Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Asep Ali Imron, warga Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, rupanya paham betul potensi besar yang ada di kampung halamannya. Menyandang gelar sarjana seni rupa, membuatnya terpikir untuk menfaatkan batok kelapa yang melimpah di kampung halamannya agar bisa disulap menjadi barang yang memiliki nilai seni serta nilai jual tinggi.
Seperti diketahui, Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu daerah penghasil kelapa terbesar di Jawa Barat. Bahkan di daerah pesisir selatan Jawa Barat ini banyak lahan hektaran yang khusus untuk ditanam pohon kelapa. Maka jangan heran apabila di wilayah ini banyak ditemukan pabrik gula kelapa.
Batok Kelapa Masih Dianggap Limbah
Saat berbincang di salah satu kedai kopi di Parigi, Minggu (13/10/2019), Asep Ali Imron, menceritakan tentang sepak terjangnya dalam usaha kerajinan batok kelapa. Menurutnya, meski kelapa melimpah di Pangandaran, namun tidak semua bagian dari pohon tersebut dimanfaatkan agar bernilai rupiah tinggi.
Bahkan, kata dia, batok kelapa masih dianggap limbah dan kebanyakan digunakan untuk bahan bakar memasak. Padahal, batok yang memiliki tekstur keras, bisa disulap menjadi perabot rumah tangga yang bernilai seni tinggi.
Selain itu, apabila dibuat dengan tampilan yang menarik, kerajinan ini bisa jual ke pasaran dengan nilai rupiah yang cukup tinggi.
“Sebenarnya tidak hanya batoknya saja, tetapi tapas, daun, batang hingga akar pohon kelapa pun bisa dijadikan bahan untuk membuat berbagai barang berharga, diantaranya perabot rumah tangga dan properti rumah,” ujarnya.
Asep mengatakan saat ini dirinya tengah memproduksi teko dan gelas yang dibuat dari batok kelapa. Memang barang tersebut bukan hal yang baru. Karena pada zaman dulu pun gelas dan teko terbuat dari batok kelapa.
“Tapi gelas dari batok kelapa sekarang jarang dijumpai di rumah-rumah warga. Justru hal ini sebagai peluang untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa gelas dari batok kelapa dulunya sering digunakan oleh nenek moyang kita atau sebelum gelas berbahan kaca ada,” ujarnya.
Namun begitu, gelas batok kelapa yang dibuatnya memiliki nilai seni tinggi atau sedikit berbeda dengan gelas zaman dulu. “Kalau gelas zaman dulu hanya batok yang dikeringkan saja atau tanpa balutan seni. Kalau gelas ini lihat saja berbeda. Ada unsur seninya dan juga layak dijadikan barang hiasan antik untuk menambah koleksi pajangan di rumah,” katanya.
Penghasilan Rp. 10 juta per Bulan
Asep mengatakan dirinya memproduksi gelas dan teko berbahan batok kelapa dengan jumlah cukup banyak. Hasil produksinya sudah dijual ke berbagai daerah di Jawa Barat.
“Untuk teko batok dijual di pasaran dengan harga Rp. 80 ribu. Sementara gelas batok dijual dari harga Rp. 10 ribu sampai Rp. 25 ribu atau bagaimana besar dan kecil gelasnya,” terangnya.
Menurut Asep, dirinya menggeluti usaha itu sudah hampir 6 tahun berjalan atau dari tahun 2013. Dia pun mengaku dari hasil bisnisnya sudah mendapat keuntungan sebesar Rp. 10 juta per bulan.
“Selain membuat gelas dan teko, saya juga memanfaatkan bahan dari pohon kelapa lainnya seperti tapas, daun, batang dan akarnya untuk dibuat hiasan dan properti rumah. Kalau itu harus pesan dulu untuk mengetahui keinginan konsumen seperti apa. Karena setiap konsumen memiliki keinginan yang berbeda-beda,” ujarnya. (Ceng2/R2/HR-Online)