Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Petani kopi di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, kini sudah mampu memproduksi kopi kemasan yang diolah secara tradisional dan memiliki kualitas tinggi. Kopi tradisional khas Pangandaran ini dinamai Kopi Kujang Pasundan’. Rasanya pun tidak kalah dengan kopi murni yang dijajakan di kedai kopi ternama.
Tidak hanya sekedar diolah dengan cara tradisonal, namun kopi inipun mulai dari ditanam hingga dipanen menggunakan metoda keilmuan pertanian yang baik. Dengan cara itulah membuat kopi ini memiliki cita rasa yang khas dan dapat bersaing dengan kopi murni ternama yang kini tengah ngehits di kalangan pencinta kopi.
Awal Mula Tercipta Kopi Tradisional Khas Pangandaran
Apabila menilik pada sejarah kopi tradisional khas Pangandaran ini, ternyata ada peran pemberdayaan yang dilakukan oleh aktivis Serikat Petani Pasundan (SPP). Hal itu berawal dari keprihatinan para aktivis yang melihat petani kopi di Kabupatan Pangandaran yang selalu dipermainkan oleh para tengkulak.
“Potensi kopi Pangandaran ini sebenarnya sangat luar biasa. Bayangkan saja, setiap musim panen mereka bisa menghasilkan kopi sebanyak 50 ton. Namun, harga jual kopi yang diterima petani hanya dihargai sebesar Rp. 15 ribu per kilogram.
Jelas hal itu sangat merugikan para petani. Dari sinilah kemudian kami tergerak untuk membantu,” kata Nur Arifin, salah seorang akitivis SPP Pangandaran yang juga menjadi pendamping para petani kopi, kepada HR Online, beberapa waktu lalu.
Nur mengatakan, sebelum melakukan action, pihaknya pun melakukan kajian terlebih dahulu. Kajian itu dilakukan untuk mencari sebab kenapa harga kopi Pangandaran sampai bisa dihargai murah.
“Ternyata ada yang salah dalam teknik menanam hingga pengolahannya. Kemudian kami bersama aktivis dan ahli pertanian melakukan pendampingan kepada petani kopi,” ujarnya.
Petani Kopi Diberi Pelatihan
Untuk menghasilkan biji kopi yang berkualitas, kata Nur, pihaknya kemudian memberikan serangkaian pelatihan kepada petani. Dalam pelatihan itu, tambah dia, banyak ilmu yang didapat oleh petani, seperti teknik memetik kopi yang disarankan memilih yang berwarna merah atau chery hingga teknik menjemur kopi yang baik.
“Setelah diberi pelatihan dan para petani paham teknik menghasilkan biji kopi yang berkualitas, ternyata hasil pertaniannya bisa dihargai di pasaran. Untuk harga kopi kering atau greand beand, kini bisa diterima di pasaran dengan harga Rp. 30 ribu sampai Rp. 50 ribu per kg-nya,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Nur, para petani pun diberi pelatihan agar bisa mengolah biji kopi guna menciptakan sebuah produk kopi kemasan. Kopi yang diolah secara manual itu kemudian dikenal dengan kopi tradisional khas Pangandaran yang diberi merk ‘Kopi Kujang Pasundan’.
Nur mengatakan, setelah petani kopi di Pangandaran bisa menghasilkan biji kopi yang berkualitas dan mampu mengolah kopi kemasan, diharapkan hasil pertanian dan produknya bisa bersaing di pasaran. Mereka pun diberi akses pemasaran agar dapat menjual dengan harga yang layak.
“Kami juga berharap kopi tradisional khas Pangandaran yang sudah dikemas cukup baik ini bisa laku di pasaran dan dapat meningkatkan perekonomian petani. Kopi yang diberi merk kopi Kujang Pasundan ini dibandrol dengan harga Rp. 50 ribu per 250 gram dan sudah diperkenalkan di sejumlah kedai kopi di wilayah Pangandaran,” ujarnya. (Ceng2/R2/HR-Online)