebih sehat.
Langkah-langkah tersebut bukan hanya untuk orang yang punya masalah turun berok, tapi bisa juga diterapkan oleh kamu yang belum pernah mengalami untuk mencegah terjadinya hernia. (Eva/R3/HR-Online)