Prediksi asteroid menabrak Bumi disampaikan oleh lembaga antariksa Eropa (ESA). Badan antariksa ini mengawasi asteroid bernama asteroid 2019 SU3 yang kemungkinan akan menabrak Bumi pada 16 September 2084.
Dinilai sangat membahayakan, ESA menambahkannya ke dalam Risk List yang adalah katalog semua objek dimana probabilitas dampak yang ditimbulkan sudah terdeteksi.
Di dalam daftar tersebut berisi rincian mengenai dampak paling fatal saat asteroid menghantam Bumi. Tak terkecuali dengan rincian ukuran, kecepatan, tanggal dan probabilitasnya.
Prediksi NASA tentang Asteroid Menabrak Bumi
Batuan raksasa asteroid yang melintas di dekat orbit Bumi termasuk salah satu benda luar angkasa yang membahayakan.
Dengan alasan tersebut, ESA selalu mengawasi asteroid 2019 SU3. Obyek yang diteliti nantinya akan digolongkan ke dalam 4 kategori, yaitu mendesak, perlu, berguna dan prioritas rendah.
Pengawasan asteroid 2019 SU3 yang berkaitan dengan prediksi asteroid menabrak Bumi memungkinkan ESA lebih mudah dalam mengategorikannya.
Dalam laporannya, ESA juga mengatakan bahwa jarak asteroid tersebut dengan Bumi kemungkinan 73.000 mil pada tahun 2084 mendatang.
Jarak tersebut setara dengan 0,00079 astronomical units (au), padahal lembaga antariksa Amerika Serikat NASA menyebut asteroid yang membahayakan Bumi jaraknya 0,05 au.
Prediksi NASA Terkait Asteroid Hantam Bumi
Jika ESA menyebut asteroid 2019 SU3 kemungkinan akan menabrak Bumi pada tahun 2084, namun NASA memprediksi bahwa asteroid tersebut akan menghantam Bumi lebih cepat dari waktu yang diperkirakan.
Menurut NASA, asteroid 2019 SU3 akan menabrak Bumi pada tahun 2077. Lebih cepat 7 tahun dari data yang dimiliki ESA.
Selain prediksi asteroid menabrak Bumi bernama 2019 SU3, sebenarnya NASA juga melacak NEO (Near Earth Object). NEO adalah asteroid yang berbahaya bagi Bumi.
Asteroid yang dinilai mengancam Bumi memiliki diameter 460 kaki. NEO itu sendiri dilacak oleh pusat studi NASA yang mempelajari CNEOS, objek yang letaknya berdekatan dengan Bumi.
Adapun jumlah asteroid yang digolongkan sebagai NEO dilaporkan ada lebih dari 18.000 asteroid. Oleh karenanya, pengawasan harus dilakukan setiap saat.
Asteroid 2019 SU3
Seperti yang sudah sedikit disinggung di atas, asteroid 2019 SU3 memilik diameter 460 kaki. Ukuran tersebut setara dengan 14 meter.
Besarnya asteroid 2019 SU3 ini sekitar ukuran Hollywood Sign. Asteroid ini memiliki peluang sekitar 385 kali tabrak Bumi.
Di dalam Risk List itu sendiri juga ada asteroid 2019 DS1. Asteroid ini hadir dengan ukuran lebar 26 meter dan konon prediksi asteroid menabrak Bumi terjadi pada tahun 2082.
Perlu anda pahami bahwa Risk List memiliki nilai skala Palermo tak sampai -2. Dengan skala tersebut, NASA menjelaskan bahwa skalanya menunjukkan peristiwa yang kemungkinan tak ada konsekuensinya.
Dengan demikian, meski memasukkan asteroid ke dalam Riks List, namun bukan berarti asteroid tersebut sangat beresiko.
Meski begitu, prediksi asteroid menabrak Bumi tak boleh dianggap sepele. Sikap waspada tetap harus ditunjukkan meski Risk List hanya katalog objek yang peluang dampaknya lebih besar dari nol.
Untuk saat ini, pemindaian langit untuk asteroid yang belum terdeteksi sebelumnya adalah tindakan yang harus dilakukan oleh para ahli.
Fenomena Tabrakan Asteroid dan Bumi pada Masa Lalu
Sebelum adanya kehebohan mengenai kemungkinan asteroid menabrak Bumi kurang dari 60 tahun lagi dari sekarang, sebenarnya dulu sudah pernah terjadi fenomena tersebut.
66 juta tahun yang lalu, asteroid dengan ukuran 10 km menghantam Bumi. Tabrakan tersebut memusnahkan dinosaurus dan menyebabkan perubahan iklim.
Hewan raksasa yang hidup di daratan langsung punah seketika karena dampak dari hantamannya. Sementara hewan yang ada di lautan atau di dalam tanah dapat bertahan beberapa lama.
Saat prediksi asteroid menabrak Bumi terjadi, bakal menimbulkan tsunami dan menyebabkan gunung berapi meletus serta pemanasan di beberapa wilayah Bumi.
Hantaman asteroid tersebut juga menyebabkan jelaga sebesar 15 miliar ton yang berpengaruh terhadap perubahan iklim.
Jelaga tersebut akan naik ke atmosfer dan menghalangi sinar matahari sehingga tak bisa sampai ke Bumi. Hal ini menyebabkan siang hari tanpa seperti malam hari yang disinari cahaya bulan.
Jelaga tersebut mulai hilang sekitar 6 bulan. Hanya saja, tumbuhan tak bisa langsung fotosintesis. Selain itu, ekosistem laut juga kekurangan pangan dan oksigen.
Dengan meninjau fenomena seram dari masa lampau tersebut, prediksi asteroid menabrak Bumi harus selalu diawasi. Dikhawatirkan tak bisa ditangani sehingga dampaknya akan serupa dengan fenomena sebelumnya. (R10/HR-Online)