Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-Penanganan kasus HIV/AIDS tidak hanya cukup dilakukan dengan perawatan dan pengobatan, tapi juga perlu ada upaya pencegahan bersama.
Hal itu dikatakan Koordinator Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jawa Barat, Landri Kusmono, dalam rapat koordinasi KPA tingkat Kota Banjar tahun 2019, di ruang rapat Setda Kota Banjar, Jawa Barat, Selasa (15/10/2019).
Landri juga mengatakan, saat ini kasus penyebaran HIV/AIDS yang paling banyak ditemukan dari kalangan Lelaki Suka Lelaki (LSL) usia produktif antara 20-40 tahun, dengan persentase 30 persen, setelah itu heterosexual, khususnya ibu rumah tangga. Bahkan, sudah ada beberapa menyasar lembaga pendidikan.
Untuk menangani hal itu, salah satu upaya paling mudah untuk mendeteksi penyebaran HIV/AIDS adalah melalui tes kesehatan pada calon pengantin. “Harus ada komitmen dan upaya kuat dari semua pihak dalam pencegahan, terutama di kalangan anak-anak dan remaja,” tegasnya.
Terkait dengan penanganan pencegahan melalui Peraturan Daerah (Perda), Landri mengatakan, selama ini belum ada pengalaman dengan Perda, karena di beberapa daerah pun masih menjadi problem.
“Untuk pencegahan penyebaran lewat LGBT ini sebetulnya yang harus diprioritaskan, karena termasuk penyumbang angka HIV/AIDS terbesar di Jawa Barat,” tandas Landri.
Di tempat yang sama, Rika Setiawati, yang merupakan kader Warga Peduli AIDS (WPA) Kota Banjar, menambahkan, penyebaran HIV/AIDS melalui hubungan seksual menyimpang, yakni LSL pun menjadi salah satu penyumbang terbesar penularan HIV/AIDS di Kota Banjar.
Faktor yang sangat memengaruhi dalam penyebaran karena seringnya berganti-ganti pasangan. “Sudah banyak upaya pencegahan yang dilakukan, salah satunya mengubah pola perilaku melalui bimbingan pendidikan. Alhamdulillah, upaya itu bisa maksimal,” kata Rika. (Muhlisin/Koran-HR)