Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Pergerakan tanah di Tambaksari Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, tepatnya di Dusun Sukamandi, Desa Kadupandak, dilaporkan makin meluas. Kini tanah yang bergerak dan merusak bangunan tersebut sudah menyasar ke 20 rumah warga setempat.
Bahkan rumah warga yang dinyatakan masuk kategori rusak berat sudah mencapai 4 rumah. Rumah itu sudah dikosongkan oleh pemiliknya. Karena kondisinya sudah tidak layak huni dan tembok bangunannya jebol.
Dari pantauan HR Online di lapangan, Kamis (31/10/2019), rumah warga yang mengalami rusak ringan pun sewaktu-waktu bisa ambruk. Karena tekstur tanah di daerah tersebut miring dan labil. Sehingga ketika tanah bergerak kembali bisa dengan cepat merusak bangunan rumah.
Melihat kondisi tersebut, warga yang terdampak pergerakan tanah di Tambaksari setiap malam mengosongkan rumahnya dan mengungsi ke rumah sanak saudaranya. Karena mereka khawatir sewaktu-waktu rumahnya ambruk tergerus pergerakan tanah.
Kepala Dusun Sukamandi Ela Nursari, mengatakan, bencana pergerakan tanah di wilayahnya memang bukan pertama kali terjadi. Hanya untuk kali ini paling parah apabila dibanding sebelumnya.
“Karena tekstur tanahnya labil ditambah posisinya miring yang diduga sebagai pemicu pergerakan tanah,” ujarnya.
Biasanya, lanjut Ela, pergerakan tanah di wilayahnya terjadi ketika musim penghujan. Namun kali ini justru terjadi pada musim kemarau. Dia khawatir apabila bulan November dan Desember memasuki musim penghujan, pergerakan tanah malah semakin parah.
“Sekarang kan tanah kering akibat kemarau. Saat kering saja tanah bergerak. Apalagi ketika hujan nanti. Biasanya saat kemarau tanah retak-retak. Saat hujan tanah yang retak-retak itu kemasukan air dan kemudian timbul tanah bergerak. Makanya kami membayangkan bagaimana nanti kalau sudah musim hujan,” ujarnya.
Menurut Ela, saat ini sudah hampir 20 rumah warga yang melaporkan rumahnya mengalami kerusakan. Dari 20 rumah tersebut, 4 rumah diantaranya temboknya sampai jebol.
“Kemarin memang baru 10 warga yang melapor rumahnya rusak. Tetapi setelah kami turun langsung ke lapangan ternyata bertambah menjadi 20 rumah. Sebenarnya pergerakan tanah sudah meluas ke blok lain. Tetapi kerusakannya tidak parah,” ujarnya.
Ela mengatakan pihaknya dari pemerintah desa terus menghimbau kepada warga yang terdampak pergerakan tanah agar segera mengosongkan rumahnya. Apalagi warga yang bangunan rumahnya sudah retak-retak.
Sebelumnya, Camat Tambaksari Dadang Heriyana, mengatakan, bencana pergerakan tanah biasanya terjadi pada musim penghujun. Namun gejala alam yang terjadi saat ini justru sebaliknya. Menurutnya, bencana yang terjadi saat ini justru dipicu dari tanah kering akibat kemarau. Selain itu dipicu juga dari pergerakan sesar Lembang yang terus bergerak.
“Hasil penelitian dari Geofisika menyebutkan bahwa pergerakan tanah yang terjadi di wilayah kami ada hubungannya dengan sesar Lembang yang kini terus bergerak. Bencana pergerakan tanah di Tambaksari memang bukan pertama kali terjadi. Namun baru kali ini terjadi di saat kemarau,” ujarnya. (Fahmi2/R2/HR-Online)