Gerak semu Matahari selalu terjadi. Ketika Matahari melakukan gerak semu, maka Bumi akan terkena dampaknya. Peristiwa astronomi ini bahkan terjadi secara berkala.
Matahari sebagai pusat Tata Surya memiliki berbagai benda luar angkasa yang mengorbitnya. Planet Bumi merupakan salah satu yang mengorbit Matahari sepanjang tahun.
Karena hal tersebut, aktivitas Matahari pasti akan sangat berdampak pada Bumi, termasuk gerak semua yang bintang tersebut lakukan. Gerakan semu tahunan dari bintang raksasa tersebut membuatnya terlihat seperti bergerak naik ke arah utara dan turun ke selatan sepanjang tahun.
Gerakan ini terjadi karena revolusi Bumi, yaitu gerakan planet yang mengitari Matahari dalam waktu satu tahun.
Baca Juga: Ilmuwan Ciptakan Matahari Mini untuk Pertama Kalinya
Apa Itu Gerak Semu Matahari?
Fenomena gerak semu pada bintang utama Tata Surya sebenarnya sudah sering terjadi. Gerakan ini membuat Matahari tampak seakan-akan bergerak.
Sementara itu sebagai pusat Tata Surya, Matahari tidak pernah bergerak. Sebaliknya, planet-planet di sekelilingnya lah yang bergerak, termasuk Planet Bumi untuk mengitari Matahari.
Akan tetapi, pergerakan Bumi bisa menyebabkan Matahari terlihat seperti bergerak. Hal inilah yang kemudian terkenal dengan nama gerak semu.
Sejatinya ada dua hal yang menyebabkan gerak semu ini, yaitu revolusi Bumi dan juga rotasi Bumi. Keduanya menyebabkan jenis gerak semu yang berbeda. Penasaran apa saja? Simak di sini!
Gerak Semu Harian
Jenis pertama dari gerak semu Matahari ini terjadi akibat adanya rotasi bumi. Karena berada di dalam Planet Bumi, maka kita akan melihat Matahari seolah-olah bergerak dari timur menuju ke barat setiap harinya.
Padahal, kenyataan yang ada tidak seperti itu. Bumi yang berputar dari arah barat menuju ke timur setiap harinya. Lantas, mengapa ini bernama gerak semu harian?
Baca Juga: Fakta Matahari Mengelilingi Bima Sakti, Ini Penjelasannya!
Hal itu terjadi karena kita sebagai pengamat bisa menyaksiakan pergerakan Matahari setiap hari yang seolah-olah terbit di arah timur dan kemudian tenggelam di arah barat.
Gerakan semu harian ini menjadi penyebab siang dan malam di Bumi. Belahan Bumi yang terkena sinar Matahari akan mengalami waktu siang, sedangkan belahan lainnya akan mengalami waktu malam.
Contoh perbedaan waktu antar negara adalah di Jakarta pukul 08.00 WIB, sedangkan masyarakat Seoul sudah menunjukkan waktu pukul 10.00 WIB.
Gerak Semu Tahunan
Selain gerak semu Matahari harian, ada juga gerak semu tahunan. Fenomena ini terjadi karena adanya revolusi Bumi atau gerakan Bumi saat mengelilingi Matahari.
Bumi sebagai planet Tata Surya akan bergerak mengelilingi Matahari dalam waktu satu tahun. Hal itu kemudian menyebabkan seolah-olah posisi berubah, yaitu dari utara menuju ke selatan Bumi.
Akibat dari hal ini adalah posisi Matahari jarang berada tepat di atas equator. Hal tersebut hanya akan terjadi pada bulan September, ketika Matahari seolah bergerak menuju Selatan.
Sedangkan bulan Oktober akan membuat Matahari seolah-olah berada di selatan Khatulistiwa. Radiasi sinar Matahari yang meluas tersebut mengakibatkan suhu udara di beberapa wilayah Bumi semakin panas, termasuk salah satunya Indonesia.
Apa Akibat Terjadinya Gerakan Semu Matahari?
Gerak semu Matahari, baik harian dan tahunan akan mempengaruhi kehidupan di Bumi. Dampak yang sangat dirasakan adalah adanya perbedaan musim.
Musim di wilayah bagian Bumi utara akan berbeda dengan bagian selatan. Perbedaan ini akibat tingkat penyinaran Matahari yang berbeda juga.
Baca Juga: Pembagian Iklim Matahari di Bumi, Berikut Ini Penjelasannya!
Terkadang Matahari akan menyinari bagian selatan Bumi. Beberapa negara memiliki empat musim dengan waktu yang berbeda-beda.
Selain perbedaan musim, gerak semu ini bisa menyebabkan fenomena angin muson yang membawa hujan deras atau angin yang begitu kering. Ini terjadi karena perbedaan suhu di bagian utara Bumi dan bagian selatan.
Angin muson terbentuk dari perbedaan suhu dan bergerak dari arah Afrika, India, hingga ke Asia Tenggara. Kehadiran angin muson juga dapat mempengaruhi iklim di suatu wilayah yang dilewatinya. Itulah kenapa wilayah Afrika lebih kering daripada Asia Tenggara yang lembab.
Hal terakhir yang menjadi dampak dari gerak semu adalah terjadinya fenomena titik balik Matahari, yaitu saat Matahari berada di posisi paling utara atau paling selatan setiap pergerakan semu tahunan untuk kemudian kembali ke Khatulistiwa.
Adanya gerak semu Matahari ini sangat mempengaruhi keadaan di Bumi. Perlu Anda pahami lagi bahwa Matahari tidak bergerak, melainkan rotasi dan revolusi Bumilah yang menyebabkan fenomena ini. (R10/HR-Online)