Berita Banjar, (harapanrakyat.com,),- Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (IPPNU) Kota Banjar, Jawa Barat berkolaborasi dengan Polres Kota Banjar, menolak paham radikalisme melalui safari Makesta (Masa Kesetiaan Anggota) dan program Citanduy (Cinta Tanah Air, Anti Narkoba, dan Disiplin Lalu Lintas).
Kegiatan tersebut dihadiri delegasi dari 7 SMA di Kota Banjar. Berbagai materi disampaikan pada kegiatan tersebut, salah satunya menumbuhkan rasa cinta tanah air di kalangan Pelajar.
“Mencintai tanah air adalah sebagian dari iman,” Kata Sahrul, sekretaris IPNU & IPPNU Kota Banjar, kepada HR Online, di SMK NU Langensari dalam acara Safari Makesta dan Sosialisasi Citanduy, Jum’at (11/10/2019).
Berita Terkait: IPNU Kota Banjar Berkomitmen Cegah Paham Radikal Masuk Sekolah
Sahrul menambahkan, paham radikalisme dan terorisme telah masuk ke kalangan pelajar, karenanya IPNU dan IPPNU Kota Banjar berupaya ikut serta melakukan pencegahan.
“Supaya pelajar dapat memahami betapa bahayanya paham-paham tersebut, makanya kami melaksanakan Safari Makesta ini,” terangnya.
Sahrul menyebut contoh penusukan Menko Polhukam, Wiranto, yang diduga dilakukan oleh orang yang terpapar paham radikalisme dan terorisme.
“Mereka sudah melakukan hal sekeji itu, jangan sampai hal tersebut terulang kembali, karenanya kita tumbuhkan wawasan kebangsaan pada regenerasi, supaya mencintai Negara, dan merawatnya,” pungkas Sahrul.
Sementara AKBP Yulian Perdana, Kapolres kota Banjar, menilai positif kegiatan Makesta. Menurutnya kegiatan tersebut merupakan salah satu pengkaderan remaja, khususnya pelajar yang sejalan dengan program Citanduy dari Polres Kota Banjar.
“Program ini penting untuk memberikan edukasi dan pemahaman kepada pelajar supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya masuknya paham radikal dan teroris, kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang, kekerasan terhadap anak dan lainnya,” terang Yulian.
Yulian juga menyinggung kasus penusukan Menkopolhukam, Wiranto. Menurutnya, Mabes Polri sudah merilis, pelaku penusukan merupakan warga negara yang terpapar paham radikal.
Karena itu, Yulian mengajak masyarakat untuk bersama bergandeng tangan menyelamatkan anak bangsa dengan menggelorakan kegiatan pemahaman 4 Pilar, khususnya literasi sejarah untuk membentengi dari ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
“Perbanyaklahah membaca literasi sejarah, dan ingatlah sejarah, tolak pemahaman yang bertolak belakang dengan dasar negara Indonesia yakni Pancasila, warga yang terpapar paham radikalisme dan terorisme karena kurang mengetahui sejarah bangsanya sendiri, sehingga terpapar paham yang justru membahayakan negara tercinta ini,” pungkas Yulian. (Sugeng/R7/HR-Online)